23 Desember 2008

Tinju, Darah Daging Saya


Eddy Pirih termasuk figur cinta tinju sesungguhnya. Pada saat usianya semakin senja, dia mengkader anaknya, Eric Pirih, untuk meneruskan kecintaannya pada olahraga tinju.
Jadilah Eric sekarang tampil di depan untuk mengurus Sasana Pirih. Eric sendiri bukan anak karbitan, sehingga ketika menerima tongkat sebagai manajer sasana dia tidak kikuk atau canggung. Eric langsung menggelinding, siap menghadapi tantangan tinju pro yang kian berat. Minim pertandingan.
Ya, Eric sejak kecil sudah hidup di lingkungan para petinju Sasana Pirih. Dan sejak 1999 dia sudah memegang jabatan sebagai manajer tinju. Dengan demikian, dia sudah sembilan tahun dia menjabat profesi di olahraga keras tersebut.
Jika acuannya angka sembilan tahun itu, tentu pengalaman Eric masih terbilang hijau. Tapi, lupakan angka tersebut. Kemampuan Eric sudah melampaui angka itu. Sebab, dia sebelumnya sudah malang melintang di dunia manajer tinju. Usia sembilan tahun tersebut tak ubahnya hanya formalitas. Sebab, dia hanya meneruskan tongkat estafet ayahnya, Eddy Pirih.
’’Karena papa sudah tua, saya berkewajiban menghidupkan sasana ini. Dunia tinju adalah dunia keluarga kami. Bahkan, kalau tangan saya dipotong, keluarnya juga darah tinju,’’ kelakar Eric.
Soal suka dan duka? Jangan tanyakan hal itu kepada Eric. Sebab, semua yang dilakoninya di tinju tak ubahnya ibadah. Kerugian materi yang tak sedikit tidak dianggapnya sebuah hal yang ditakutkan. Hanya satu yang menghantui benaknya. Yakni, kepastian menunggu jadwal pertandingan anak asuhnya.
’’Dana bukan masalah. Walaupun kenyataannya dana yang keluar tidak sedikit. Bayangkan saja. Makan, minum, serta semua hal untuk keperluan petinju kan dari manajer,’’ terang Eric. ’’Tapi kalau harus menunggu jadwal bertanding, itu yang sangat berat,’’ ungkapnya.
Semua kerugian-kerugian materi tersebut langsung terbayar saat dia bisa mencetak petinju juara. Itu dirasakannya saat membawa Sofyan Effendi merebut gelar juara Ad Interim PABA.
’’Semangat pantang menyerah para petinju membuat saya juga tahan banting. Filosofi itu juga saya terapkan untuk bisnis ini,’’ papar penyayang binatang tersebut.
Semangat pantang menyerah itu pula yang tak menyurutkan langkah Eric di dunia tinju yang sedang kolaps. Ibarat roda, masa-masa sulit seperti sekarang pasti akan berakhir. Dia optimistis akan hal itu.
’’Tinju itu olahraga yang sudah legendaris. Tak akan mati untuk selamanya. Kalau sekarang mati suri, itu hanya sesaat. Anggap saja tinju sedang istirahat,’’ tambah Eric.
Karena itu, dia pun tetap akan mempersembahkan hidupnya untuk tinju. Termasuk, rencana untuk membangun sekolah tinju. Jika semua berjalan sesuai dengan rencana, pada 2009 mendatang, sekolah tersebut dibukanya.
’’Ini untuk pembinaan. Nanti saya gelar pertandingan-pertandingan empat atau enam rondean. Pokoknya, agar tinju tidak mati,’’ janji Eric.

21 Desember 2008

Raymond Salamon, dari Bos Jalanan, Kini Jadi Bos Benaran


Cerita seputar petinju setelah gantung sarung tinju tak hanya diisi kisah memilukan. Banyak juga yang akhirnya sukses di ”kehidupan keduanya”. Raymond Salamon membuktikannya.
Saat ini, mantan petinju Sasana Sawunggaling Surabaya yang dilahirkan 20 Oktober 1970 tersebut memang bergelut dengan usaha fosil kayu. Usaha itu sangat berhasil. Produksinya mampu menembus pasar internasional seperti Prancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Tiongkok. Tentu saja, fulus yang mengalir ke dalam kantongnya juga deras. Padahal, usaha tersebut baru dijalani sejak 1996.
Pekerjaan itu merupakan pemberian dari T.S. Simon yang merupakan mantan manajer Raymond ketika masih aktif di dunia tinju pro. Tak ada bekal pengetahuan yang cukup saat Raymond menerima tawaran tersebut.
”Saya hanya ingin maju. Karena itu, saya harus belajar dan terus belajar. Sampai saat ini, saya juga masih perlu banyak menimba ilmu. Masih banyak yang harus saya ketahui tentang bisnis ini,” terang suami Lucia Kusumawati tersebut.
Bisnis itu tak hanya memberikan sumbangsih pada sektor ekonomi keluarganya. Usaha fosil kayu tersebut juga mengeluarkan dia dari gelapnya dunia kelam Pulau Dewata.
Sebelum bergelut dengan kayu-kayu tua tersebut, Raymond lebih dahulu bergelut dengan dunia jalanan. Narkoba dan kehidupan malam adalah hal yang sangat melekat dengannya. Semua itu bermula setelah dia bingung mencari penghidupan setelah gantung sarung tinju.
Pada saat bingung itulah dia diboyong istrinya untuk bekerja pada kakaknya yang mempunyai toko audio mobil. Sang istri pula yang berusaha membawa suaminya tersebut agar tak kembali lagi ke narkoba. Caranya, menitipkan Raymond di rumah orang tua Lucia.
”Saya bercocok tanam. Pokoknya mengolah kebun saja. Terus terang, istri saya menjadi orang pertama yang saya angkat tinggi-tinggi jika ditanya siapa yang orang yang paling berpengaruh di hidup saya,” tegas Raymond.
Itu hanya sepenggal kisah kelam Raymond. Kini, dia bisa bernapas lega dengan posisi pentingnya di perusahaan milik Simon. Ayah dari Marcall Subasa dan Raycia A.P. itu bukan lagi bos jalanan, melainkan bos sesungguhnya.
”Saya punya mimpi, suatu saat akan mempekerjakan mantan-mantan petinju yang sudah pensiun. Ini mimpi yang harus saya wujudkan,” tegasnya.

08 Desember 2008

Petinju Malang Dominan

Dua petinju profesional dari Sasana d’Kross Malang Kirno Armase dan Heroes Tito menjadi yang terbaik di ajang Malang Super Fight V. Dalam laga yang digelar di halaman parkir luar Stadion Gajayana Sabtu malam (6/12), Heroes Tito yang turun di kelas bulu 57 kg menaklukkan Robert Kopa (Sasana Rokatenda BC Sidoarjo). Sedangkan Kirno Armase menang angka mutlak atas Witheker (Kossro BC Blitar ).
Dengan kemenangan ini dua petinju tuan rumah tersebut berhak membawa sabuk Wali Kota Malang Peni Suparto. ”Kirno dan Heroes memang menang di ajang ini, tapi saya sedikit kecewa karena hanya menang angka,” kata Pelatih d’Kross BC Delly Rumbayan.
Sayangnya, sukses petinju tuan rumah di partai profesional belum diikuti petinju amatir. Karena dari delapan partai amatir, hanya dua petinju tuan rumah yang menang. Yakni atas nama Taufik Hidayat (d’Kross BC) yang turun di kelas 58 kg unggul atas Dimas (Akas Probolinggo). Dan kedua atas nama Nur Huda (Yon Bekang) setelah menang angka lawan Okta (Rokatenda BC).

Hasil Malang Super Fight V

Partai Profesional:
Kelas Bulu 57,1 kg: Heroes Tito (d’Kross) ma-a Robert Kopa (Rokatenda BC), Kirno Armase (d’Kross) ma-a Witheker (Kossro BC)

Partai Amatir
Ervin (Rokatenda) ma-a Arif (Akas)
Raka (Blitar) ma-a Rohman (Jaguar Mlg)
Mandosa (Bek Ang BC) draw Jafar Sodik (Akas BC)
Taufik Hidayat (d’Kross) ma-a Dimas (Akas BC)
Nanito Jati (Probolinggo) ma-a Jogger (Yon Bekang)
Nurhuda (bek Ang) ma-a Okta Rokatenda (BC)

06 Desember 2008

Meriah, Reuni Sasana Sawunggaling


Hujan deras yang mengguyur Surabaya Sabtu (6/12) ternyata tak menyurutkan animo mantan-mantan petinju Sawunggaling untuk datang lagi ke sasana tersebut. Bukan untuk bertinju, melainkan mengenang masa-masa saat mereka aktif adu jotos.
Tak kurang 51 mantan petinju hadir di sasana legendaris tersebut. Bukan hanya yang pernah berjaya di level nasional, para boxer yang sempat berbicara di tingkat internasional juga tampak hadir.
Mereka, di antaranya, adalah Raymond Salamon (juara kelas terbang junior), Kay Song (juara kelas welter), serta Yani Hagler (juara kelas terbang). Mantan-mantan petinju kelas jempolan tersebut mengaku antusias dengan acara reuni tersebut.
’’Saya besar di sini. Orang kenal saya juga karena sasana ini. Setelah sekian lama tak ada kabar, kami akhirnya bisa berkumpul. Saya seperti muda lagi,’’ kata Raymond Salamon.
’’Kalau tidak hujan, mungkin yang datang banyak. Memang banyak juga yang tidak datang. Tapi, kalau melihat cuaca, kami rasa reuni ini berjalan sukses,’’ ujar Hengky Gun, salah seorang panitia reuni.
Acara tersebut merupakan pertama setelah Sawunggaling vakum. Acara itu akhirnya bisa berjalan di tengah ketidakpastian dan kesulitan mengontak para petinju. Tak hanya itu. Panitia pun sempat mengalami hambatan untuk mengumpulkan dana guna membiayai acara yang menghabiskan Rp 15 juta tersebut.
’’Kami berterima kasih kepada para donator seperti Sam Tancho (manajer Sawunggaling) serta Handoyo Laksono (anak Setijadi Laksono, pendiri Sawunggaling),’’ tutur Suwarno Perico, panitia lainnya.
Handoyo Laksono mengaku terharu dengan reuni tersebut. Temu kangen itu mengingatkannya pada era keemasan Sawunggaling. Sekaligus, menapaktilasi perjuangan Setijadi Laksono mendirikan dan membesarkan sasana yang berdiri pada era 70-an tersebut.
’’Saya benar-benar terharu dengan acara ini. Saya sampai mau menangis melihat antusiasme para petinju ini,’’ papar Handoyo. ’’Saya harap ini bisa membangkitkan dunia tinju yang sedang mati suri,’’ sambungnya.

04 Desember 2008

16 Petinju Duel di Malang Super Fight


Delapan sasana tinju di Jawa Timur akan menyertakan petinjunya di ajang Malang Super Fight (MSF) V yang berlangsung Minggu (6/12) di Stadion Gajayana Malang. Delapan partai yang terdiri dari dua partai profesional dan enam amatir disiapkan bagi 16 petinju yang akan bertarung.
Dari delapan partai tersebut, dua partai profesional yang dipastikan menyuguhkan tontotan yang seru. Yakni partai di kelas bulu 57,1 kg antara Heroes Tito (d’Kross BC) bertarung melawan Robert Kopa (Rokatenda BC Sidoarjo). Juga antara Kirno Armase (d’Kross BC) melawan Weteker (Kossro BC) juga di kelas bulu .
Koordinator MSF V Kapten (CBA) Joko Laman mengatakan, dalam kejuaraan yang merebutkan sabuk Piala Wali Kota Malang Peni Suparto ini tercatat empat sasana yang siap mengirimkan petinjunya, yaitu sasana d’Kross BC, Gajayana BC, Arema BC dan Bek Ang BC. Sedangkan sasana tinju dari luar Kota Malang yang siap meramaikan tinju MSF V ini adalah Akas BC Probolinggo, Rokatenda BC Surabaya, dan Kossro BC. ”Mereka sudah konfirmasi pada panitia. Bahkan dia juga sanggup menurunkan petinju terbaiknya,” kata Joko.
Dua partai utama di even yang juga menjadi rangkaian silaturahmi suporter se-Indonesia bertajuk Indonesia Damai II tersebut sangat ditunggu insan tinju Jawa Timur. Karena bagi kedua petinju ajang nanti merupakan revans. ”Partai ini jelas banyak ditunggu penonton. Karena Heroes Tito (d’Kross) dan Robert Kopa (Rokatenda BC Surabaya) akan menampilkan skill terbaiknya,” ujar Joko.
Ditambahhkan Joko, ajang MSF V ini sekaligus untuk mengembalikan kejayaan Malang sebagai kota yang melahirkan banyak petinju berprestasi nasional.

Susunan Partai Malang Super Fight V

Kelas Bulu 57,1 kg: Heroes Tito (d’Kross BC) v Robert Kopa (Rokatenda BC)
Kelas 57.1 kg: Kirno Armase (d’Kross) v Wetheker (Kossro BC)

Partai Amatir
Kelas 58 kg:
Taufik (d’Kross) v Dimas (Akas BC)
Mandosa (Bek Ang) v Jafar Sodik (Akas)

Kelas 54 kg:
Felic (Gajayana) v Manito Jati (Akas)

Kelas 52 kg:
Jupry Key (Bek Ang) v Okta (Rokatenda)

Kelas 49 kg:Nurhuda (bek Ang) v Ervin (Rokatenda)

Kelas 60 kg:
Yudi (Apache) v Enteng (Kossro Biltar)

22 November 2008

Darsim-Sofyan Gemilang


Darsim Nanggala dan Sofyan Effendi tampil gemilang. Keduanya berhasil mempertahankan gelar setelah mengalahkan lawan-lawannya dalam kejuaraan tinju HUT ke-63 Marinir di Karang Pilang, Surabaya, Jumat (21/11).
Darsim yang mempertaruhkan gelar juara nasional kelas Welter 66,6 kg versi ATI (Asosiasi Tinju Indonesia) berhasil mengandaskan Dedi Kirauhe (REBC Jakarta) dengan kemenangan angka mutlak. Tiga hakim memberikan kemenangan bagi Darsim (Sasana Amphibi, Sidoarjo). Suwarno (hakim dari Surabaya) memberikan angka 96-93 untuk Darsim, Nur Endah (Surabaya) 98-95, sedangkan Ridwan (Jember) 96-95.
Sofyan Effendi juga merasakan kemenangan. Sofyan berhasil menjaga gelar ad interim PABA setelah menang TKO atas Jack Amisa (Sasana Pakuwojo, Kendal) di ronde keempat dalam pertarungan kelas terbang mini 47,6 kg.
Sebenarnya, Jack tak mencium kanvas. Namun, setelah menyelesaikan ronde ketiga, telunjuk petinju peringkat kelima PABA itu cedera. Dia pun tak bisa melanjutkan pertandingan ketika bel tanda dimulainya ronde keempat dibunyikan.
Hasil Partai Lain:
1.Kelas Bantam Jr 52,5 kg, 6 Ronde: Monang Bima (Pirih, Surabaya) m-KO Asmuni (Mira Silver, Banyuwangi)
2.Kelas Terbang Jr 49 kg, 6 ronde: Paris Miomba (REBC, Jakarta) m-aa Heldy Darwis (Kuda Liar, Sidoarjo).
3.Kelas Welter Jr 63,5 kg, 4 ronde: Marton Tampilon (REBC, Jakarta draw Abdul Kholik (Simba Sawunggaling, Kediri).
4.Kelas Bantam 53,5 kg, 4 ronde: Andi Letding (Mira Silver, Banyuwangi) draw Bombadir (Amphibi, Sidoarjo

19 November 2008

Sofyan dan Darsim Dirangsang Bonus


Beban berat yang dipikul Sofyan Efendi dan Darsim Nanggala disadari betul oleh manajer masing-masing petinju. Karena itu, sang manajer pun siap menyuntikkan bonus untuk menyulut semangat anak didiknya di Kejuaraan Tinju HUT Ke-63 Marinir di Karang Pilang, Surabaya, Jumat nanti (21/11).
Namun, beda manajer, beda pula rangsangan bonus yang bakal dijanjikan. Sofyan misalnya. Petinju andalan Sasana Pirih, Surabaya, tersebut tidak akan menerima sejumlah uang dari Eric Pirih yang menjadi manajernya. Sebagai gantinya, Eric menjanjikan intensitas pertarungan di luar negeri bagi petinju kelahiran Jember, Jawa Timur, tersebut.
Hadiah itu tentu terasa lebih menyegarkan daripada segepok uang. Terlebih, Sofyan saat ini tengah ”berduka”. Sebab, keinginannya untuk kembali merasakan ketatnya adu jotos di luar negeri tertunda. Ya, pertarungan di Karang Pilang itu merupakan sebuah ganti dari batal bertarungnya di Thailand yang direncanakan terlaksana November ini.
Jika Sofyan dipastikan tidak akan menerima segepok uang, lain halnya dengan Darsim Nanggala. Petinju andalan Sasana Amphibi, Sidoarjo, itu tengah diupayakan untuk menerima fulus bila sanggup memetik kemenangan.
’’Akan saya usahakan untuk mencari dana dari donatur. Tapi, yang penting Darsim harus menang dulu. Itu untuk nama baiknya juga,” tegas Edy Susilo, manajer Darsim.

10 November 2008

Juara KTI dan ATI jadi Juru Parkir

Wido Paes, petinju Bromo Boxing Camp (BBC) Probolinggo kini memang menyandang gelar juara kelas terbang dua versi sekaligus. Yakni versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) dan Komisi Tinju Indonesia (KTI). Namun, Wido Paes tidak menjadi juara dalam kehidupan nyata.
Jadwal tandingnya untuk mempertahankan gelar tak kunjung jelas. Semula dijadwalkan tanding pada 6 November, lalu diundur jadi 26 November, hingga kini semakin kabur kapan Wido Paes naik ring.
Wido hanya tahu masih ada tarik ulur soal harga kotrak antara pihak Trans 7 selaku stasiun televisi yang akan menayangkan pertandingan Wido, dengan promoter pertandingan. “Jadi, sampai saat ini, saya belum mendapat kepastian tentang kapan jadwal bertanding,” ujar Wido Paes.
Karena jadwal tak jelas, menu latihan Wido pun dikurangi. Satu bulan sebelumnya, Wido sudah melahap porsi latihan cukup berat. Dalam sehari dia harus berlatih pagi, siang dan sore. Kini, seharian Wido cukup berlatih pagi dan sore. Porsinyapun sedikit diringankan.
Yang tidak bisa diringankan adalah keharusannya menyambung hidup. Wido yang hanya mendapatkan uang dari kontrak bertinjupun semakin terjepit.
Untuk mengisi sakunya, kini Wido punya profesi baru. Jadi tukang parkir di sekitar messnya. Tepatnya di sekitar kantor Catatan Sipil (Capil). Kebetulan, belakangan sedang banyak orang yang mengurus akta. Banyak kendaraan diparkir.
Situasi itu dimanfaatkan oleh Wido dengan menjadi tukang parkir. Tidak sendirian. Dia “bekerja” bareng Yaser, juga petinju BBC. “Lumayan hasilnya bisa buat makan dan menyambung hidup. Bersama Yaser (juga petinju BBC) saya menjaga parkir mulai pagi hingga sore,” aku Wido Paes beberapa saat setelah menunaikan “pekerjaannya”.
Dia bersyukur dengan ramainya orang di Capil. “Saya sangat beruntung akhir-akhir ini dinas Capil sangat ramai diserbu warga. Saya mendapat keuntungan dari sana,” lanjut Wido.
Kondisi keseharian petinju seperti Wido memang memprihatinkan. Dalam situasi jeda pertandingan seperti ini, untuk makan sehari-hari saja Wido kesulitan. Tidak jarang Wido hanya mampu beli mie instant untuk makan. Padahal, sebagai petinju, kondisi tubuh harus terus prima.
“Profesi sebagai atlet khususnya tinju masih belum menjanjikan di Indonesia. Sekarang ini banyak atlet yang tidak konsentrasi pada profesinya, karena harus memikirkan bagaimana cara menyambung hidup,” keluh Wido, petinju bergaya fighter ini.
Dia pun berharap pemerintah mau lebih perhatian kepada atlet. “Agar para atlet bisa memperoleh hasil yang maksimal,” katanya.

05 November 2008

Rufi Guncoko Menang TKO


Tak percuma Rufi Guncoko kembali ke ring tinju profesional. Walau hampir setahun tak bertanding, petinju binaan Semen Gresik BC Tuban, Jatim, itu terbukti masih memiliki pukulan yang cukup ampuh.
Laga perdana Rufi di Gelar Tinju Profesional Indosiar (GPTI) pada Senin dini hari kemarin (4/11) menjadi bukti betapa petinju asli Tuban tersebut masih punya potensi untuk maju. Bertarung di kelas spesialisnya, terbang (50,8 kg), Rufi ternyata tak harus bertarung penuh delapan ronde untuk mengalahkan Dena (Red Cobra BC Bandung).
Pukulan bertubi-tubi yang menyerang ke perut dan muka Dena membuat wasit Jepri Pontoh langsung menghentikan pertarungan tersebut pada ronde kelima. Rufi pun dinyatakan menang TKO. Hasil itu sesuai dengan target Rufi saat acara timbang badan.

03 November 2008

Rufi Berjuang Taklukkan Red Cobra


Petinju Semen Gresik (SG) BC Tuban Rufi Guncoko malam ini (3/11) bentrok versus Deny Sunda (Red Cobra BC Bandung) dalam partai tinju pro di Indosiar. Kedua petinju bakal bertarung di kelas terbang 50,8 kg dalam partai yang disiarkan Indosiar tersebut.
’’Persiapan sudah oke. Kami sangat mengharapkan dukungan dan doa restu seluruh masyarakat Tuban agar Rufi bisa meraih kemenangan,’’ pinta humas SG BC Sentot.
Rufi sudah bertolak ke Jakarta sejak Sabtu (1/11) lalu. Petinju asli Tuban itu sudah melakukan persiapan cukup intensif untuk menghadapi pertarungan tersebut. Pertarungan ini merupakan laga perdana Rufi setelah setahun lebih vakum dari blantika tinju profesional tanah air.

13 Oktober 2008

Kemenangan Gemilang Robert Kopa


Robert Kopa memenuhi ambisinya. Petinju andalan Sasana Rokatenda, Sidoarjo tersebut berhasil merebut sabuk emas Rokatenda. Itu setelah dia mengalahkan Heru Arema (Decross BC Malang) dalam laga utama Rokatenda Fight kelas bulu 57,1 kg delapan ronde di halaman TVRI Surabaya tadi malam (11/10).
Robert menang mutlak. Tiga wasit, yakni A. Budi Agus Sarwono (Asal Surabaya) Sumaryono (Sidoarjo) serta Dhawam Ali (Jember) memutuskan memberikan kemenangan kepada Robert. Budi dan Sumaryono memberikan nilai 77-75. Sementara, Dhawam Ali memberikan skor 76-75 untuk Robert Kopa.
’’Saya memang tidak membidik kemenangan TKO. Yang penting adalah menang. Saya bersyukur. Ini semua atas dukungan teman-teman dan Pak Yani (Malhendo, pelatih, Red),” kata Robert setelah pertandingan.
Hasil yang sama juga diraih petinju Rokatenda lainnya, Marco Azzuri. Dia terlalu tangguh bagi Kohako (Tripon BC Tulungagung) dalam duel enam ronde di kelas terbang junior 49 kg.
Tidak tanggung-tanggung, dalam laga yang disaksikan 500an penonton tersebut, petinju 24 tahun itu menang TKO atas Kohako. Marco sukses menganvaskan Kohako pada ronde keempat dari enam ronde yang direncanakan.
Sejak awal, Marco memang langsung tampil menggebrak. Dia seperti tidak ingin memberikan kesempatan pada Kjohako untuk mengembangkan permainan. Banyak pukulannya yang tepat sasaran.
Buntutnya, pada ronde keempat menit kedua detik ketiga, pelipis kiri Kohako lebam. Dia pun harus menerima perawatan dokter. Setelah diperiksa, dokter memutuskan Kohako tidak layak untuk melanjutkan pertandingan.
Sukses Marco diikuti Philipus. Petinju andalan Sasana Brigade 3234 tersebut berhasil mengandaskan Waetteker di kelas bulu 57,1 kg enam ronde. Dua juri yakni, Sumaryono serta Dhawam Ali sama-sama memberikan nilai 58-56 untuk kemenangan Philipus. Sementara, satu wasit lain, yakni Bambang Subagyo (Gresik) memberikan kemenangan kepada Waetekker dengan nilai 58-56.
Seakan tidak mau kalah dengan kesuksesan dua petinju tersebut, Suryana pun memetik kemenangan. Petinju asal Sasana BSBC Banjarnegara itu menang angka atas Edy Monod (Sasana Jaguar, Malang) di kelas terbang junior 49 kg delapan ronde. Wasit A. Budi Agus Suwono dan ST. Maryono (Sidoarjo) memberikan kemenangan bagi Suryana dengan nilai 77-75. Sementara Bambang Subagyo memenangkan Edy Monod dengan skor 77-75.
Sementara, hingga berita ini ditulis, masih berlangsung dua pertandingan antara Iwan Key (Rokatenda) versus Frans (Guyup Rukun BC Tulungagung) di kelas terbang junior 49 kg delapan ronde, serta Julio De La Basez (Rokatenda) kontra Effendi (SS BC Banjarnegara) dalam kelas bulu 57,1 kg delapan ronde.

Janji Hamid Untuk Tinju Pro Jatim



Komisi Tinju Indonesia (KTI) Jawa Timur memulai era baru saat Abdul Hamid terpilih sebagai ketua umum anyar. Beberapa program kerja telah dia canangkan dalam masa lima tahun kepengurusannya (2008–2013).
Agenda pertamanya adalah kembali menyelenggarakan pertandingan tinju profesional di Jawa Timur. Sasarannya, pembibitan atlet tinju profesional di Jawa Timur. ”Para petinju amatir memerlukan wadah untuk menuju profesional. Maka, kami akan menjadi mediator,” kata Hamid yang ditemui saat menghadiri perebutan sabuk emas Rokatenda di halaman TVRI Jawa Timur pada Sabtu lalu (11/10).
Selain itu, maraknya pertandingan yang digelar membuat seorang petinju profesional bisa mendapat nilai untuk memperbaiki peringkat daerah maupun nasional. Menurut dia, di Jawa Timur sebetulnya terdapat beberapa petinju potensial untuk berprestasi di tingkat nasional. ”Tapi, mereka tidak mempunyai peringkat nasional karena jarang bertarung,” ucap Hamid.
Hal kedua yang akan dilakukan adalah merangkul beberapa promotor untuk mengadakan pertandingan tinju. Menurut dia, peran promotor sangat penting dalam dunia tinju profesional. Dia berharap agar para promotor dapat mengali dana dengan mengandeng sponsor untuk menghelat tinju profesional.
Dia optimistis dapat mengairahkan kembali olahraga tinju profesional yang ”mati suri” selama beberapa tahun ini. Optimisme itu disampaikan setelah menghadiri dua even tinju profesional di Jember (Agustus lalu) dan Surabaya (11/10).
”Saya gembira karena antusias penonton luar biasa,” tutur Hamid. Saat menghadiri sabuk emas Rokatenda di halaman TVRI, lebih dari 500 penonton hadir. Padahal, menurut Jani Yosoef, pelaksana tugas (plt) kepala stasiun TVRI, laga serupa terakhir dihelat pada 2002. ”Animo masyarakat cukup baik. Mungkin, masyarakat rindu menyaksikan pertandingan tinju seperti dulu,” ujar pria yang juga menjabat sebagai wakil ketua KTI tersebut.
Untuk itu, KTI kepengurusan yang baru akan berusaha mengadakan pertandingan tinju secara berkala. ”Kami berencana menggelar secara rutin satu bulan sekali atau paling tidak sekali dalam dua bulan,” tuturnya.

10 Oktober 2008

Malam Ini, Rokatenda Fight Guncang Jatim


Duel Robert Kopa (Sasana Rokatenda Sidoarjo) versus Heru Arema (Decross BC Malang) paling ditunggu dalam Rokatenda Fight di TVRI Surabaya malam ini. Meskipun tidak mengetahui persis kekuatan Heru, Robert pernah melihat sekilas ketika lawannya bertarung di Malang beberapa waktu lalu. Robert mengatakan ingin memenangi pertarungan perebutan sabuk emas Rokatenda kelas bulu 57,1 kg delapan ronde tersebut.
”Tapi, saya tidak berani memprediksi KO atau cukup dengan angka. Saya akan lihat di atas ring nanti,” kata Robert di sela-sela timbang badan kemarin (10/10).
Hal yang sama dikatakan oleh Yani Malhendo, pelatih Sasana Rokatenda. Menurut dia, yang terpenting adalah memenangi pertandingan, bukan KO ataupun TKO. Pelatih asal Bima, NTB, tersebut beralasan belum mengetahui permainan Heru. Karena itu, dia belum bisa menentukan strategi yang akan diterapkan.
”Untuk awal laga, Robert akan saya arahkan dengan strategi seperti yang selama ini saya beri. Strategi nanti saya ubah. Tergantung bagaimana keadaan saat pertandingan,” papar Yani.
Jika berhasil membukukan kemenangan, Robert berharap dapat menembus pentas tinju nasional. Hingga kini, dia belum memiliki peringkat untuk menantang jawara-jawara nasional. ”Karena itu, saya menginginkan kemenangan agar saya bisa menatap kejuaraan nasional,” ujar petinju 23 tahun tersebut.
Selain partai itu, Rokatenda Fight akan mengagendakan lima laga lain. Di antaranya, duel petinju kawakan Jatim Julio De la Basez (Sasana Rokatenda) versus Effendi (SS BC Banjarnegara) di kelas bulu 57,1 kg delapan ronde. Bagi Basez, laga tersebut adalah comeback-nya setelah dua tahun menghilang dari olahraga adu jotos tersebut.
”Dia sudah siap menghadapi pertarungan itu. Naluri bertarungnya juga sudah kembali. Bagaimanapun, dia adalah mantan juara nasional. Tentu, dia sudah punya dasar-dasar bertinju,” tegas Yani.
Susunan Partai Sabuk Emas Rokatenda
1. Kelas terbang jr 49 kg, Marco Azzuri (Rokatenda BC/ Surabaya) v Kjohako (Tripon BC Tulungagung) 6 ronde
2. Kelas bulu 57,1 kg, Philipus (Brigade 3234) v Waetteker (Kossro BC/ Blitar) 6 ronde
3. Kelas terbang jr 49 kg, Iwan Key (Rokatenda BC/ Surabaya) v Frans (Guyub Rukun BC Tulungagung) 8 ronde
4. Kelas bulu 57,1 kg, Robert Kopa (Rokatenda BC/ Surabaya) v Heru Arema (Decross BC/ Malang) 8 ronde (perebutan Sabuk Emas Rokatenda)
5. Kelas terbang jr 49 kg, Edy Monod (Jaguar BC Malang) v Suryana (SS BC/ Banjarnegara) 8 ronde
6. Kelas bulu 57,1 kg, Juli De la Basez (Rokatenda BC/ Surabaya) v Effendi (SS BC Banjarnegara) 8 ronde

29 September 2008

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H



Untuk insan tinju dan insan yang gila tinju Jawa Timur dan nasional,
saya Mohon Maaf Lahir dan Batin
bila ada salah kata dan tingkah laku yang kurang berkenan.

Ayo, Maju Terus
Tinju Pro Jawa Timur

Kholili Indro

Akurasi Petinju Rokatenda Belum Optimal


Yani Malhendo patut waswas. Pelatih tinju Sasana Rokatenda itu menilai, kemampuan anak asuhnya belum menggembirakan. Terutama akurasi dan kecepatan pukulan.
Padahal, pertandingan Rokatenda Fight di TVRI Surabaya akan bergulir Sabtu mendatang (11/10). Itu berarti Yani hanya punya waktu sekitar dua minggu untuk memoles Julio de La Bases dkk.
’’Dua hal itu yang secara umum masih perlu ditingkatkan. Anak-anak kurang bisa memukul dengan tepat. Kecepatan pukulan juga belum membuat saya puas,” ungkap Yani Malhendo setelah menjalani latihan rutin petinjunya.
Yani dan anak buahnya memang harus bekerja ekstrakeras untuk menghadapi kejuaraan tersebut. Selain mempertaruhkan harga diri para petinju, even itu menjadi pertaruhan nama baik Sasana Rokatenda.
Sasana yang dimiliki Damianus Wera itu merupakan penggagas acara. So, dengan status tuan rumah, mereka tentu tidak ingin kehilangan muka di depan publik sendiri.
’’Beban yang kami pikul memang berat. Tapi, kalau kami bisa mempersiapkan diri dengan baik, tentu semua ambisi bisa kami penuhi,” jelas mantan pelatih Sasana Pirih, Surabaya, tersebut.
Untuk fisik para petinju, Yani mengatakan sudah 75 persen. Saat ini, Julio Bases dkk sedang berada di tahap mid season. Level itu adalah masa seorang petinju diberi latihan seimbang antara fisik dan teknik.
’’Sekarang 50 persen fisik, 50 persen teknik. Kalau kemarin-kemarin memang kita terus menggenjot latihan fisik. Apalagi, ada beberapa petinju yang belum lama menjalani latihan,” ujarnya.
Iwan Key, petinju yang akan bertanding di kelas terbang mini 47,6 kg, juga mengatakan, kecepatan serta akurasi pukulannya masih belum bagus. Namun, untuk fisik, dia sudah siap tempur.
’’Sekarang persiapan jauh lebih matang. Beda dengan saat melawan Irfan Ogah beberapa waktu lalu. Saat itu, saya hanya berlatih selama sebulan,” tutur Iwan. ’’Tentu keadaan saya akan jauh lebih baik karena masih ada waktu dua minggu untuk mengembalikan kondisi,” katanya.

