29 November 2009

Tommy Pertahankan Gelar ATI


Sabuk juara kelas terbang junior (49 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) kembali melilit pinggang Tommy Seran. Petinju binaan Sasana Rokatenda, Sidoarjo, Jatim, itu dinyatakan menang angka mutlak dalam pertarungan wajib (mandatory fight) atas penantang peringkat pertama Yanus Emaury (Yapen Serui BC Sorong, Irian Jaya) di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, Sabtu malam (28/11).
Dalam pertarungan sepuluh ronde itu, tiga hakim juri memberikan kemenangan untuk Tommy. Hakim A Chris Rotinsulu memberikan nilai 97-93, sementara hakim B Edi Damri dan hakim C Oki Abi Bakri memberikan nilai sama, 96-94.
Kemenangan Tommy atas Yanus itu sekaligus menjawab keraguan hasil pertarungan keduanya pada 24 Mei 2008 di studio Trans7 Jakarta. Waktu itu, dalam pertarungan nongelar delapan ronde, keduanya dinyatakan draw. Hasil tersebut membuat kubu Yanus kecewa. Maka, dalam pertarungan tadi malam Yanus memancang target menang KO pada ronde kelima. Nyatanya, dia kalah angka mutlak.
Meski hanya menang angka mutlak, Tommy menyatakan cukup puas. Dia menuturkan bahwa persiapannya terganggu sehingga kurang maksimal untuk duel itu. Sepekan sebelum naik ring, orang tuanya, Raymondus, meninggal. ”Saya harus pulang ke NTT sehingga mengganggu persiapan,” papar Tommy.
Itulah yang membuat Tommy tak berani tampil fight sepanjang ronde. ”Saya hanya mengikuti anjuran pelatih. Tidak terlalu memaksakan untuk menang KO. Karena kondisi fisik saya kurang siap, pelatih minta, yang penting jangan sampai kalah,” tambah dia.
Manajer Sasana Rokatenda Damianus Wera membenarkan bahwa sepekan sebelum naik ring Tommy terpaksa pulang ke kampung halaman di NTT. Musibah itu membuat Damianus juga waswas akan kesiapan Tommy.
”Kalau dibilang puas, saya sebenarnya kurang puas. Tetapi, saya bisa memaklumi karena Tommy baru saja mengalami musibah. Orang tuanya di NTT meninggal,” terang Damianus.
Karena itu, meski Tommy tak mampu menang KO, Damianus bakal tetap memenuhi janji mengorbitkan Tommy ke pertarungan internasional. Rencananya, menyambut Tahun Baru 2010, Tommy bertarung di Bali.
”Lawannya masih kami cari. Yang pasti, Tommy kami carikan lawan dari luar negeri. Sudah saatnya dia bertarung di level internasional,” tegas dia.

27 November 2009

Lawan Yanus, Tommy Incar Menang KO

Tommy Seran menyatakan tak cukup mematok target wajib mempertahankan sabuk juara nasional kelas terbang Junior (49 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI). Petinju binaan Sasana Rokatenda Sidoarjo, Jatim, itu juga bertekad meraih kemenangan KO saat meladeni penantang peringkat pertama, Yanus Emaury (Yapen Serui BC Sorong, Irian Jaya Barat), di studio TVRI Pusat Senayan, Jakarta, malam nanti (28/11).
’’Saya targetkan bisa menang KO ronde 4 atau paling lama ronde 5,’’ kata Tommy setelah acara timbang badan di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, kemarin (27/11).
Target yang dicanangkan petinju kelahiran Atambua, Nusa Tenggara Timur, pada 6 April 1983 itu tidak bermaksud untuk menyombongkan diri. Tetapi, hal tersebut didasari persiapan Tommy yang matang dan terprogram dengan ditangani duet pelatih Yani Malhendo dan Arce Ursulangi.
Sebulan terakhir Tommy ditangani Arce Ursulangi dalam latihan-latihan keras di Tangerang, Banten. Sebelum berpindah latihan ke Tangerang, sekitar dua bulan, Tommy ditangani pelatih Yani Malhendo di sasana Rokatenda, Sidoarjo. ’’Persiapan saya maksimal. Saya yakin bisa menang KO,’’ ujarnya.
Janji diorbitkan ke jenjang internasional oleh manajemen Rokatenda menambah motivasi Tommy untuk meraih hasil sempurna. Yakni, memaksa lawan terjerambap ke kanvas oleh pukulan-pukulannya sehingga tak mampu menyelesaikan pertarungan.
Tommy juga semakin yakin karena sudah mengetahui kekurangan dan kelebihan Yanus Emaury. Sebab, keduanya pernah bentrok dalam pertarungan non-gelar di studio Trans 7, Jakarta, pada 24 Mei 2008. Dalam pertarungan delapan ronde itu, Tommy dinyatakan menang angka mutlak. Sementara itu, Yanus Emaury terusik dengan pernyataan Tommy. Petinju besutan pelatih Alex Rabadeta tersebut justru yakin Tommy yang akan mencium kanvas dan tidak mampu melanjutkan pertarungan. ’’Dulu saya dinyatakan kalah angka. Itu keputusan yang kontroversial. Saya tidak mau kejadian dulu terulang. Karena itu, pada pertarungan sekarang, saya harus menang KO. Saya patok target Tommy paling lama bertahan hingga ronde lima saja,’’ kata Yanus Emaury dengan nada optimistis.

24 November 2009

Sofyan Efendi Gagal Rebut Gelar ATI



Sofyan Efendi (kiri) dan Herry Amol dalam duel Sabtu malam (21//11)
-----------

Sofyan Efendi gagal melakukan revans atas Herry Amol. Bertarung dalam perebutan gelar kelas terbang mini 47,6 kg versi ATI di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, Sabtu malam (21/11), Sofyan dinyatakan kalah angka mutlak.
Padahal, petinju Sasana Pirih Surabaya itu sudah bertarung maksimal dan banyak pukulannya yang mengenai wajah Herry Amol. Dalam pertarungan 10 ronde itu, tiga hakim juri memberikan nilai kemenangan bagi Amol. Hakim A dan B memberikan nilai sama, 96-95. Hakim C memberikan nilai 96-94. Dengan begitu, Amol dinyatakan menang angka mutlak. Sabuk juara nasional kelas terbang mini Asosiasi Tinju Indonesia kembali menjadi milik petinju kelahiran Kefa, Nusa Tenggara Timur, 18 September 1982, itu.
Bagi Sofyan, kalah oleh Amol tersebut merupakan yang kedua di antara tiga pertarungan. Kekalahan pertama Sofyan dari Amol terjadi dalam pertarungan gelar di Merauke, Papua, pada 5 April 2005. Sofyan dinyatakan kalah angka.
Pertarungan kedua terjadi di studio Trans 7 Jakarta pada 24 Mei 2008. Namun, dalam pertarungan nongelar 8 ronde itu, hasilnya dinyatakan draw. ’’Kekalahan Sofyan pada pertemuan ketiga dengan Amol sekarang ini sangat mengecewakan. Masalahnya, banyak pukulan Sofyan yang mengenai wajah dan perut Amol, tetapi tak ada seorang pun hakim juri yang memberikan nilai kemenangan kepada Sofyan,’’ kata Mudafar Danu, pelatih Sofyan, dengan nada sesal.
Meski tak puas terhadap penilaian tiga hakim/juri, kubu Sofyan tak akan melakukan protes. Apalagi, dalam pertarungan yang dipimpin wasit Alfonso Sihombing itu, Sofyan dikenai pengurangan nilai pada ronde ke-7 karena memukul terlalu bawah sehingga mengenai daerah terlarang.
’’Sofyan perlu berlatih keras jika dia ingin ke kejuaraan nasional lagi. Kecepatan pukulannya sudah bagus, tetapi kurang berbobot. Power-nya harus ditambah agar dia punya killing punch (pukulan mematikan, Red),’’ jelas Mudafar.
Sementara itu, Amol menyatakan senang bisa mengalahkan Sofyan dan mempertahankan sabuk juara nasional ATI. Namun, secara jujur petinju dari Sasana Gema Trisakti, Jakarta, itu mengakui kemenangan yang diperolehnya sekarang ini melalui perjuangan maksimal. ’’Sofyan banyak kemajuan. Saya sangat kesulitan untuk mengalahkan dia,’’ kata Amol. Pernyataan Amol itu dibenarkan pelatihnya, Feras Taborat. ’’Kecepatan pukulan Sofyan sangat bagus. Untung bobot pukulannya nggak terlalu membahayakan sehingga Amol bisa bertahan,’’ ujar Feras.

21 November 2009

Lawan Amol, Ajang Pembuktian Sofyan

Sofyan Efendy tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang lama ditunggu-tunggu. Petinju binaan Pirih BC Surabaya, Jatim itu bertekad ingin menjadikan pertarungan gelar kelas terbang mini (47,6 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, Sabtu malam (21/11) sebagai ajang pembalasan atas juara bertahan Herry Amol (Gema Trisakti BC Bogor).
Tiga bulan berlatih keras dengan menu latih tanding (sparring partner) sekitar 60 ronde, Sofyan yakin jerih payahnya itu akan membuahkan hasil sesuai harapannya. ’’Persiapan saya sekarang ini jauh lebih baik dibanding dua pertemuan sebelumnya melawan Herry. Dengan kondisi seperti ini, Insya Allah saya bisa membalas kekalahan saya dari Herry di Merauke, tiga tahun lalu,’’ kata Sofyan.
Pernyataan penantang peringkat pertama kelas terbang mini versi ATI itu diungkapkan kepada Jawa Pos usai acara timbang di ruang rapat gedung TVRI Pusat Senayan, Jakarta, kemarin. Duel perebutan gelar kelas terbang mini versi ATI itu akan menjadi partai utama pada pagelaran Ring Tinju TVRI, Sabtu malam.
Namun pemilik rekor 32 bertanding, 29 menang (17 KO/TKO), 2 draw dan hanya sekali kalah angka itu mengaku tak mau mentargetkan menang KO atau TKO pada ronde tertentu. Tetapi Sofyan yakin bisa mengalahkan Harry Amol.
’’Saya tidak mau menyombongkan diri dengan mematok kemenangan KO atau TKO. Bagi saya, terpenting bermain baik dan meraih kemenangan,’’ tuturnya.
Sofyan teringat pada pertemuan pertamanya, di Merauke, Papua, pada 5 April 2005. Dalam pertarungan gelar versi ATI ketika itu, Sofyan dinyatakan kalah angka. Dua tahun lalu, tepatnya 24 Mei 2008 di studio Trans-7 Jakarta, keduanya bertemu lagi dalam pertarungan non-gelar 8 ronde, yang hasilnya dinyatakan draw.
‘’Ini kesempatan terbaik membalas kekalahan saya dari Herry Amol, di Merauke, pada 5 Aporil 2005. Saya harus bisa mengalahkan Herry,’’ tegas Sofyan.
Dalam acara timbang badan kemarin, kedua petinju memiliki bobot under di kelas terbang mini. Herry bahkan berat badannya lebih ringan dari Sofyan. Hasil timbang badan kemarin, Herry berbobot 47, 2 kg. Sedangkan Sofyan satu ons lebih berat dari Herry, yakni 47, 3 kg. Selain partai utama Herry Amol lawan Sofyan Efendi, pertarungan di Ring Tinju TVRI nanti malam juga akan diisi dua partai tambahan. Dua partai itu masing-masing di kelas bantam (53,5 kg) 8 ronde antara penantang peringkat 3 nasional, dan melawan Irvan Ogah (Pirih Surabaya) melawan Singo Kinaro (KPJ BC Bulungan).

Dua Petinju Malang Berebut Peringkat KTI

Dua petinju d’Kross BC Malang, Heroes Tito dan Edi Monod, akan bertarung merebutkan peringkat KTI (Komisi Tinju Indonesia) di Sasana Silver, Tabanan, Bali Selasa (24/11).
Heroes Tito yang saat ini menduduki peringkat empat KTI akan menghadapi Rifo Rengkung dari Sasana Silver yang menempati peringkat tiga KTI di kelas bulu 57,1 kilogram. Sedangkan di kelas terbang junior 49 kg, Edi Monod –peringkat delapan– menghadapi Yanto Saga dari Sasana Silver yang bertengger di peringkat enam.
”Saya sangat berharap Edi dan Heroes mampu memenangkan pertarungan ini. Jika menang, peringkatnya menggeser peringkat yang kalah,” kata Ade Herawanto, pemilik Sasana d’Kross BC Malang.
Untuk mempersiapkan pertarungan kenaikan peringkat ini, kedua petinju sudah menjalani latihan intensif kurang lebih dua minggu di bawah asuhan pelatih Monod dan Nurhuda.

09 November 2009

Terkecoh Gaya, Robert Hanya Menang Angka


Robert Kopa di Rokatenda BC. (ft: kholili indro)

------------
Robert Keo Palue (Kopa), petinju Rokatenda BC Sidoarjo, memenuhi janji. Penantang peringkat pertama nasional versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) itu dinyatakan menang angka mutlak atas Juniston Simbolon (Ellysta BC Jakarta), penantang peringkat kedua versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI).
Pada pertarungan nongelar delapan ronde kelas bulu (57,1 kg) di Ring Tinju TVRI Sabtu malam lalu (7/11), tiga hakim memberikan nilai kemenangan untuk Robert. Hakim A memberikan nilai 78-75. Hakim B dan C sama-sama memberikan nilai 77-75.
Kemenangan Robert tersebut sekaligus membungkam sesumbar Juniston yang sebelumnya memancang target menang KO ronde keenam. ”Saya senang bisa meraih kemenangan. Tetapi, terus terang saya tak puas dengan penampilan saya sendiri. Saya merasa tak bisa tampil maksimal. Banyak kekurangan yang harus saya benahi,” kata Robert setelah pertandingan.
Robert mengakui agak terkecoh oleh penampilan Juniston. Selama ini, dia beranggapan bahwa petinju besutan pelatih Nana Suhana itu bergaya ortodoks, seperti dirinya. Nyatanya, anggapan tersebut bertolak belakang. Juniston ternyata petinju kidal.
”Di ronde-ronde awal saya sempat bingung menghadapi petinju kidal. Beruntung, lawan juga tak istimewa sehingga saya punya kesempatan untuk mempelajari gaya bertarungnya,” ujar dia.
Pengakuan Robert itu dibenarkan pelatihnya, Yani Malahendo. Menurut Yani, selama persiapan menghadapi Juniston, dalam latih tanding (sparring partner), Robert memang lebih sering dihadapkan dengan petinju ortodoks. Sebab, Yani juga menduga bahwa lawan yang akan dihadapinya itu merupakan petinju ortodoks. ”Saya cukup kaget ketika melihat Juniston petinju kidal. Padahal, Robert kami persiapkan untuk menghadapi petinju ortodoks dengan gaya counter boxer dan fighter,” papar Yani.
Untung, Robert bertarung tenang dan tidak terpancing emosi. Maka, memasuki ronde ketiga, strategi Robert diubah. ”Robert bisa menjalankan strategi yang kami inginkan. Tetapi, masih banyak kelemahan Robert yang harus segera diperbaiki,” tuturnya.
Sementara itu, dalam pertarungan gelar kelas bantam (53,5 kg) versi KTPI, juara bertahan Rivo Rengkung (Rajawali Demokrat BC Jawa Tengah) harus kehilangan gelar. Dalam pertarungan wajib (mandatory fight) 12 ronde tersebut, Rivo dinyatakan kalah angka tipis oleh penantang peringkat pertama Londe Olin (Sasando BC Tangerang).
Hanya hakim B yang memberikan nilai kemenangan untuk Rivo dengan skor 116-113. Sedangkan hakim A dan C memberikan nilai kemenangan untuk Londe dengan skor 116-113 dan 115-113.Hasil tersebut membuat kubu Rivo kecewa berat. Mereka meminta pertarungan ulang. ”Saya tidak keberatan jika kubu Rivo Rengkung protes dan minta tarung ulang. Tetapi, harus diajukan secara tertulis sehingga bisa dibahas dalam rapat pengurus KTPI,” tandas promotor Lado Syarifudin.

19 Oktober 2009

TKO, Basez Kehilangan Gelar

Konfidensi tinggi Julio de la Basez berakibat fatal. Petinju Sasana Rokatenda, Sidoarjo, Jatim, itu harus kehilangan sabuk juara nasional kelas ringan junior (58,9 kg) versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI). Sebab, Sabtu malam lalu (17/10) di Studio TVRI, Jakarta, dia kalah TKO ronde ketiga oleh Mekhel Sigar Laki.
Mekhel yang menjadi penantang kedua tersebut membuat hidung Basez pecah. Darah segar langsung mengucur dari hidungnya setelah pukulan counter kombinasi jab dan straight kanan Mekhel mendarat telak di hidungnya.
Wasit La Ode Makbudu bergerak cepat memisahkan dua petinju. Setelah meminta Mekhel menuju sudut netral, wasit meminta dokter ring segera memeriksa Basez. Hanya sekitar semenit diperiksa, dokter ring menyatakan pertarungan tak dapat dilanjutkan. Wasit pun memutuskan Mekhel menang TKO.
Di sudut netral, petinju asal Sasana Sasando, Tangerang, itu langsung melompat kegirangan. Kemenangan tersebut diakuinya sangat mengesankan. Masalahnya, sehari sebelum pertarungan, dalam acara sesi timbang badan, Mekhel nyaris putus asa. Sebab, pada timbangan pertama, petinju kelahiran Bitung, 20 tahun lalu, itu berbobot 59,25 kilogram. Dia diberi kesempatan dua jam untuk menurunkan berat badan hingga masuk bobot ideal di kelas ringan junior, 58,9 kg.
’’Ternyata, penderitaan saya di acara timbang badan bisa terbayar. Saya senang bisa menjadi juara. Semua itu berkat kesabaran dan mengikuti intruksi pelatih,’’ kata Mekhel.
Suasana gembira di kubu Mekhel itu sangat kontras dengan yang terjadi di kubu Basez. Tak hanya Basez yang berdiam diri dan menunjukkan penyesalan. Pelatihnya, Arce Ursulangi, serta menajernya, Damianus Wera, pun tampak kecewa. Arce dan Damianus tak menduga bahwa Basez yang secara fisik dan stamina sangat siap harus menerima kekalahan dengan amat menyakitkan.
Arce menyebutkan, kekalahan Basez disebabkan kecelakaan. ’’Itu kekalahan lucky blow. Karena terlalu bernafsu ingin segera menjatuhkan lawan, Basez justru kecolongan,’’ ungkapnya.
Basez menjadi juara nasional KTPI setelah berhasil menang TKO ronde ke-8 atas juara bertahan Abi Metiawan pada 6 Juni lalu, juga di Ring Tinju TVRI.
Strategi yang dilakukan Basez sebenarnya tak salah. Melihat kondisi Mekhel yang tampak sudah kelelahan pada sesi timbang badan, Basez yang sejak awal mematok menang KO ronde ke-5 langsung bertarung agresif sejak ronde awal.
Pada ronde pertama, pertarungan masih berjalan imbang. Basez mulai menunjukkan keunggulan pada ronde kedua. Pukulan kombinasi jab, straight, dan hook beberapa kali mengenai muka Mekhel.
Tapi, pada ronde ketiga, Mekhel yang lebih sering mengandalkan pukulan counter mendapat peluang yang amat baik. Ketika Basez hendak melontarkan pukulan kombinasi jab dan straight, pertahanannya terbuka. Saat itulah, sambil melangkah mundur, justru pukulan kombinasi jab dan straight Mekhel yang mendarat telak di hidung Basez. Yuraida, istri Basez, yang berdiri di sudut ring tertunduk lesu. Tapi, wanita yang melahirkan lima anak hasil pernikahannya dengan petinju berusia 30 tahun itu mencoba tegar. ’’Saya kira, ini akhir dari karier Basez sebagai petinju profesional. Dia kalah dari petinju yang usianya masih muda. Saya akan minta dia mundur sebagai petinju,’’ tuturnya.

17 Oktober 2009

Sofyan-Amol Berebut Gelar ATI



Sofyan Efendi (kanan) saat membantu Monang Pirih
di Arhanudse pada 9 Agustus 2009. ft kholili indro.
-----------------------------------
Keinginan petinju Sasana Pirih Sofyan Efendi untuk bertarung akhirnya tersampaikan. Dia tidak jadi bertanding pada 30 Oktober. Dia akan bertarung dalam kejuaraan nasional di Jakarta pada 7 November mendatang.

’’Pertandingan di Jakarta lebih jelas. Sebab, itu adalah pertandingan resmi perebutan gelar. Jadi, mau tidak mau, kami harus maksimal dalam kejuaraan tersebut,’’ kata Manajer Sasana Pirih Eric Pirih kemarin (16/10).
Menurut dia, kebijakan itu sengaja diambil. Alasannya, Sofyan telah dikontrak TVRI Jakarta untuk bertarung dalam Kejuaraan Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) di Jakarta pada 7 November mendatang.
Apalagi, Erick mengungkapkan bahwa lawan yang akan dihadapi Sofyan sama, Hery Amol dari Jakarta BC. Menurut dia, itu adalah kesempatan terbaik bagi Sofyan untuk menambah jam terbang. ’’Dia sudah lama berlatih. Otomatis, dia butuh pertarungan yang bisa mengasah nalurinya,’’ jelas putra almarhum Eddy Pirih tersebut.
Dia optimistis, Sofyan mampu meraih hasil maksimal dalam kejuaraan tersebut. Apalagi, selama ini, serangkaian program yang berhubungan dengan ketahanan dan kecepatan pukulan menjadi santapan wajib Sofyan setiap hari. ’’ Tekniknya sudah sangat bagus. Saat ini, kami sedang memikirkan lawan uji coba untuk Sofyan,’’ jelasnya.
Ya, beberapa pekan ke depan, Eric berencana mengundang petinju-petinju dari sasana ternama di Jawa Timur untuk bertandang ke Sasana Pirih. ’’Sementara ini, Inra BC dan Rokatenda BC masih menjadi sasaran uji coba kami,’’ ungkapnya.Sementara itu, Moko salah seorang petinju anyar Sasana Pirih juga dipersiapkan. Pada 15 November mendatang, Sasana Pirih menggeber kejuaraan nongelar di Surabaya. ’’Even tersebut adalah kejuaraan untuk mencari bibit-bibit baru. Semoga dengan itu aroma tinju Jatim bisa bergairah lagi,’’ ujarnya.

Basez Yakin KO Mekhel Ronde Kelima


Julio de la Basez (kiri) setelah mengalahkan Sogol
pada 9 Agustus 2009. ft; Kholili Indro
----------------------




Konfidensi Julio de la Basez makin melambung. Pemegang sabuk juara nasional kelas ringan junior (58,9 kg) versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) itu yakin tak perlu bertarung 12 ronde penuh untuk mempertahankan gelarnya melawan Mekhel Tarsicius Sigar Laki (Sasando BC Tangerang, Banten) di Studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, malam nanti (17/10).

’’Persiapan saya sangat bagus. Dengan kondisi seperti sekarang ini, saya yakin bisa mengalahkan Mekhel dengan KO. Saya patok target menang KO ronde ke-5,’’ tegas petinju binaan Sasana Rokatenda, Sidoarjo, Jatim, itu dengan nada optimistis. Pertarungan partai utama di Ring Tinju TVRI tersebut akan ditayangkan langsung oleh TVRI Pusat mulai pukul 22.30 WIB.
Keyakinan Basez, 30, bisa menganvaskan Mekhel, 20, tak hanya didasari oleh kesiapan dirinya. Tetapi juga berdasarkan pengalaman bertarungnya. Pada 7 Maret lalu, di partai tambahan Ring Tinju TVRI, Mekhel harus tersungkur KO ronde ke-6 oleh Abi Metiaman pada pertarungan yang dijadwalkan sepuluh ronde.

Tapi, tiga bulan kemudian, tepatnya 6 Juni lalu, giliran Abi Metiaman yang harus kehilangan sabuk juara kelas ringan junior versi KTPI setelah dikalahkan Basez dengan TKO pada ronde ke-8 dari rencana 12 ronde. ’’Kalau Abi Metiawan bisa mengalahkan Mekhel dengan KO ronde ke-6, saya menargetkan lima ronde saja untuk menjatuhkan dia (Mekhel, Red),’’ ujarnya.
Motivasi Basez diyakini juga semakin bertambah. Itu seiring hadirnya Yuraida, istrinya yang sudah memberikan lima anak hasil pernikahannya dengan Basez. ’’Ini bukan pertama saya didampingi istri saat bertanding. Tentu saja saya lebih termotivasi dengan kehadiran istri itu,’’ ujarnya.

Sementara itu, psikologis Mekhel dipastikan sudah terganggu. Pasalnya, dalam sesi timbang badan kemarin (16/10), petinju besutan pelatih Virgo Warouw teresbut memiliki kelebihan badan (over weight) hampir satu kilogram dari bobot ideal kelas ringan junior (58,9 kg). Pada sesi timbang badan pertama, Mekhel berbobot 59,25 kg. Sedangkan Basez justru under hingga 4 ons.

Mekhel harus menurunkan berat badan hingga masuk ke bobot ideal di kelas ringan junior. Ternyata, upaya menurunkan berat badan itu tak mudah. Mekhel harus berlari-lari dengan mengenakan jaket agar keringatnya terkuras. Tentu saja cara itu telah banyak menyerap tenaga. Setelah tiga kali timbang badan, barulah bobotnya masuk.
’’Tidak masalah meski saya harus berlari-lari untuk menurunkan berat badan. Sebab, persiapan saya cukup bagus, sekitar sebulan. Mudah-mudahan saya bisa mengalahkan Basez,’’ kata Mekhel. Namun, dia tak berani mematok kemenangan KO atau TKO.

’’Saya lebih muda sepuluh tahun dari Basez. Saya siap untuk mengalahkan dia. Saya tidak bisa memastikan apakah dengan KO atau angka. Sebab, kemenangan KO itu tidak bisa diprediksi. Tapi, jika ada kesempatan menjatuhkan dia (Basez), sekecil apa pun kesempatan itu akan saya maksimalkan,’’ kata Mekhel.

06 Oktober 2009

Sofyan Efendi Akan Diuji Amol

Sofyan Efendi ketika berlatih di Sasana Pirih.


------------

Setelah menunggu sekian lama, Sofyan Efendi akhirnya naik ring. Petinju binaan Sasana Pirih Surabaya itu bertarung nongelar pada 30 Oktober mendatang di Surabaya.
Manajer Sasana Pirih Eric Pirih mengatakan, dalam pertandingan nongelar kelas terbang mini tersebut, Sofyan menghadapi petinju asal Jakarta BC Hery Amol. ’’Pertarungan itu akan berlangsung di Sasana Pirih. Semoga pertarungan tersebut mampu memotivasi dunia tinju di Jawa Timur,’’ katanya kemarin (5/10).
Eric juga optimistis, Sofyan mampu tampil maksimal dalam pertandingan itu. Sebab, program latihan yang dijalani Sofyan saat ini sangat maksimal. Tidak tanggung-tanggung, latihan ketahanan dan kecepatan pukulan adalah santapan wajib Sofyan.
’’Dia mampu berbuat banyak saat uji coba melawan Frans Jackson. Dari itu saja, kekuatan dan skill-nya bisa dinilai,’’ ungkap Eric.
Dia menambahkan, meski Sofyan terlihat sangat siap, program uji coba harus tetap dilakoni. Karena itu, Sasana Pirih akan menggandeng Sasana Inra BC dan Rokatenda untuk memaksimalkan Sofyan jelang pertarungannya tersebut.
’’Banyak petinju dari Sasana Rokatenda yang juga mempunyai jadwal tarung bulan ini. Persiapan yang mereka lakukan tidak jauh berbeda. Itu yang akan kami manfaatkan,’’ papar Eric. Selain Sofyan, petinju Pirih lain, Moko, dipersiapkan untuk memeriahkan even tersebut. Namun, lawan untuk petinju spesialis kelas terbang junior itu masih dicari. ’’Mereka masih membutuhkan jam terbang yang banyak. Kami akan memaksimalkan seluruh petinju untuk ambil bagian dalam even ini,’’ ungkap Eric.

Merasa Menang, Frans Dinyatakan Draw

Frans Jackson (kiri) saat melawan Faris Nenggo
di TVRI Jakarta Sabtu Malam (3/10)


--------------------

Petinju Frans Jackson gagal mengalahkan lawannya, Faris Negggo (Amphibi BC Jakarta). Dalam pertandingan non-gelar kelas terbang 49 kg versi KTI (Komisi Tinju Indonesia) di Studio TVRI, Jakarta, Sabtu malam (3/10), petinju Inra BC Surabaya itu hanya menuai hasil draw.
Hakim A memberikan nilai 76-77 untuk Frans, sedangkan hakim B memberikan nilai 77-76 untuk Faris. Sementara itu, hakim C memberikan nilai sama untuk dua petinju tersebut, 77-77.
Hasil imbang pada partai tambahan pergelaran Ring Tinju TVRI itu tentu saja disambut kecewa oleh Frans yang menempati peringkat ke-7. Masalahnya, Frans merasa pukulannya lebih banyak yang masuk daripada lawan. Petinju besutan pelatih Anis Roga tersebut bahkan membuat wasit Jotje Darmawan harus menghentikan pertarungan pada ronde ke-5.
Itu terjadi setelah pukulan kombinasi yang dilontarkan Frans menyambar telak wajah Faris sehingga pelipis mata kanannya berdarah. Sayang, Frans gagal memanfaatkan kondisi Faris yang sudah terganggu pandangannya itu.
Sebaliknya, dalam kondisi yang terluka, Faris yang menempati peringkat ke-2 justru bangkit dan mampu mengantisipasi pukulan-pukulan Frans. Dukungan suporter berpakaian dinas Marinir yang menguasai arena pertarungan di auditorium TVRI Pusat membuat Faris semakin percaya diri. Bahkan, di ronde-ronde akhir, Faris berhasil mengendalikan pertandingan. ’’Di ronde terakhir, saya memang kehabisan stamina. Tetapi, di ronde-ronde sebelumnya, jelas banyak pukulan saya yang masuk. Seharusnya, saya menang angka. Keputusan draw itu jelas mengecewakan, tetapi saya terima. Petinju profesional harus berjiwa sportif,’’ kata Frans. Dia berharap ada kesempatan tarung ulang (rematch) untuk membuktikan siapa sesungguhnya yang pantas menang.

25 September 2009

Pede Hadapi Mike di Jakarta


Julio de la Bases sangat percaya diri jelang pertarungan mempertahankan gelarnya di kelas ringan junior (58,9 kg) versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI). Petinju Sasana Rokatenda, Sidoarjo, itu akan ditantang Mike dari Jakarta BC pada 17 Oktober mendatang di Jakarta.
”Persiapan saya saat ini cukup optimal. Fisik dan mental saya mantap dan jauh lebih baik daripada saat saya bertanding di Arhanudse pada 9 Agustus lalu,” kata dia kemarin (22/9).
Apakah usia tidak memengaruhi performa? Menurut Bases, usia bukan jaminan kemenangan seorang petinju. Dia menegaskan, pengalaman bertanding adalah faktor utama maksimal atau tidaknya seorang petinju di atas ring nanti.
”Banyak lawan saya yang usianya lebih muda. Tapi, mereka tidak mampu berbuat banyak saat menghadapi saya. Jadi, meskipun Mike baru berusia 24 tahun, belum tentu dia bisa menang,” tegas petinju kelahiran Maluku itu.
Yani Malhendo, pelatih kepala Rokatenda, menilai Bases termasuk petinju yang kaya pengalaman. ”Inilah yang menjadi nilai lebih Bases,” ujar Yani. Karena punya jam terbang tinggi, Bases memiliki naluri tarung yang cukup sempurna. ”Dia juga memiliki inisiatif tinggi sehingga dia tahu kapan harus memukul dan kapan harus menghindar,” tutur Yani.Pujian juga datang dari Anis Roga. Juara kelas terbang junior IBF Intercontinental era 90-an itu mengatakan, Bases termasuk petinju yang konsisten dan mau bekerja keras. Meski tidak diberikan program latihan khusus, Bases berlatih sendiri. ”Konsep berlatih Bases perlu ditiru. Tidak banyak petinju seusia Bases yang mau latihan seperti itu,” ujar Anis.

06 September 2009

Tinju Profesional Jatim Masih Sulit

Eric Pirih (kiri) bersama Sofyan Efendi dan Yani Malhendo



---------
Manajer Sasana Pirih Surabaya Eric Pirih menolak disebut tidak berbuat sesuatu terhadap dua petinjunya, Sofyan Efendi dan Irfan Ogah. ’’Saya sudah menawarkan mereka ke beberapa promotor, namun belum satu pun yang nyantol,’’ katanya kepada Jawa Pos kemarin (28/8).
Sofyan dan Irfan Ogah sudah lama tidak bertanding sehingga mereka menghadapi masalah yang berbeda. Sofyan dikabarkan telah kehilangan gelar ad interim PABA di kelas terbang mini tanpa bertanding, sedangkan Irfan dikabarkan pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Namun, Eric Pirih selaku manajer Sasana Pirih menampik bahwa dirinya tidak serius mempromosikan petinjunya agar mendapatkan kesempatan bertanding. ’’Gelar Sofyan masih utuh. Meski waktunya sudah tujuh bulan, gelarnya tidak melayang. Saya sudah menghubungi Alan Kim (ketua PABA) untuk memastikan gelar Sofyan,’’ ungkapnya.
Selain soal gelar, Eric sudah berulang-ulang meminta Alan Kim menawarkan Sofyan dalam pertandingan mempertahankan gelar dengan petinju di luar Indonesia. Namun, Alan Kim meminta Eric untuk menunggu dan bersabar. ’’Saya juga sudah tawarkan Sofyan ke Thailand dan Filipina. Begitu juga di dalam negeri seperti ke promotor Syafrudin Lado dan Yani Malhendo, namun semuanya tidak sanggup,’’ ujarnya.
Menurut Eric, Alan Kim malah mengatakan Sofyan petinju bagus sehingga tidak ada promotor yang mau mengajaknya bertanding. Maklum, ada beberapa promotor yang tidak mau petinju jagoannya kalah sehingga lawan pun diusahakan yang tidak terlalu kuat.
’’Saya menawarkan Sofyan itu juga dengan harga murah karena saya ingin Sofyan segera bertanding. Namun, tetap saja tidak ada yang mau mempertandingkan mereka. Ini memang persoalan pertinjuan kita yang sepi pertandingan,’’ jelasnya. Eric juga mengaku sudah berulang-ulang ingin mempertandingkan Sofyan dan Irfan, namun semua niat itu batal terlaksana karena terbentur sponsor.
Bagaimana dengan Irfan Ogah? Eric lebih banyak bilang off the record, meski dia menceritakan asal mula kepergian Irfan ke Jakarta. ’’Saya tahu kepergian Irfan ke Jakarta,’’ tegasnya.
Terlepas dari semua masalah itu, Eric mengatakan sasananya tetap eksis. ’’Saya akan berusaha menghidupkan sasana. Saat ini mungkin lagi sulit karena sepi pertandingan. Tapi, mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah ada perubahan,’’ harapnya. Saat ini Sasana Pirih membina petinju-petinju muda dan masih membutuhkan jam terbang. Di antara mereka, sebagian sudah bertanding di Jatim di berbagai versi badan tinju

Petinju Amphibi Tanding Pasca Lebaran





Puasa tidak menghentikan program latihan para petinju Sasana Amphibi, Sidoarjo. Bahkan, porsi latihan akan ditambah seiring semakin dekatnya waktu pertarungan. Setelah Lebaran, para petinju Amphibi memang akan naik ring.
’’Latihan rutin tiap pagi terus kami lakukan. Mendekati hari pertandingan, menu latihan ditambah dan lebih bervariasi,’’ kata Manajer Sasana Amphipi Edi Susilo kemarin (29/8). Tapi, dia enggan memberi tahu ajang apa saja yang bakal diikuti para petinjunya.


Saat ini, Amphibi memiliki lima petinju. Mereka adalah Darsim Nanggala (welter 66 kg ), Arga Soka (menengah 69 kg ), Korry Bombardir (bantam 53 kg), Jack Serbu (terbang 49 kg), dan Dwi Slaber (terbang 49 kg)
Pelatih Sasana Amphibi Benybelonis menyatakan, ajang yang kemungkinan bakal diikuti anak asuhnya adalah Bupati Cup di Boyolali, Jateng, dan kejuaraan di TVRI Jakarta.
’’Sementara ini kami masih menunggu informasi dari panpel. Jika masih ada yang kosong, kami akan berangkat,’’ katanya.
Karena hanya memiliki lima petinju, Sasana Amphibi berencana merekrut bibit-bibit baru. ’’Kami sudah usulkan untuk menjaring atlet baru dari kalangan anggota (korps Marinir, Red),’’ ungkap Beny. ’’Idealnya, mereka adalah anggota yang baru masuk. Usianya 18 sampai 20 tahun. Dengan lima petinju yang sudah ada saat ini, tambahan empat atau lima lagi saya kira cukup,’’ sambungnya. Sasana Amphibi saat ini ditangani dua pelatih. Selain Benybelonis, pelatih lainnya adalah Lato Vegas. Beny adalah mantan petinju. Dia kali terakhir naik ring pada 2003. Saat itu, dia kalah KO oleh Moses Seram.

29 Agustus 2009

Irfan Ogah Hengkang dari Pirih BC

Irfan Ogah ketika masih di Pirih BC

------------

Petinju Irfan Ogah sudah beberapa hari ini tidak berada di sasananya, Pirih Boxing Camp Surabaya. Petinju yang sejak kecil ’’ngenger’’ di Pirih itu sekarang sudah di Jakarta untuk mencari sasana baru yang mau menampungnya.
Dia dikabarkan telah diskorsing sasananya karena kerap gagal menurunkan berat badannya. Terakhir adalah ketika dia bertanding di Thailand. Dalam laga kejuaraan itu, Ogah tidak bisa mencapai berat badan di kelasnya, terbang mini, sehingga pertandingan kejuaraan itu batal dilaksanakan. Sebaliknya, laga diganti laga biasa.
Namun sumber di Pirih tersebut masih enggan menyebutkan berapa lama skorsing tersebut. Yang jelas Pirih mempersilakan sasana lain merekrutnya asal melalui prosedur yang berlaku.
Kepergian Ogah menambah luka Mudafar, pelatih Pirih BC. Sebelumnya, perjuangannya untuk mencetak petinju juara berakhir sia-sia. Sebab, gelar juara ad interim PABA kelas terbang mini 47,6 kg yang disandang Sofyan Effendi harus melayang. Akar masalahnya sama. Yakni, jarang bertanding.
’’Sofyan kan tak bertanding lebih dari tujuh bulan. Tentu saja gelarnya hilang dengan otomatis. Itu sangat mengecewakan bagi saya,’’ tambah Mudafar.
Jika para petinju tak juga menjalani pertandingan, Mudafar memprediksi Sasana Pirih akan ditinggalkan petinju lainnya. Jika itu terjadi, Sasana Pirih bisa jadi akan tinggal kenangan seperti Sasana Sawunggaling.
’’Petinju di sini kan butuh makan. Jadi, tidak mungkin mereka terus-terusan berlatih. Mereka juga harus bertanding untuk mendapatkan uang,’’ tandas Mudafar.

27 Agustus 2009

Singa Tua Masih Mengaum di Atas Ring

Suwarno (ft: kholili indro)

----------------------



Generasi muda tinju professional (pro) tanah air sekarang mungkin mengenal Suwarno hanya sebagai hakim atau wasit dalam pertandingan tinju pro versi KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia). Ini berhubungan dengan aktivitas Suwarno sebagai wasit KTPI.
Padahal, Suwarno adalah mantan petinju pro yang sangat dikenal di masa jayanya. Jika sekarang dia menjadi wasit, maka itu adalah kecintaan dia pada dunia tinju pro. Boleh bilang ini ketotalan dia dalam tinju pro Indonesia.
Sosok Suwarno sendiri masih terlihat seperti dulu. Mukanya sangar dengan kumis dan jambang yang lebat. Gaya bicaranya meledak-ledak. Badannya juga masih terlihat kekar. Padahal, saat ini dia sudah berumur 56 tahun. Tapi, gaya bicara, perawakan, dan semangatnya seolah mengaburkan usianya.
”Saya memang sudah tua. Tapi, saya punya prinsip, semangat tetap tidak boleh kalah oleh anak muda,” kata Suwarno saat dijumpai di JTV, Surabaya, beberapa waktu lalu. Dalam pertandingan ATI (29/7) tersebut, dia menjadi wasit. Profesi wasit sudah dilakoninya selama puluhan tahun. Tapi, dia lupa kapan memulai karir sebagai pengadil di atas ring.
Saat masih berpredikat sebagai petinju, Suwarno adalah jagoan di atas ring. Beragam gelar di tingkat nasional dan internasional sudah digenggamnya. Salah satu gelar yang paling prestisius adalah ketika dia menjadi juara OPBF kelas menengah 72,5 kg pada 1986. Saat itu, pria kelahiran 26 Oktober 1953 tersebut mengalahkan Bul Yul Kim (Korea Selatan) di Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Prestasi tersebut istimewa. Salah satu alasannya, itu merupakan gelar internasional pertamanya. Alasan lainnya, dia mendapatkan sabuk juara tersebut saat sudah berusia 33 tahun. ”Banyak yang menjuluki saya dengan sebutan Singa Tua. Salah satu penyebabnya, ya saya memang moncer saat usia sudah terbilang tua,” ungkap Suwarno.
Sebelum memutuskan menjadi wasit, beragam profesi di dunia tinju sudah dilakoninya. Di antaranya, promotor liar. Dia pernah melangsungkan pertandingan di Kediri. Dia juga pernah menjadi pelatih di Sianjur Mula-Mula Boxing Camp. ”Hanya, yang mungkin diingat para pencinta tinju adalah nama Singa Tua. Saat itu, mungkin banyak yang lebih kenal saya dengan nama Singa Tua daripada nama asli,” kata Suwarno.
Padahal, Singa tua hanya satu di antara banyak ”nama seram” yang digenggamnya. Sebelumnya, nama Suwarno terdengar menakutkan saat bergabung dengan Massa 33, organisasi yang mengoordinasi para preman di Terminal Joyoboyo, Surabaya. Ketika itu, Suwarno layaknya seorang god father. Dia hanya perlu memerintah anak buah, lalu mendapatkan jatah.
”Orang zaman dulu pasti sudah sering mendengar tentang Massa 33. Cukup lama saya berkutat di dunia tersebut. Yakni, mulai 1974 sampai 1982,” ungkap pria yang memulai bertinju saat berumur 19 tahun itu.

23 Agustus 2009

Basez Bangkit Lagi setelah Limbung

Julio de la Basez (tengah) usai laga lawan
Sogol pada 9 Agustus 2009 (ft: kholili indro)
--------------------------------------------


Julio de la Basez bangkit kembali dalam tinju profesional (pro) nasional. Padahal, dia sempat limbung, karena frustrasi tidak mendapat job bertanding.
----------
Dalam dunia tinju pro, nama Julio de la Basez tidak begitu asing. Sebab, dia sejak sangat muda sudah menggeluti olahraga keras tersebut. Bahkan ketika masih bergabung di Sasana Sawunggaling pada 1990-an, dia sudah mencatatkan dirinya sebagai petinju termuda yang juara nasional KTI (Komisi Tinju Indonesia) untuk kelas terbTambah Videoang mini. Saat itu, usia Basez baru 18 tahun.
Dalam usia yang sangat muda tersebut, Basez mampu mempertahankan gelarnya hingga delapan kali berturut-turut. Sebuah rekor yang sulit dibukukan, mengingat tinju pro nasional saat itu begitu gemerlap dengan bayaran yang cukup menjanjikan.
Namun, Basez kehilangan gelar setelah dikalahkan oleh petinju Thailand dalam perebutan sabuk PABA. Dia juga gagal bertanding di Afsel bersama Andrian Kaspari karena diindikasi terkena virus hepatitis oleh dokter Afsel.
Basez mengalami puncak kegetiran setelah promotor Aseng Hery Sugiarto meninggal 2004. Dunia tinju pro Jatim jadi sepi pertandingan. Banyak sasana yang kolaps, bahkan di antaranya memvakumkan diri. Basez pun banting setir untuk menghidupi keluarganya. Dia bekerja apa saja, termasuk menjadi penjaga salah satu perusahaan di Surabaya.
Namun, publik tinju Jatim kembali disuguhi prestasi Basez sebagai juara nasional versi KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia), sebuah organisasi tinju pecahan KTI.
Dalam pertandingan nongelar melawan Sogol (Majapahit BC) 9 Agustus lalu, dia juga mampu membuktikan kemampuannya. Dia mampu menganvaskan Sogol dengan KO pada ronde ketiga. Itu adalah hadiah terbaik bagi ulang tahunnya yang ke-30. ’’Saya bangga karena bisa meraih prestasi terbaik di usia yang tidak muda. Ya, tua-tua keladi, makin tua makin jadi,’’ kelakar Basez.
Julio de la Basez adalah nama julukan di atas ring. Sebab, nama sebenarnya ialah La Ode Zainudin Bases. Nama Basez diambil dari gabungan nama kedua orang tuannya. Yaitu, Baenda dan Sese. Baenda adalah nama kecil ayahnya, yaitu La Ode Baendah, sedangkan Sese adalah nama panggilan ibunya, Wa Ode Sese.
Pria kelahiran, Desa Wa’i, Maluku Tengah, tersebut, awalnya tidak pernah bercita-cita menjadi petinju pro. PAsalnya, Basez mudah adalah pemain sepak bola dan bulu tangkis andalan sekolahnya.
’’Saya dulu adalah pemain bola di kampung yang biasa mengikuti kejuaraan antarkampung (tarkam), sedangkan bulu tangkis sekadar hobi,’’ ungkap Basez.
Nah, apa yang memotivasinya menjadi petinju? Kebiasaannya berkelahi sejak di sekolah dasar membuat dia beralih hobi dari sepak bola ke tinju.
Sejak di sekolah dasar, Basez akrab dengan perkelahian. Hampir seluruh siswa pria di sekolahnya pernah merasakan tonjokan ayah empat anak itu. Atas kelakuannya tersebut, Basez harus berpindah-pindah sekolah.
’’Saya dulu nakal. Pernah ada dua siswa yang menyerangku bersamaan. Mereka saya kalahkan setelah giginya rontok,’’ kenangnya.
Kebiasaan berkelahi di sekolah tersebut membuat Basez ingin bergabung dengan sasana tinju pro. Tepatnya pada 1993, Basez yang masih terdaftar sebagai siswa SMA itu bergabung dengan Sasana Sawunggaling. Kebetulan, sasana yang bermarkas di Surabaya tersebut sedang mencari bibit tinju di Ambon.
Namun, selama menggeluti tinju pro, Basez beberapa kali stres berat. Dunia malam serta minuman keras menjadi teman hidupnya pada 2002 dan berlanjut hingga 2004. Itu terjadi setelah dia ditinggal oleh satu-satunya anak laki-lakinya –Julius de la Bases Jr– serta promotor idolanya, Aseng.
’’Setelah Pak Aseng meninggal, konsentrasi tinju saya mulai menurun. Akhirnya, dunia malam menjadi pelampiasan. Tidak hanya itu, pulang pagi juga bagian rutinitas saya,’’ terang pria berbadan kekar tersebut.

15 Agustus 2009

Ari Sena Pantas Diorbitkan

Ari Sena (kanan) setelah menjatuhkan Simon Rey di
JTV, 29 Juli 2009. ft: kholili indro.
-------------
John Ari Sena, petinju asal Bengawan, Blitar, membuktikan ketangguhannya. Bertanding memperebutkan sabuk Bupati Blitar di Halaman Gedung JTV pada Rabu malam (29/7), dia mampu menang TKO ronde ke-4 atas lawannya, Simon Ray dari Mandiri Grobogan, Jateng.
Ari Sena yang baru berusia 18 tahun itu punya potensi untuk menjadi petinju besar. ’’Usianya masih muda. Posturnya baik. Dia merupakan salah satu petinju potensial Jatim saat ini,’’ kata Marten Kasanke, matchmaker laga tersebut.
Dia menyarankan, Sasana Bengawan membina Ari Sena lebih cermat. Sebab, dia memiliki dasar bertinju yang baik. ’’Gaya-gayanya seperti Hengky Gun (juara OPBF 1980-an). Pukulan counter-nya bagus, tinggal dipoles saja,’’ ungkapnya.
Selain partai Ari Sena v Simon Ray, pertandingan yang dilaksanakan untuk meramaikan pelantikan pengurus ATI Jatim itu menduelkan Frans Ende (Inra BC) v Korry Bombardir (Amphibi BC). Frans tampil sebagai pemenang setelah dinyatakan menang angka.
’’Frans juga bagus. Mungkin, dia akan bertanding lagi dalam pertandingan di Kediri, 12 Agustus,’’ kata Marten.

11 Agustus 2009

Jakob Ton Bakal Ubah Gaya Main

Jakob Ton (kiri) dihajar pukulan Tony Arema
di Arhanudse Sidoarjo (9/8) ft:kholili indro


Kekalahan dari Tony Arema dalam pertandingan di Kompleks Yon Arhanudse, Sidoarjo, Minggu lalu (9/8) menjadi pelajaran berharga bagi Jakob Ton. Petinju Sasana Inra Surabaya itu masih harus berlatih lebih keras dan memperbanyak pengalaman tanding.
Pelatihnya, Anis Roga, sudah menyiapkan strategi baru untuk meningkatkan performanya. Mantan juara kelas terbang junior IBF Intercontinental itu juga menilai gaya permainan Jakob harus berubah.
’’Kalau bermain begitu terus, dia sulit maju. Dia harus mengubah gaya bertinju,’’ kata Anis kepada Jawa Pos setelah pertandingan itu.
Jakob dalam pertandingan enam ronde tersebut memang kalah angka. Dia terlambat panas karena cenderung menunggu lawan. Padahal, dia punya potensi untuk mengalahkan lawannya dari Sasana Arema itu.
’’Gaya bertinju Jakob itu boxer. Gaya itu sebenarnya tidak buruk. Banyak petinju yang bergaya demikian. Tapi, Jakob rupanya kesulitan. Karena itu, nanti saya ubah menjadi fighter, seperti gaya saya dulu,’’ ungkap Anis.
Pelatih yang memilih tinggal di Surabaya untuk memoles petinjunya dan hanya Minggu pulang ke Probolinggo untuk bertemu anak dan istrinya itu masih optimistis terhadap kemampuan Jakob. ’’Asal Jakob tidak putus asa dan punya semangat untuk maju, saya kira jalan ke depan masih terbentang,’’ tambahnya.
Pandangan serupa diungkapkan Bugiarso. Mantan juara kelas bulu junior (55,3 kg) PABA (Pan Asian Boxing Association) itu menilai Jakob terlalu menunggu lawan. Akibatnya, dia sering kedahuluan pukulan lawan yang agresif sejak awal.’’Coba kalau tadi dia punya inisiatif menyerang, mungkin berbeda hasilnya. Sebab, pada ronde-ronde terakhir Tony agak kewalahan,’’ katanya.

