10 Februari 2009

La Amir Dirugikan Jadwal Tanding


La Amir Laila sudah membuktikan diri sebagai petarung sejati. Petinju binaan sasana Rokatenda Sidoarjo, Jatim, itu tak pernah mengendorkan semangat bertempurnya saat menghadapi Marangin Marbun (Sragen BC, Kabupaten Sragen, Jateng) dalam pertarungan gelar kelas bulu junior (55,3 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) di Plaza Arsipel Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu lalu (8/2).
Pertarungan yang dipimpin wasit Alfonso Sihombing itu tak hanya mampu memuaskan penonton pengunjung di TMII. Kedua petinju juga mampu menyuguhkan teknik-teknik bertinju yang cukup bagus. Apalagi, pertarungan bisa berlangsung tuntas, sepuluh ronde.
Sayang, perjuangan keras dan tanpa mengenal lelah yang ditunjukkan Amir belum membuahkan hasil yang diidam-idamkan. Petinju besutan pelatih Yani Malahendo itu dinyatakan kalah angka mutlak. Seluruh hakim juri, tiga orang, memenangkan juara bertahan Marangin.
’’Saya sudah berusaha keras, tetapi lawan memang lebih baik,’’ kata Amir sportif.
Bukan hasil akhir yang dipersoalkan Amir. Dia kecewa karena sikap panitia penyelenggara yang tidak konsisten menentukan jadwal pertandingan. Pada acara meeting setelah timbang badan petinju, panpel mengumumkan bahwa pertandingan itu dimulai pukul 13.00. Pertandingan diawali dengan mempertemukan sesama petinju amatir. Setelah itu, pukul 16.00, barulah partai utama perebutan gelar kelas bulu junior antara Marangin melawan Amir diadakan.
Namun, kehadiran Ketua DPR Agung Laksono ternyata mengacaukan jadwal yang sudah disusun. Partai utama Marangin melawan Amir yang semula dijadwalkan tampil setelah beberapa partai amatir mendadak dimajukan.
Jadwal pertarungan perebutan gelar dimajukan atas permintaan Agung Laksono. ’’Karena masih ada acara yang harus dihadiri, Pak Agung meminta pertarungan Marangin melawan Amir dimajukan,’’ ungkap Wiem Sapulete.
Tidak bermaksud mencari kesalahan, Amir menyatakan bahwa perubahan jadwal pertarungan tersebut sudah menganggu konsentrasi bertinjunya. Maklum, petinju kelahiran Ambon, 21 Januari 1978, itu terbiasa makan besar tiga atau empat jam sebelum pertandingan. ’’Saya baru makan pukul 12.00 siang. Tapi, pukul satu siang saya diminta naik ring. Jelas, perubahan yang mendadak itu sedikit banyak mengganggu konsentrasi bertinju saya,’’ tandas Amir.
Pelatihnya, Yani Malahendo, juga menyayangkan panpel yang dengan seenaknya mengubah jadwal pertarungan. ’’Perubahan jadwal pertandingan yang mendadak jelas bisa memengaruhi petinju kami. Saya berharap agar kejadian ini tidak terulang pada pertandingan berikutnya,’’ tegasnya.
Namun, terlepas dari ketidakkonsistenan panpel dalam menyusun jadwal pertarungan, Malahendo dengan nada jujur mengakui kekalahan Amir. ’’Teknik bertinju Amir sebenarnya tak kalah dengan lawannya. Kelemahan Amir yang paling mencolok adalah belum berbobotnya daya pukul. Power itulah yang harus segera dibenahi Amir jika ingin bertarung dalam perebutan gelar nasional,’’ tuturnya.
Meski dinyatakan kalah angka mutlak, poin yang didapat Amir dalam pertarungan sepuluh ronde itu sebenarnya hanya beda sedikit. Ketiga hakim memberikan kemenangan bagi Marangin. Hakim A (Rocky Joe) 95-94, hakim B (Hendra Julio) 95-94, dan hakim C (Philipus Elungan) 96-94. ’’Jadi, setiap rondenya hanya beda tipis. Saya merasa kurang beruntung saja sehingga dinyatakan kalah angka,’’ ucap Amir.
Kekalahan tipis itu pula yang membuat Amir ingin bertarung ulang melawan Marangin . ’’Kalau ada promotor yang bersedia mempertemukan saya melawan Marangin lagi, saya siap. Saya akan balas (revans) kekalahan saya ini,’’ tegas Amir.

Tidak ada komentar: