27 Februari 2009

Nafsu Besar Saja Tak Cukup bagi Ogah

Nafsu menyerang menjadi boomerang bagi Irfan Ogah. Dalam pertandingan perebuttan gelar kelas bantam junior 52,2 kg versi WBC Asia di Thailand Kamis (26/2) Ogah harus mengakui keunggulan petinju tuan rumah Saensaknoi Ormuangklang dengan angka.
Petinju asal Sasana Pirih Surabaya itu kesulitan menghadapi permainan sabar Saensaknoi. Nafsu menyerang Ogah dengan harapan bisa menang KO menjadi blunder. Sebab, Saensaknoi bisa meladeni permainan Ogah dengan taktis.
’’Pertarungan semangat tinggi Ogah mendapat aplaus dari para insan tinju di Thailand. Tapi, itu malah tidak menguntungkan buat Ogah,” kata Eric Pirih, manajer Ogah.
Sebelum bertolak ke Negeri Gajah Putih, Ogah memang sudah bertekad untuk meng-KO lawannya. Sebab, hanya dengan cara itulah Ogah dapat memetik kemenangan.
”Fisik Ogah bagus. Permainan kedua petinju sama-sama bagus. Ogah sanggup memberikan perlawanan sengit,” terang pria yang juga menjadi pemilik Sasana Pirih tersebut. Namun, Eric mengakui kualitas Ogah masih berada di bawah Saensaknoi. Hal itu menyiratkan bahwa Eric menerima kekalahan petinju berusia 22 tahun itu. ’’Ogah memang kalah skill dibandingkan Saensaknoi. Ogah juga kalah hometown decision,” ujar Eric.

25 Februari 2009

Bisakah Ogah Ubah Mitos di Thailand?

Kamis ini (26/2) petinju Sasana Pirih Surabaya Irfan Ogah akan mengadu nasib di Thailand. Dia akan menantang petinju tuan rumah Saensaknoi Ormuangklang dalam perebutan gelar kelas bantam junior (52,2 kg) WBC Asia.
Ini adalah pertarungan yang sulit, karena kebanyakan petinju Indonesia kalah ketika bertanding di Thailand. Semacam ada mitos, bahwa petinju Thailand selalu dibantu wasit jika bertanding di kandangnya, sedangkan petinju Indonesia tidak.
Meski ada mitos seperti itu toh banyak petinju Indonesia yang mau saja bertanding di Thailand. Termasuk Irfan Ogah. Petinju asal Jember Jawa Timur itu masih punya keyakinan, bahwa cara yang akan dipakainya bisa mengalahkan petinju Thailand.
’’Saya harus bermain menyerang. Dengan begitu, kemungkinan untuk memukul dan akhirnya menjatuhkan musuh lebih terbuka,” jelas Ogah Senin lalu (23/2).
Ogah pun menyadari betapa sulitnya mengalahkan petinju Thailand tersebut. Namun bukan seorang petinju kalau takut bertanding di kandang macan sekalipun. Tentu saja petinju Thailand tidak punya cakar. Berat badannya sama, sarung tinjunya pun bisa sama. Lantas? Skill dan kepintaran bertinju (otak) lah yang akan menentukan di atas ring. Dan, itulah yang diharapkan Irfan Ogah untuk memboyong gelar WBC Asia ke Jawa Timur. Selamat berjuang, Ogah.

19 Februari 2009

Jelang Tantang Saensaknoi Ogah Overweight

Petinju Sasana Pirih Surabaya Irfan Ogah harus melawan diri sendiri sebelum bentrok kontra Saensaknoi Ormuangklang di Thailand Kamis depan (26/2). Setelah kekurangan uji coba, Ogah harus berjuang menurunkan berat badannya.
Berat badan Ogah masih overweight 4 kg. Berat Ogah mencapai 56 kg. Padahal, dia harus berlaga di kelas bantam junior 52,2 kg dalam partai perebutan gelar juara WBC Asia tersebut.
Pelatih Sasana Pirih Mudafar Danu pun mau tak mau harus menurunkan berat badan anak asuhnya tersebut. Salah satunya, Ogah digenjot dengan jogging sejauh 14 km tiap kali sebelum berlatih.
’’Biasanya dia kan cuma jogging 11 km perhari. Nah sekarang kami tambah. Selain itu, konsumsi untuk karbohidrat juga dikurangi. Dengan begitu, berat badannya akan lebih cepat turun. Untuk menurunkan 4 kg kira-kira membutuhkan waktu seminggu,” jelas Mudafar.
Dia pun tak mau berspekulasi dengan berat badan petinju asal Jember tersebut. Karena itu, dia akan memilih berat badan Ogah bisa underweight sebelum berlaga.
’’Tapi tidak underweight terlalu banyak. Mungkin hanya beberapa ons. Sebab, kalau sampai overweight bisa bahaya. Kalau Ogah menang, dia tidak akan bisa merebut gelar juara. Nantinya gelar juara akan lowong,” terang Mudafar.
Selain berusaha menurunkan berat badan, Mudafar juga menambah porsi latihan pukulan pada Ogah. Kini, Ogah harus melahap 10 ronde pukulan sansak. Biasanya, Ogah hanya menjalani latihan pukulan delapan ronde.