Basez Paksa Sogol Cium Kanvas

Sogol (kiri) saat lawan Basez Minggu (9/8)



Ambisi Sogol, petinju Sasana Majapahit Jombang, untuk menjatuhkan Julio de La Basez di ronde ketiga tidak terbukti. Dalam pertarungan di kelas ringan junior (58,9 kg) di kompleks Yon Arhanudse, Gedangan, Sidoarjo, kemarin siang (9/8), dia malah terkapar knockout (KO) di ronde ketiga.
Pukulan straight kiri Basez mengenai rahang kanan Sogol. Sengatan pukulan tersebut membuat petinju bernama asli Ahmad Syafi’i itu langsung ambruk di sudut biru, tempat pelatihnya mendukung dirinya.
Wasit Suwarno Perico memberikan sepuluh hitungan, namun Sogol tidak bisa bangkit. Dengan demikian, Basez menang KO di ronde tersebut. ”Saya akui pukulan Sogol cukup kuat. Saya sempat dibuat goyang pada ronde pertama,” kata Basez setelah pertandingan. Namun, Basez mampu menutupinya dengan kecepatan serangan balik.
Menurut Basez, cepat memanfaatkan peluang adalah strategi yang bagus untuk memenangi pertandingan kemarin. ”Saya tidak mau membuang peluang. Saat posisinya lengah, langsung saya lancarkan pukulan keras ke perutnya,” terang petinju kelahiran Buton itu.
Sogol mengakui ketangguhan Basez. Menurut dia, persiapannya sudah maksimal. Namun, Basez lebih kaya pengalaman. ”Saya akui jam terbang Basez lebih banyak daripada saya,” ucap Sogol.
Dalam laga lainnya, petinju Heldy Darwis dari Sasana Kuda Liar berhasil merebut sabuk bupati Bima setelah menang angka atas Monang dari Sasana Pirih. Kemenangan angka juga terjadi pada pertarungan Tony Arema melawan Jakob Ton dari Sasana Inra Surabaya di kelas bulu junior (55,3 kg).
Jakob menyatakan tak puas karena Tony dianggap bermain tidak fair. Karena itu, Jakob berharap bisa bertarung ulang melawan Tony. ”Saya mampu membuat dia tak berdaya di ronde-ronde terakhir. Namun, dia lebih banyak menggunakan teknik memeluk,” dalih Jakob. Tiga pertandingan itu memperebutkan sabuk H M. Abdul Salam, Danyon Arhanudse 8 Kodam V/Brawijaya, dan bupati Bima.

03 Agustus 2009

Maju Bersama ATI Jatim

Selamat kepada rekan-rekan dari Pengurus ATI (Asosiasi Tinju Indonesia) Jatim yang baru dilantik pada Rabu, 29 Juli 2009. Semoga dengan pengukuhan itu ATI bisa kembali membangkitkan tinju profesional Jatim yang lesu darah.

Pengurus ATI Jatim 2009-2014

Ketua : H Herry Noegroho SE MM
Wakil Ketua : Drs H Hasan Aminuddin
Wakil Ketua : Drs H Arif Afandi
Sekretaris : Imam Kusnin Ahmad SH
Wakil Sek. : Mona Amalia Pirih
Bendahara : Drs H Mukid
Wakil Bend. : Drs Sandi Suwandi Hasan

Bidang Teknik:
Eddy Miswanto
Damianus Wera
Bidang Kesehatan:
dr Eddy Herman S
dr Budi Winarno

Bidang Wasit/Hakim:
Marthen Kasangke
Hamid Arif
Soewarno
Ateng Mujiono
Asngari
Edi Miswan
Bidang Hukum:
Dr Priyo Handoko SH MH
Nur Baidah SH MH

Bidang Dana /Usaha:
Randu Ramaditya
Henky Ghozali
Tri Handayani Basuki

Bidang Humas:
Drs Sidiq Prasetyo
H Abu Muslich
Ernes Tego Lelono
Felik Ghozali

24 Juli 2009

Gairah Tinju Pro Bernama Rokatenda

Sasana Rokatenda Sidoarjo bukan sasana top di Jawa Timur. Pamornya masih kalah dengan Sasana Pirih, Sawunggaling Surabaya, dan Javanoea Malang. Tapi, di tengah tinju pro yang meredup di Jatim, kehadiran Rokatenda tak bisa diabaikan.
-------------

Sasana di kawasan Pondok Tjandra, Sidoarjo, tersebut menjadi salah satu sasana tinju pro di Jatim yang sering muncul di media. Itu tidak disebabkan kedekatan wartawan dengan sasana milik Damianus Wera itu, namun karena aktivitasnya yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa pertandingan di Jakarta diikuti petinjunya. Bukan hanya kejuaraan, tapi juga pertandingan non kejuaraan. Bahkan, beberapa petinjunya mampu menjadi juara nasional, baik di ATI (Asosiasi Tinju Indonesia) maupun KTPI (Komisi Tinju Pro Indonesia). Dua badan tinju tersebut adalah organisasi baru tinju Indonesia setelah KTI (Komisi Tinju Indonesia), badan tinju pro tertua di Indonesia yang masih eksis.
Gairah dua badan tinju baru itu dimanfaatkan Rokatenda untuk menyalurkan bakat dan potensi petinjunya. Damianus menyadari betul betapa menderitanya para petinjunya jika tidak bertanding. Berlatih adu jotos terus tentu akan sangat membosankan. Untuk apa latihan dengan muka lebam dan bangkak kalau tidak bertanding. Okelah, bayaran tidak seberapa, tapi bertanding akan serasa mengobati lebam-lebam di wajah saat berlatih.
Karena itu, meski bayaran pertandingan di ATI dan KTPI tidak terlalu besar, Damianus mempersilakan petinjunya bertanding di Jakarta. Memang ada kesan ’’jual murah’’, namun keputusan tersebut cukup membantu mengatasi minimnya pertandingan di Jatim. Beberapa petinjunya pun punya semangat baru. Dengan menarik pelatih pengalaman Yani Malhendo, beberapa petinjunya bisa menjadi juara nasional, seperti Tomy Seran (kelas terbang junior ATI) dan Julio de la Basez (KTPI). Rokatenda juga memiliki petinju lain yang cukup menjual di kedua badan tinju tersebut, yakni La Amir Laila dan Robert Kopa.
Bukan hanya itu yang membuat Damianus makin bergairah. Sasananya sekarang setiap pagi dan sore selalu ramai saat berlatih. Bahkan, tak jarang sasana lain ikut nimbrung latihan bersama, seperti Sasana Amphibi Sidoarjo maupun sasana lain. Bahkan, Damianus yang membuka praktik pengobatan alternatif itu memberikan hadiah sepeda motor kepada petinjunya yang juara, yakni Tomy Seran dan Julio Basez.
Hadiah motor tersebut tentu sangat berharga bagi kedua petinju itu, apalagi bayaran dari kontrak pertandingan tidak cukup menjanjikan untuk kehidupan mereka. Pengalaman pahit Tomy Seran yang sampai tidak bisa membeli sabun ketika tidak bertanding adalah bukti betapa menderitanya dia.
Untuk pertandingan mempertahankan gelar juara di Jakarta, seorang petinju Rokatenda dibayar Rp 3,5 juta, sedangkan pertandingan merebut gelar hanya Rp 2,5 juta. Mereka masih harus membayar tiket transportasi pulang pergi dan makan selama di Jakarta. Sementara itu, penginapan sudah disiapkan promotor.
Kondisi tersebut berbeda dengan era 1990-an dan 2000-an. Untuk perebutan gelar juara, seorang petinju bisa mendapatkan Rp 4 juta, tidak perlu membayar tiket transportasi, makan, dan penginapan. Untuk mempertahankan gelar, petinju masih bisa mengantongi Rp 7 juta sampai Rp 10 juta, bergantung kualitas dan pamor seorang petinju.
Perbedaan harga kontrak yang jomplang itu membuat beberapa sasana sekarang harus menghitung ulang ongkos untuk menghidupi sasananya. Yang pakai kalkulator bisnis tentu berpikir panjang melanjutkan membina petinju. Karena itu, banyak sasana yang kemudian tiarap. Ada nama tapi tidak ada aktivitas.
Rokatenda, tampaknya, berbeda. Damianus yang mendirikan sasana itu bersama Promotor Aseng Hery Sugiarto (alm) tidak berpikir bisnis. Dia rela mengeluarkan uang untuk menghidupkan sasananya.
Dia juga tidak memilih-milih badan tinju untuk menyalurkan karir petinjunya. Di mana pun badan tinjunya, jika itu menjadi kesempatan petinjunya untuk berkarir, dia akan berikan. Padahal, dia adalah pengurus KTI Jatim. (kholili indro)

13 Juli 2009

Tomy Jajal Kejuaraan WBO Oriental


Ambisi Tomy Seran Pikareu Palue mendapatkan kesempatan bertanding dalam kejuaraan WBO Oriental tampaknya bakal terlaksana. Peluang itu terbuka setelah dia meraih kemenangan KO ronde ke-10 atas Dicky Putra (PDAM BC Padang) dalam pertandingan nongelar kelas terbang junior (49 kg) di Studio TVRI, Jakarta, Sabtu malam (11/7).
Kemenangan KO petinju Sasana Rokatenda, Sidoarjo, Jatim, itu melenceng dari targetnya menang knock out pada ronde ke-3. Meski begitu, Tomy menyatakan cukup puas karena hampir sepanjang ronde mampu menguasai permainan.
Petinju kelahiran Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT), 6 April 1983, tersebut menuturkan mengalami kesulitan dalam upaya menjatuhkan Dicky dengan cepat. ’’Terus terang, baru kali ini saya menghadapi petinju kidal. Saya mengalami kesulitan melontarkan pukulan, karena dia terus berlari dan menghindar dengan memanfaatkan keunggulan tinggi badan dan jangkauan tangan,’’ paparnya.
Perbedaan kondisi fisik yang dikeluhkan Tomy memang benar. Tinggi badan Tomy 164 cm, sedangkan Dicky 167 cm. Jangkauan tangan Tomy 82 cm, sedangkan lawannya 83 cm. Seringnya clinch yang dilakukan Dicky juga cukup menyulitkan Tomy untuk melontarkan pukulan.
Berulang-ulang wasit Alfonso Sihombing memberikan peringatan kepada Dicky agar tidak merangkul. Tapi, dia tetap mengulangnya. Baru pada ronde ke-7, wasit memberikan aba-aba agar nilai Dicky dikurangi.
Diuntungkan adanya pengurangan nilai yang dikumpulkan Dicky tak membuat Tomy mengendurkan serangan. Dia terus beringas memburu Dicky ke berbagai sudut ring. Itu pula yang membuat stamina Dicky terkuras. Hingga akhirnya, pada ronde ke-10 sebuah pukulan straight kanan Tomy yang cukup keras mendarat telak ke dagu Dicky. Pukulan itu membuat Dicky terjatuh.
Wasit memutuskan Dicky kalah KO, setelah pada hitungan kesepuluh petinju besutan pelatih Ibrahim itu tak mampu bangkit. Dicky baru bisa bangun untuk keluar dari ring, setelah sekitar 5 menit dirawat dokter ring. Mukanya lebam. Mata kanannya nyaris tertutup karena membengkak akibat pukulan bertubi-tubi Tomy.
Kemenangan KO tersebut langsung disambut sukacita kubu Tomy. ’’Sesuai janji saya, Tomy akan kami hadapkan ke jenjang pertandingan internasional. Dia akan menghadapi petinju Thailand dalam pertarungan gelar versi WBO Oriental. Jika tidak ada rintangan, pertarungan dilangsungkan di Lampung bulan depan,’’ kata Pelatih Rokatenda Yani Malahendo.
Namun, dia masih merahasiakan nama calon lawan Tomy. Sebab, hingga kini negosiasi soal bayaran belum mencapai kata sepakat. Tapi, jadwal pertandingan di Lampung mendatang sudah disetujui H Tomy. Dia adalah penyandang dana pertarungan tersebut. ’’Saya siap mementaskan Tomy Seran dalam pertarungan internasional di Lampung. Insya Allah, pertandingan dilangsungkan pada Agustus,’’ katanya.

01 Juli 2009

Kubu Sofyan Ngotot Heri Amol

Pesona Heri Amol (Sasana Tri Sakti Jakarta) ternyata menyilaukan pandangan manajer Sasana Pirih Surabaya, Eric Pirih. Eric pun masih berhasrat untuk mempertemukan Heri dengan petinju andalannya, Sofyan Efendi pada 15 Agustus nanti. Itu demi upaya Sofyan melanggengkan galar juara ad interim kelas terbang mini 47,6 kg versi PABA.
’’Ya, mumpung masih ada waktu, kami akan mencoba untuk kembali melobi Heri. Mudah-mudahan dia mau untuk bertanding dengan Sofyan,” terang Eric.
Sebelumnya, Eric memang mengisyaratkan lempar handuk untuk memanggungkan dua petinju tersebut. Sebab, kubu heri ternyata menyatakan keengganannya. Eric pun bahkan sudah menunjuk satu petinju Thailand untuk menjadi lawan Sofyan.
Pemikiran Eric berubah jika menghitung animo masyarakat. Dia mengatakan laga kontra Heri dinilai mampu menyedot penonton lebih banyak dibanding partai versus petinju Negeri Gajah Putih. Apalagi, selama ini, Heri dan Sofyan dianggap sebagai “musuh bebuyutan” karena berulang kali bertemu.
’’Kemampuan kedua petinju tersebut memang berimbang. Karena itu, saya pikir pertandingannya akan sangat seru. Kalau sudah begitu, penonton tentu akan antusias,” imbuh pria penyuka binatang tersebut.
Menurut rencana, pertandingan tersebut akan dilangsungkan di Surabaya Town Square (Sutos). Eric menyatakan bahwa deal antara kedua belah pihak sudah hampir menemui kata sepakat.
’’Kalau pertandingannya di mall, mungkin penontonnya akan lebih banyak lagi. Itu juga bisa meningkatkan image tinju yang selama ini terkesan kumuh. Sebab, di luar negeri, kadang pertandingan tinju digelar di tempat yang mewah,” papar anak promotor kondang Eddy Pirih (alm) tersebut.
Partai tersebut akan bermakna penting bagi Sofyan. Sebab, jika terus-terusan tertunda, bukan tidak mungkin gelar juara ad interim PABA-nya akan dicabut. Sebab, durasi gelar juara tersebut juga dibatasi waktu.

10 Juni 2009

Rienno Promotori Sofyan Efendi


Sofyan Effendi akhirnya akan tanding juga. Petinju Sasana Pirih, Surabaya, tersebut bakal berupaya melanggengkan sabuk juara ad interim PABA kelas terbang mini 47,6 kg pada 3 Juli mendatang.’’Lawannya masih kami pilih. Tapi, Heri Amol (Sasana Trisakti Jakarta) menjadi pilihan pertama. Kalau Heri Amol gagal, kemungkinan akan kami tandingkan dengan petinju Thailand,’’ terang Eric Pirih, pemilik sekaligus manajer Sasana Pirih, Minggu (7/6).
Jika rencana tersebut berjalan lancar, hari itu tentu akan menjadi momen membahagiakan bagi Sofyan. Sebab, laga tersebut akan menjadi obat dahaganya setelah lama tak naik ring.
Petinju kelahiran Jember itu terakhir naik ring pada 22 November 2008. Ketika itu, dia menang TKO melawan Jack Amisa (Sasana Pakuwojo, Kendal) di ronde keempat. Artinya, Sofyan sudah enam bulan tak menjotoskan tangannya ke tubuh petinju lain di laga resmi.
’’Sebenarnya, ada beberapa promotor Thailand yang menawari pertandingan kepada Sofyan. Tapi, harus main di Thailand. Saya tak mau. Sebab, pasti akan dicurangi dan nantinya kalah,’’ tambah Eric.
Sofyan menyambut jadwal tersebut dengan antusias. Sebab, itulah yang selama ini selalu ditunggunya. Dia pun tak peduli lawan yang akan dihadapinya. Sebab, menurut dia, semua lawan yang akan dihadapi pasti tak jauh berbeda dengan kemampuannya. ’’Kalau saya selalu siap. Melawan Heri Amol oke, melawan petinju Thailand juga siap,’’ ujar Sofyan.
Bukan hanya Sofyan yang antusias menyambut laga tersebut, Rienno Pirih juga mengungkapkan antusiasmenya. Sebab, itu merupakan pertandingan pertamanya sebagai seorang promotor. ’’Saya tertantang untuk membangkitkan kembali dunia tinju Jatim,’’ jelas pria yang akrab disapa Enno tersebut.

03 Juni 2009

Rachman Gagal Bikin Sejarah


Kesempatan Muhamad Rachman mencetak sejarah sebagai petinju Indonesia pertama yang menjadi juara dunia kelas terbang mini versi WBC pupus. Lewat pertarungan berdarah melawan petinju tuan rumah sekaligus juara bertahan Oleydong Sithsamerchai di Bangla Boxing Stadium, Phuket, Thailand, Jumat (29/5), Rachman dinyatakan kalah angka.
Hasil itu sangat disayangkan karena tahun ini usia Rachman sudah mencapai 38 tahun. Namun, pujian tetap diberikan masyarakat Phuket kepada petinju yang pernah menyabet predikat juara dunia versi IBF tersebut.
’’Pertandingan sangat ketat dan seru. Bahkan, penonton tak menyangka jika usia Rachman sudah 38 tahun,’’ ujar Martinez Dos Santos, manajer Rachman, melalui sambungan internasional tadi malam.
Menurut dia, Rachman tampil mendominasi di ronde pertama dengan mengandalkan serangan-serangan jarak dekat. Strategi itu memang lebih menguntungkan karena lawan memiliki postur yang lebih tinggi.
Selain itu, lawan memang jauh lebih muda. Oleydong pun memiliki track record yang cukup bagus. Dari 30 pertandingan, dia belum pernah kalah. Dia petinju kidal bergaya counter boxer dan lebih mengandalkan pukulan lurus (straight) kiri.
Memasuki ronde kedua, Oleydong mulai membalikkan keadaan. Dia lebih banyak mengandalkan tandukan. Rupanya, strategi Rachman terbaca.
Nah, pada ronde ketiga, tandukan Oleydong membentur kepala Rachman hingga alis mata kirinya robek. Kondisi itu tak membuat Rachman menyerah. Dia masih tampil fight di ronde berikutnya.
Namun, pada ronde ketujuh, Oleydong kembali menanduk Rachman. Kali ini, alis mata kanan Rachman robek. Tindakan itu membuat Oleydong diganjar pengurangan nilai karena dinilai tak sportif.
Tapi, hukuman itu tak membuat Oleydeng jera. Dia kembali menanduk Rachman pada ronde ke-11. Lagi-lagi tandukan itu mengenai alis mata kanan Rachman. Akibatnya, luka pada alis mata kanan Rachman kian lebar, sehingga membutuhkan perawatan dokter. Tapi, dia menolak mendapatkan jahitan pada luka-lukanya.
Karena kejadian itulah, dokter menyatakan berbahaya jika pertandingan dilanjutkan. Wasit pun memutuskan menghentikan pertandingan. Akhirnya, wasit menyatakan technical decision dan Rachman dinyatakan kalah angka.
’’Secara keseluruhan, kami puas dengan hasil tersebut, meski Rachman sedikit kecewa. Dia yakin jika pertandingan dilanjutkan kemenangan bisa diperoleh,’’ terang Martinez. ’’Rachman nggak asal ngomong. Di ronde kesembilan saja, lawan sudah sempoyongan setelah mendapatkan uppercut perut dari Rachman,’’ imbuhnya.
Terkait usia Rachman yang telah mencapai 38 tahun, Martinez tidak bisa memberikan kepastian kelanjutan karir petinju asal Blitar tersebut. Rachman pun belum memberikan jawaban masih mau terus atau pensiun. ’’Kami akan membicarakannya di tanah air nanti,’’ tukas Martinez.
Hari ini, Rachman akan menuju Bangkok. Menurut rencana, pada Minggu sore (31/5), Rachman tiba di Bandara Juanda, Surabaya.

26 Mei 2009

Rachman Cuma Didampingi Istri

Keberangkatan Muhammad Rachman ke Thailand Minggu lalu (24/5) cukup mengenaskan. Tidak ada pengurus atau badan tinju di Jawa Timur yang melepas keberangkatannya ke Negeri Gajah Putih tersebut. Padahal dia akan merebut juara dunia kelas terbang mini WBC melawan juara bertahan Olyedong Sithsamerchai dari Thailand pada Jumat nanti (29/5). Ke Negeri Gajah Putih dia hanya didampingi istri tercintanya, Ninik Eko Widiarsih.
Rachman dan Ninik tampak begitu mesra ketika bertolak ke Thailand dari Bandara Juanda, Surabaya. ’’Dia (Ninik, Red) adalah motivasi terbesar bagi saya di atas ring. Saya juga meminta doa dari masyarakat Indonesia agar bisa pulang gelar juara dunia,’’ katanya kepada Jawa Pos kemarin.
Menjelang keberangkatan, lagi-lagi Rachman menegaskan peluangnya untuk kembali menjadi juara dunia, meski usianya sudah mencapai 38 tahun. Menurut dia, power, speed, serta staminanya telah berada di titik optimal. ’’Semua persiapan telah optimal. Berat badan serta kesehatan saya masih normal. Saya optimistis bisa mengibarkan bendera Merah Putih di sana,’’ ujarnya.
Dia menyatakan telah memetakan kekuatan lawan. Karena itu, dia yakin bisa memberikan perlawanan terbaik. ’’Dia (Sithsamerchai, Red) hanya mengandalkan contra boxing. Artinya, dia tidak akan memukul selama lawan tidak memukul,’’ jelasnya.
Rachman berencana menggunakan gaya contra fighter. Dia juga akan aktif melancarkan jab-jab keras. ’’Saya akan terus menyerang serta mengejar dari ronde ke ronde. Jika ada peluang, baru saya akan melancarkan pukulan mematikan,’’ ungkapnya.
Meski telah mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, dia tidak mau meremehkan lawan. Menurut dia, Sithsamerchai juga telah melakukan persiapan khusus. Makanya, dia tidak berani memberi garansi batas ronde untuk menjatuhkan lawan. Yang terpenting adalah memanfaatkan setiap peluang dan kesempatan.

18 Mei 2009

Irfan Ogah Kalah Lagi di Thailand

Lawatan Irfan Ogah ke Thailand kembali berujung kekalahan. Kali ini, petinju Sasana Pirih Surabaya tersebut dipaksa mengakui ketangguhan Thanthong Kiataweesuk dalam laga non-gelar kelas bantam 53,5 kg di Bangkok, Thailand Jumat lalu (15/5).
Ogah dinyatakan kalah TKO pada ronde ketiga. Keputusan tersebut mendapat reaksi keras dari pelatih Sasana Pirih Maudafar Danu. Menurut Mudafar, keputusan menghentikan laga pada ronde ketiga salah besar.
’’Sebetulnya tidak perlu dihentikan. Sebab, Ogah tidak mengalami apa-apa,” terang Mudafar (16/5).
Lagi-lagi, kubu Sasana Pirih mengkambing hitamkan wasit sebagai biang keladi kekalahan Ogah. Menurut Mudafar, wasit yang memimpin laga tersebut tidak mampu bertugas dengan netral.’’Wasit berat sebelah. Dia terlihat sekali kalau membantu petinju tuan rumah,” kecam Mudafar.
Kekalahan tersebut menjadi kekecewaan kedua bagi Ogah. Sebab, sebelumnya, dia harus mengubur impian untuk berlaga di kejuaraan perebutan gelar juara IBF PAN Pacific kelas bantam. Penyebabnya, petinju asal Jember tersebut mengalami kelebihan berat badan sebanyak 1 kg.
’’Ya, Ogah memang overweight 1 kg. Jadi, dia tidak akan bermain di kejuaraan. Pertandingannya hanya partai biasa,” ungkap Mudafar sebelum pertandingan.
Dengan kegagalan tersebut, daftar kekalahan Ogah selama bermain di Negeri Gajah Putih semakin panjang. Dalam tiga kali lawatannya, petinju 23 tahun tersebut belum juga memetik kemenangan. Terakhir, Ogah dipermalukan Saensaknoi Ormuangklang Februari lalu. Padahal, sebelumnya, Mudafar optimistis anak asuhnya mampu memetik kemenangan. Persiapan yang panjang serta kesiapan teknik Ogah membuat optimisme Mudafar melambung.