10 Februari 2009

La Amir Dirugikan Jadwal Tanding


La Amir Laila sudah membuktikan diri sebagai petarung sejati. Petinju binaan sasana Rokatenda Sidoarjo, Jatim, itu tak pernah mengendorkan semangat bertempurnya saat menghadapi Marangin Marbun (Sragen BC, Kabupaten Sragen, Jateng) dalam pertarungan gelar kelas bulu junior (55,3 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) di Plaza Arsipel Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu lalu (8/2).
Pertarungan yang dipimpin wasit Alfonso Sihombing itu tak hanya mampu memuaskan penonton pengunjung di TMII. Kedua petinju juga mampu menyuguhkan teknik-teknik bertinju yang cukup bagus. Apalagi, pertarungan bisa berlangsung tuntas, sepuluh ronde.
Sayang, perjuangan keras dan tanpa mengenal lelah yang ditunjukkan Amir belum membuahkan hasil yang diidam-idamkan. Petinju besutan pelatih Yani Malahendo itu dinyatakan kalah angka mutlak. Seluruh hakim juri, tiga orang, memenangkan juara bertahan Marangin.
’’Saya sudah berusaha keras, tetapi lawan memang lebih baik,’’ kata Amir sportif.
Bukan hasil akhir yang dipersoalkan Amir. Dia kecewa karena sikap panitia penyelenggara yang tidak konsisten menentukan jadwal pertandingan. Pada acara meeting setelah timbang badan petinju, panpel mengumumkan bahwa pertandingan itu dimulai pukul 13.00. Pertandingan diawali dengan mempertemukan sesama petinju amatir. Setelah itu, pukul 16.00, barulah partai utama perebutan gelar kelas bulu junior antara Marangin melawan Amir diadakan.
Namun, kehadiran Ketua DPR Agung Laksono ternyata mengacaukan jadwal yang sudah disusun. Partai utama Marangin melawan Amir yang semula dijadwalkan tampil setelah beberapa partai amatir mendadak dimajukan.
Jadwal pertarungan perebutan gelar dimajukan atas permintaan Agung Laksono. ’’Karena masih ada acara yang harus dihadiri, Pak Agung meminta pertarungan Marangin melawan Amir dimajukan,’’ ungkap Wiem Sapulete.
Tidak bermaksud mencari kesalahan, Amir menyatakan bahwa perubahan jadwal pertarungan tersebut sudah menganggu konsentrasi bertinjunya. Maklum, petinju kelahiran Ambon, 21 Januari 1978, itu terbiasa makan besar tiga atau empat jam sebelum pertandingan. ’’Saya baru makan pukul 12.00 siang. Tapi, pukul satu siang saya diminta naik ring. Jelas, perubahan yang mendadak itu sedikit banyak mengganggu konsentrasi bertinju saya,’’ tandas Amir.
Pelatihnya, Yani Malahendo, juga menyayangkan panpel yang dengan seenaknya mengubah jadwal pertarungan. ’’Perubahan jadwal pertandingan yang mendadak jelas bisa memengaruhi petinju kami. Saya berharap agar kejadian ini tidak terulang pada pertandingan berikutnya,’’ tegasnya.
Namun, terlepas dari ketidakkonsistenan panpel dalam menyusun jadwal pertarungan, Malahendo dengan nada jujur mengakui kekalahan Amir. ’’Teknik bertinju Amir sebenarnya tak kalah dengan lawannya. Kelemahan Amir yang paling mencolok adalah belum berbobotnya daya pukul. Power itulah yang harus segera dibenahi Amir jika ingin bertarung dalam perebutan gelar nasional,’’ tuturnya.
Meski dinyatakan kalah angka mutlak, poin yang didapat Amir dalam pertarungan sepuluh ronde itu sebenarnya hanya beda sedikit. Ketiga hakim memberikan kemenangan bagi Marangin. Hakim A (Rocky Joe) 95-94, hakim B (Hendra Julio) 95-94, dan hakim C (Philipus Elungan) 96-94. ’’Jadi, setiap rondenya hanya beda tipis. Saya merasa kurang beruntung saja sehingga dinyatakan kalah angka,’’ ucap Amir.
Kekalahan tipis itu pula yang membuat Amir ingin bertarung ulang melawan Marangin . ’’Kalau ada promotor yang bersedia mempertemukan saya melawan Marangin lagi, saya siap. Saya akan balas (revans) kekalahan saya ini,’’ tegas Amir.

06 Februari 2009

Irfan Ogah Impikan Gelar WBC Asia


Irfan Ogah bakal naik ring lagi. Petinju Sasana Pirih Surabaya itu akan bertarung dalam kejuaraan kelas terbang 50,8 kg WBC Asia. Dia akan menantang Saensaknoi Ormuangklang di Thailand pada Kamis mendatang (26/2).
Kali terakhir Irfan Ogah berlaga pada September 2008. Ketika itu, dia harus berjibaku versus Noldy Malakane di Jakarta. Saat itu, hakim menyatakan pertandingan berakhir seri.
’’Ogah terlihat antusias sekali menghadapi pertandingan kali ini. Sebab, ini merupakan langkah penting di karir tinjunya. Karena itu, Ogah terus mematangkan persiapannya. Dia tidak ingin malu di negeri orang,” kata Eric Pirih, manajer Pirih Surabaya kemarin (6/2).
Saat ini, Ogah terus berlatih di bawah bimbingan Mudafar Danu. Latihan rutin difokuskan pada kekuatan dan akurasi pukulan. Dua hal itu dianggap sebagai hal yang bisa menentukan hasil di Negeri Gajah Putih mendatang.