16 April 2009

Eddy Pirih Berpulang

Tokoh tinju Surabaya, Jawa Timur dan nasional, Eddy Pirih, Kamis (16/4) meninggal dunia. Pendiri Sasana Pirih tersebut sebelum dikremasi Minggu depan (19/4) disemayamkan di Kamar M, Adi Jasa, Jalan Demak Surabaya.
Seluruh pengurus KTI (komisi Tinju Indonesia) Jawa Timur merasa kehilangan atas meninggalnya Eddy Pirih. Sekum KTI Jatim dan dokter KTI dr Eddy Herman yang memberikan penghormatan terakhir di Adi Jasa mengakui jasa Eddy Pirih sangat besar di Jawa Timur. ’’Kita Kehilangan tokoh panutan dalam pembinaan tinju pro nasional,’’ kata Eddy Herman.

05 April 2009

Tomy-Amir Menang, Basez Seri

Tomy Seran dan La Amir Laila menjaga martabatnya sebagai petinju pro. Petinju Sasana Rokatenda, Sidoarjo itu berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dalam laga non gelar Sabtu malam (4/4).
La Amir menang knock out (KO) pada ronde ketiga atas Yakub (sasana Inra Surabaya) dalam laga di kelas bulu junior 55,3 kg di Buton, Sulawesi Tenggara. Hasil tersebut menghapus catatan buruk Amir di laga sebelumnya.
Sebab, di dua laga terakhirnya, petinju berusia 30 tahun tersebut harus mengakui lawan-lawannya. Terakhir, dia dikalahkan Marangin Marbun (Sasana Sragen, Jawa Tengah) pada Minggu (8/2) silam. Selain itu, kemenangan tersebut membuktikan bahwa dirinya masih cukup bertaji di usia yang menapaki kepala tiga.
’’Penampilan Amir sangat jauh berbeda dibandingkan pada saat dirinya menghadapi Marbun. Kali ini dia bermain sangat bagus. Pukulannya sangat mematikan,” terang Yani Malhendo, pelatih Sasana Rokatenda kemarin (5/4).
Tomy Seran tak mau kalah. Petinju 25 tahun tersebut berhasil mengalahkan Alfon Tobing (Amarasi BC Jakarta) di Studio 5 TVRI, Jakarta dengan kemenangan angka mutlak. Padahal, beban yang disandang Tomy termasuk berat.
Tiga hakim juri seluruhnya memberikan nilai kemenangan kepada Tomy. Hakim A (Rocky Joe) memberikan nilai 79-73, hakim B (Alfon Sihombing) menghadiahi 78-73 dan hakim C (Philipus Elungan) memberikan angka 76-75.
Dalam pertandingan tersebut, dia dituntut harus mengalahkan Tobing. Sebab, jika Tomy menderita kalah KO atau TKO, maka sabuk juara nasional versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) bakal hilang dari genggamannya.
’’Yang penting, Tomy bisa menjaga gelar yang sudah direbutnya,” tegas Yani Malhendo.
Sayangnya, kegemilangan dua petinju tersebut tak diikuti Julio de la Basez. Dia harus puas dengan hasil draw saat menghadapi Simon Butar-Butar (Sasana Demokrat) dalam laga kelas ringan junior 58,9 kg di Buton.
Kegagalan tersebut membuat ambisi Basez untuk meneruskan tren positifnya terhenti. Di laga sebelumnya, Basez, sanggup memetik kemenangan atas M. Afrizal Sabtu lalu (28/2).
’’Pada ronde ketiga, pelipis Basez robek dan terus mengeluarkan darah. Juri langsung memutuskan untuk menghentikan pertandingan tersebut,” ungkap Yani.

Wasit Asal Surabaya Pimpin Kejuaraan IBF


Wasit tinju internasional asal Surabaya Muhammad Rois kembali dipercaya badan tinju dunia versi IBF. Guru SMP 36 Surabaya itu akan bertugas sebagai salah seorang hakim dalam pertandingan kejuaraan dunia kelas terbang junior versi IBF antara Ulises Solis dari Meksiko melawan Brian Viloria dari Amerika Serikat.Pertandingan itu akan dilangsungkan di Araneta Coliseum Quezon City, Metro Manila, Filipina, pada 19 April. Rois akan berangkat ke Filipina pada 16 April melalui Surabaya dan pindah pesawat di Jakarta untuk menuju Filipina. ’’Pertandingan ini digelar oleh Angie Jackson dari Top Rank Inc. Saya mohon doa restu masyarakat tinju Indonesia agar bisa melaksanakan tugas dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku,’’ kata Rois.

02 April 2009

Menanti Aksi Basez, Amir dan Tomy Seran

Tiga petinju Sasana Rokatenda, Sidoarjo, bakal mempertaruhkan namanya pada Sabtu (4/4). Mereka adalah La Amir Laila, Julio Basez, dan Tomy Seran.
La Amir, misalnya. Menghadapi Yakub (Sasana Inra Surabaya) di kelas bulu junior 55,3 kg dalam laga nongelar di Buton, Sulawesi Tenggara, dia akan mencoba memperbaiki catatan rekornya. Sebab, dalam dua laga terakhir, dia harus mengakui ketangguhan musuh-musuhnya.
Terakhir, Amir kalah angka saat bersua Marangin Marbun (Sasana Sragen, Jawa Tengah), Minggu (8/2). ’’Amir sudah menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Dia tidak lagi terlalu kaku saat bertanding,’’ ungkap Yani Malhendo, pelatih Sasana Rokatenda, setelah latihan rutin kemarin (31/3).
Tapi, ambisi Amir untuk memperbaiki track record-nya tidak mudah. Sebab, dia harus menghadapi ’’musuh’’ yang lain. Yaitu, usianya yang sudah tergolong senja, 30 tahun. Dengan usia yang tak lagi muda, kekuatan Amir untuk terus bertanding secara konsisten selama delapan ronde bisa dipertanyakan.
’’Usia memang sangat memengaruhi. Tapi, kami siasati dengan terus menggenjot fisiknya. Yang pasti, kami harus menutupi kelemahan yang ada dengan kekuatan kami,’’ tegas Yani.
Dua kekalahan Amir juga ditengarai akibat usianya yang tidak lagi muda. Sebab, saat itu dirinya harus berjibaku kontra petinju-petinju yang umurnya jauh di bawah dirinya. So, tenaganya cepat terkuras.
Beban untuk menunjukkan kapasitas juga dipikul Julio Basez. Tampil memukau dengan mengalahkan M. Afrizal dalam debutnya setelah lama absen dari dunia tinju Sabtu (28/2), Basez harus bersua Simon Butar-Butar (Sasana Demokrat) dalam laga kelas ringan junior 58,9 kg, juga dalam laga nongelar di Buton. Basez pun berharap bisa meneruskan catatan positif tersebut.
’’Untuk Basez, mungkin ada sedikit pengecualian. Kemampuannya masih bisa diandalkan, meski kelenturannya tak sebaik dulu lagi. Tapi, untuk menang, memang tak semudah membalik telapak tangan,’’ tegas pelatih asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), tersebut. Sementara Tomy Seran akan menghadapi Tobing (Demokrat) dalam pertandingan non gelar di Jakarta.

24 Maret 2009

Dua Tawaran Kontrak Bingungkan Rahman

Muhammad Rahman sedang bingung. Penyebabnya, kemarin (23/3), di tangannya ada dua kontrak tawaran pertarungan yang menuntut untuk segera dipilih. Sulitnya, mantan juara dunia kelas terbang mini IBF tersebut sudah memberikan kesepakatan lisan kepada salah satu pihak.
Surat kontrak pertama diterima dari promotor Filipina. Dia menjadwalkan Rahman bertarung merebut gelar kelas terbang mini versi WBC Intenational yang lowong. Petinjuk berjuluk The Predator itu akan dihadapkan petinju tuan rumah, Denver Cuelo, di Araneta Coliseum, Quenzon City, Metro Manila, 19 April mendatang.
Surat kontrak lainnya diterima kubu Rahman dari promotor asal Thailand yang mengagendakan pertarungan perebutan gelar dunia versi WBC. Pertarungan Rahman melawan juara bertahan Oleydong Sithsanerchai (Thailand) dijadwalkan berlangsung 1 Mei mendatang di Bangkok.
Manajer Rahman, Martinez Dos Santos, mengaku bingung menentukan pilihan di antara dua kontrak itu. Meski begitu, Martinez cenderung memilih Rahman bertarung melawan juara dunia versi WBC, Oleydong Sithasanerchai. ”Terus terang, kalau diminta memilih, tentu saya akan memilih Rahman menghadapi juara dunia versi WBC. Sebab, selain jadwal pertarungannya masih cukup lama, gengsi dari pertarungan tersebut juga lebih berbobot dibanding versi WBC International,” jelasnya
Masalahnya, dia terlanjur memberikan kesepakatan secara lisan dengan promotor asal Filipina. Kok bisa? Menurut dia, surat kontrak pertarungan Rahman dari promotor Filipina sampai ke tangannya kemarin pagi. Tapi, pihaknya belum bisa mengkonfirmasi dan meminta waktu penundaan hingga pukul 15.00. ”Jika sampai jam tiga sore (pukul 15.00) surat kontrak dari promotor Thailand belum juga diterima, mereka akan kami tinggal,” paparnya.
Nah, hingga batas waktu (deadline) pukul 15.00 tersebut, surat kontrak yang ditunggu-tunggu dari Thailand ternyata belum juga diterima. Itu yang membuat Martinez langsung menghubungi kubu Denver Cuelo (Filipina) dan menyatakan kesediaan Rahman bertarung di Filipina.
Namun, hanya berselang beberapa jam, seusai menyetujui pertarungan Rahman melawan Denver Cuelo (Filipina), tiba-tiba datang surat kontrak dari promotor Thailand. ”Surat kontrak pertarungan dari promotor Thailand tersebut baru datang jam lima sore (17.00). Padahal, dua jam sebelumnya, kami secara lisan menyetujui pertarungan Rahman melawan Denver Cuelo. Kami memang berhak memilih di antara dua kontrak yang datang hampir bersamaan itu. Tentu kami akan memilih Rahman bertarung pada kejuaraan dunia versi WBC. Pertimbangannya, itu merupakan kesempatan terbaik bagi Rahman untuk bisa meraih gelar juara dunia,” bebernya.
Namun, Martinez tidak serta merta meninggalkan promotor di Filipina. Dia tidak mau hal tersebut merusak hubungan baik yang selama ini terjalin antara petinju Indonesia dan Filipina. ”Karena itu, kami akan mencari solusi terbaik bagaimana menyampaikan permintaan maaf kepada promotor Filipina untuk membatalkan pertarungannya di Filipina nanti. Sebab, kami akan tetap memilih Rahman bertarung pada perebutan gelar juara dunia versi WBC,” katanya.
Rahman yang dihubungi secara terpisah menegaskan sangat bangga jika bisa bertarung dalam perebutan gelar juara dunia WBC. ”Ini adalah kesempatan terakhir saya untuk bisa menjadi juara dunia. Karena itu, saya setuju kalau manajer saya (Martinez) memutuskan pertarungan gelar dunia versi WBC dan membatalkan pertarungan gelar versi WBC International,” ujarnya.

17 Maret 2009

Dua Tawaran Tanding Versi WBC Menanti Rahman


Usia 38 tahun ternyata menjadi modal tersendiri bagi Muhammad Rahman untuk melanggengkan karir tinjunya. Meski dia baru saja kalah dari Milan Milando dalam pertarungan non-gelar di Waterfront Cebu City Hotel, Filipina, Sabtu lalu (14/3), ternyata pamor Rahman tak meredup. Mantan juara dunia kelas terbang mini (47,6 kg) versi IBF itu justru menjadi incaran beberapa promotor untuk dipanggungkan kembali.
Tak tanggung-tanggung, salah seorang promotor yang berminat terhadap Rahman adalah Bob Arum dari Top Rank. Promotor kondang yang pernah mengorbitkan Oscar de la Hoya itu ingin memanggungkan Rahman pada pertarungan perebutan gelar versi WBC International. Jika negosiasi berjalan mulus, pertandingan tersebut akan dilangsungkan 19 April di Araneta Coliseum, Quezon City, Metro Manila.
”Rahman mendapatkan tawaran bertarung melawan petinju tuan rumah Filipina, Denver Cuello, untuk memperebutkan gelar kelas terbang mini yang lowong versi WBC International,’’ kata Martinez Dos Santos, manajer Rahman, kepada Jawa Pos di Jakarta kemarin (16/3).
Martinez dan Rahman tiba di Indonesia kemarin. Rahman langsung pulang ke tempat tinggalnya di Blitar, Jawa Timur. Menurut Martinez, adanya tawaran untuk Rahman berlaga lagi di Filipina itu tak lepas dari penampilan bagusnya saat bertarung melawan Milando. Dengan usia yang sudah mencapai 38 tahun dan lebih tua 17 daripada lawan, Rahman mampu tampil agresif di atas ring.
Dalam pertarungan non-gelar 10 ronde tersebut, Rahman memang dinyatakan kalah angka mutlak. Tetapi, dalam catatan kubu Rahman, keputusan itu tidak lepas dari penilaian ofisial pertandingan yang tidak fair. ”Dalam catatan saya, Rahman seharusnya memenangi pertarungan itu dalam tujuh ronde. Tiga ronde lainnya milik Milando,’’ beber Martinez.
Menurut Martinez, pada usia yang sudah tergolong tua, penampilan Rahman tak banyak berubah dibandingkan ketika masih muda dulu. Dia masih bisa bertarung dengan taktis. Teknik-teknik bertinjunya masih terjaga, meski kekuatan pukulannya agak berkurang.
Selain tawaran bertanding di Filipina, Rahman mendapatkan tawaran bertarung di Bangkok, Thailand. Di Negeri Gajah Putih itu, Rahman mendapatkan tawaran bertanding memperebutkan gelar kelas terbang mini (47,6 kg) versi WBC. Rahman akan dihadapkan dengan juara bertahan, Oleydong Sithsanerchai dari Thailand.
”Sampai sekarang, belum ada pembatalan dari Thailand soal pertarungan Rahman melawan juara dunia versi WBC itu. Mereka akan memberikan jawaban kepastian dalam satu atau dua hari ini,’’ kata Eric Pirih, promotor asal Surabaya yang menjadi penghubung.

16 Maret 2009

Robert Copa Menang Angka Mutlak

Ambisi Robert Keo Palue (Kopa) untuk meraih hasil positif dan bisa menghibur penonton benar-benar diwujudkan. Petinju binaan Rokatenda BC Sidoarjo, Jatim, itu mampu mengalahkan Willyem Rayk (Chresvinlos BC, Krawang, Jabar) dengan angka mutlak dalam pertarungan perbaikkan peringkat kelas bulu (57,1 kg) versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) di Ring Tinju TVRI kemarin dini hari (15/3).
Mendominasi pukulan di setiap ronde (8 ronde), Robert akhirnya dinyatakan menang dengan angka mutlak. Tiga hakim juri memberikan nilai lebih kepada petinju kelahiran Flores, 14 April 1984, tersebut. Hakim A dan B memberikan nilai sama, yakni 78-74. Hakim C memberikan nilai 77-75.
Kemenangan itu sekaligus mengobati rasa kecewa atas penampilan perdana Robert pada 10 Januari 2009. Di tempat yang sama, waktu itu, dia melawan Hendrik Barongsai (Demokrat BC Jakarta) yang harus berakhir technical draw.
Insinden benturan kepala yang menyebabkan Robert mengalami pendarahan pelipis mata pada ronde ke-2 memaksa wasit menghentikan pertarungan. Karena pertandingan masih berlangsung di bawah empat ronde, sesuai peraturan pertandingan, hasilnya dinyatakan tecnical draw.
Tak ingin insinden Januari lalu terulang, Robert bertarung dengan tenang dan tak mau memaksakan diri untuk menjatuhkan lawan. ’’Sesuai instruksi pelatih, saya tidak mau memforsir kemenangan KO ketika menghadapi Willem Rayk. Target saya adalah bermain bagus dan bisa menghibur penonton, tapi jangan sampai kalah,’’ kata Robert kepada Jawa Pos setelah pertandingan.
Kalah dalam jangkauan tangan dan postur tubuh, Robert memilih bertarung dengan gaya semi fighter. Strategi memukul dan menghindar itu terbukti berjalan mulus. Ronde pertama hingga ketiga yang dimanfaatkan Robert untuk penjajagan ternyata bisa mendominasi pukulan. Sebab, Willem Ray tidak bisa memanfaatkan keunggulan jangkuan dan postur tubuhnya.
Pada ronde ke-8, Robert bahkan punya kesempatan untuk memukul KO Willem. Itu terjadi ketika memasuki menit kedua. Pukulan kombinasi jab, straight, dan hook berkali-kali menyambar muka dan perut Willem. Bahkan, begitu banyaknya pukulan Robert yang mendarat ke muka Willem, gamsil (pelindung gigi) petinju kelahiran Maluku, 4 Maret 1986, itu terlepas.
’’Mungkin pukulan saya yang kurang keras sehingga lawan tidak bisa jatuh meski berkali-kali pukulan saya mengenai wajah Willem,’’ ujar Robert. Meski begitu, dia merasa cukup puas karena berhasil menang angka mutlak.
Atas keberhasilannya tersebut, petinju peringkat sepuluh nasional versi KTPI itu menambah rekor bertarungnya menjadi 14 naik ring, 10 menang(4 KO), 2 kalah, dan 2 draw. Rekor bertanding Willem sekarang menjadi 14 naik ring, 11 menang (3 KO), 2 kalah, dan 1 draw.
Pada partai utama, Isack Latinda Yunior (Benteng Hanura BC Tangerang) berhasil menjadi juara nasional yang baru pada kelas bantam junior (52,2 kg). Sabuk juara versi KTPI itu berhak dia miliki setelah menang TKO sebelas ronde atas Hendrik Barongsai (Demokrat BC Jakarta), penantang peringkat empat nasional. Wasit Jufrison Pontoh yang memimpin pertandingan tersebut langsung menghentikan pertarungan hanya 34 detik sebelum ronde 11 berakhir. Itu terjadi setelah Pontoh menganggap Hendrik tak mampu memberikan perlawanan. Hendrik tampak kecewa atas keputusan wasit tersebut. Wasit memutuskan Hendrik kalah TKO.

Rahman Gagal Atasi Milan Milando

Tekad Muhammad Rahman untuk menang KO pada pertarungan nongelar sepuluh ronde melawan petinju Filipina Milan Milando gagal total. Mantan juara dunia kelas terbang mini (47,6 kg) versi IBF itu dinyatakan kalah angka mutlak dalam pertarungan yang dilangsungkan di Waterfront Cebu City Hotel, Cebu, Filipina, Sabtu malam (14/3).
Meski kalah, petinju berusia 38 tahun tersebut mampu memberikan perlawanan ketat kepada Milando yang berusia 17 tahun lebih muda. ”Rahman main bagus. Bahkan, kata Mario Lumacad, kalau pertandingan itu dilangsungkan di Indonesia, Rahman pemenangnya,” tutur Martinez Dos Santos, manajer Rahman, kepada Jawa Pos melalui pesan singkat (SMS) tadi malam. Mario adalah pelatih asal Filipina yang juga pernah melatih petinju Indonesia.
Keputusan kalah angka tersebut sudah diprediksi Rahman sebelum bertolak ke Filipina. Dia menyebut mustahil dirinya bisa dimenangkan jika pertarungan berlangsung hingga ronde terakhir. Dalam pertemuan pers di Waterfront Cebu City Hotel sehari sebelum pertarungan, Rahman kembali menegaskan harus menang KO. ”Kalau pertandingan berlangsung hingga ronde terakhir, saya nggak mungkin menang,” ucap Rahman Kamis lalu (12/3).
Meski kalah, penampilan Rahman mengundang simpati publik setempat. Bukti rasa simpati itu, mereka ingin Rahman kembali bertarung di Filipina. ”Banyak yang minta Rahman main lagi di Cebu. Sebab, mereka melihat Rahman bermain bagus. Bahkan, ada yang sudah menetapkan tanggal 19 April 2009. Ada pula yang minta Mei dan Juni. Kami masih bingung dan belum memberikan jawaban,” lanjut Martinez.
Sebelum bertarung melawan Milando, sebenarnya sudah ada promotor di Thailand yang lebih dulu mengagendakan Rahman bertarung di Negeri Gajah Putih. Rahman akan dihadapkan melawan juara dunia kelas terbang mini versi WBC Oleydong Sithsamerchai.
”Pertarungan gelar versi WBC itu sebenarnya sudah menjadi agenda sebelum Rahman menghadapi Milan Milando. Kekalahan atas Milan Milando tersebut tidak akan memengaruhi rencana awal,” yakin dia. Tetapi, dia belum menyebutkan kapan pastinya pertarungan perebutan gelar di Thailand itu.

14 Maret 2009

Robert v Willem, Duel Jaga Gengsi


Robert Kopa (Keo Palue) tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Walau hanya punya waktu tiga pekan mempersiapkan diri, petinju binaan Rokatenda BC Sidoarjo, Jatim, itu memancang target maksimal.
’’Target saya harus menang. Hanya, saya tidak bisa memastikan apakah kemenangan nanti dengan KO, TKO, atau dengan angka,’’ ucap Robert kepada Jawa Pos setelah acara timbang badan di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta Jumat (13/3).
Petinju kelahiran Flores, 14 April 1984, itu mengungkapkan, pertarungan non-gelar 10 ronde melawan Willem Rayk (Chresvinilos BC Krawang, Jabar) di studio TVRI Pusat Sabtu malam (14/3 merupakan kesempatan yang tak akan disia-siakan.
Dalam daftar penantang peringkat nasional versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), nama Robert berada di posisi ke-5. Posisi Robert jauh lebih baik dibanding calon lawannya, Wilyem Rayck (Chresviinlos BC Krawang) yang hanya bertengger di posisi ke-10. Walau unggul dalam peringkat nasional KTPI, petinju besutan pelatih Yani Malhendo itu tetap mewasdai lawannya.
Meski duel Robert melawan Willem hanya menjadi partai tambahan, partai tersebut sangat dinanti-nantikan publik. Willem menganggap pertarungannya melawan Robert hanyalah sebagai pemanasan. Sebab, sasaran utama Willem adalah bertarung ulang (rematch) melawan juara nasional Yulio Moro. Pada pertarungan pertama, awal Desember 2008, Willem dinyatakan kalah TKO ronde ke-7 di antara 12 ronde yang direncanakan.

12 Maret 2009

Hadapi Milan, Rachman Lawan Usia

Mantan juara dunia kelas terbang mini (46,7 kg) versi IBF, Mohamad Rahman, akan menghadapi petinju tuan rumah peringkat pertama dunia versi WBO, Milan Milando. Pertarungan non-gelar 10 ronde tersebut akan dilangsungkan di Hotel Waterfront Cebu City, Cebu, Filipina, Sabtu ini (14/3).
Meski pertarungan non-gelar, duel tersebut ditempatkan sebagai partai tambahan utama dibanding tiga partai tambahan lainnya. ’’Bahkan, panitia menganggap pertarungan Rahman melawan Milan Milando itu sebagai partai utama kedua,’’ kata Martinez Dos Santos melalui sambungan telepon internasional dari tempatnya menginap, Hotel Waterfront.
Partai utamanya perebutan gelar kelas bantam versi WBO Oriental yang lowong antara petinju tuan rumah, Z Gores melawan Roberto Carlos Leyva dari Meksiko. Roberto Carlos adalah pemegang sabuk juara dunia kelas terbang mini versi IBF pada 2001. Dalam perebutan gelar juara dunia versi IBF, Roberto Carlos dinyatakan menang angka mutlak atas Daniel Reyes (Filipina) pada pertarungan yang digelar di Amerika Serikat, 29 April 2001.
Dalam konferensi pers, Rahman kembali menegaskan tekadnya untuk memukul KO Milando. Namun, Rahman tak menyebutkan ronde berapa dia mengkanvaskan lawannya itu. Rekor bertarung Milan Milando yang bergaya boxer, 17 kali naik ring seluruhnya menang. Lima di antaranya dengan KO/TKO. Sedangkan rekor Rahman, 73 naik ring, 62 menang (31 KO/TKO), 6 kalah angka dan 5 kali draw.
Sebelum bertolak ke Filipina, Rahman bertekad meng-KO Milando pada ronde ke-7. Kemenangan itu menjadi harga mati. Sebab, jika pertarungan berlangsung hingga ronde 10, Rahman pesimistis bisa menang angka.
’’Dalam usia 38 tahun apakah bisa mengalahkan Milan Milando yang baru 21 tahun,’’ tanya seorang wartawan sebagaimana disampaikan Martines Dos Santos. Dengan tenang, Rahman menjawab pertanyaan itu, bahwa di usianya itu dia justru lebih matang. Rahman bahkan menganggap pertarungannya melawan Milan Milando itu hanyalah pemanasan sebelum menghadapi juara dunia versi WBC, Oleydong Sithsanerchai dari Thailand.