18 September 2008

Bases-Iwan Key Duel Usai Lebaran


Kepastian arena ring tinju profesional Rokatenda Fight digelar pada 11 Oktober 2008. Kepastian itu disampaikan manajer Rokatenda BC Damianus Wera kepada wartawan, Rabu (17/9) sore di ruang kerjanya.
Dalam susunan partai itu diagendakan 6 pertarungan, dengan dua partai pembuka pertarungan enam ronde. Diantara enam partai yang diagendakan terdapat satu partai yang direncanakan menjadi perebutan peringkat.
"Kepastiannya mengunggu pekan depan. Karena saat ini kami belum berani memutuskan apakah jadi perebutan peringkat atau pertarungan non peringkat," terang Damianus Wera selepas latihan di sasananya, Rokatenda BC.
Kepastian itu masih menunggu Pangdam V/ Brawijaya yang sedang bertugas, sehingga belum ada keputusan. Belum ada keputusan itu pula, pihak penyelenggara belum memutuskan partai yang menjadi perebutan peringkat dan
perbutan gelar sabuk Brawijaya.
Masalahnya KTI Jawa Timur berkeinginan membangkitkan kembali Sabuk Brawijaya yang pernah dirintis mendiang Setiadi Laksono. Arena ring pro itu
terhenti ketika sang perintis meninggal dunia. Sementara title sabuk Brawijaya juga terlebih dahulu izin kepada Kodam V, karena mengambil title dari instansi militer.
Pertarungan tinju Rokatenda Fight ini juga direncanakan juga berbarengan dengan pelantikan pengurus KTI Jatim periode 2008-2013. Namun tujuan utamanya bukan sekedar pelantikan pengurus KTI Jatim. ’’Sebetulnya bukan sekadar pelantikan. Namun kami menginginkan tinju pro ini bergairah kembali seperti lima tahun silam. Hanya waktunya yang bersamaan,’’ lanjut pria asal Maumere Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.
Enam partai yang disusun, tidak hanya menyuguhkan petinju asal Jatim saja. terdapat dua petinju dari luar daerah, seperti Brigade 3234 BC Jakarta dan 88 BC Banjarnegara, Jawa Tengah. ’’Keduanya kami pilih, bukan
tanpa sebab. Kami menginginkan pertandingan tinju ini nanti berkualitas dan sukses,’’ tandas Damianus. (rif-humas KTI Jatim)

Susunan Partai
1. Kelas Terbang Jr (49 kg): Marco Azzuri (Rokatenda BC, Surabaya) v Andi (Minakjinggo BC Banyuwangi), 6 ronde
2. Kelas Bulu (57 kg): Philipus (Brigade 3234 Jakarta) v Waetteker (Kossro BC Blitar), 6 ronde.
3. Kelas terbang Jr (49 kg): Iwan Key (Rokatenda BC) vs Frans (Guyub Rukun BC Tulungagung), 8 ronde.
4. Kelas terbang Jr (49 kg): Tommy Seran (Rokatenda BC) vs Eddy Monod (Jaguar BC Malang), 8 ronde.
5. Kelas Bulu (57,1 kg): Robert (Rokatenda BC) v Bogy Gonzales (Guyub Rukun BC Tulungagung), 8 ronde
6. Kelas Bulu (57,1 kg): Juluo de La Bazez (Rokatenda BC) v Effendy (88 BC Banjarnegara), 8 ronde.

11 September 2008

Kuda Liar BC, Gabungkan Tinju dan Wushu


Menggabungkan olahraga tinju dan wushu ke dalam satu sasana mungkin masih belum familiar di Indonesia. Tetapi, Sasana Kuda Liar menerapkannya sejak 2002.
------
Hari beranjak petang. Jalan di Kampung Ambeng-Ambeng, Ngingas, Waru, Sidoarjo,Jawa Timur, agak ramai. Beberapa orang tua mengawasi anak-anaknya yang berlari-lari di jalan kampung. Mungkin mereka tengah menghabiskan waktu untuk menunggu saat berbuka puasa.
Namun, di pojok kampung, seperti tak memedulikan hari yang kian senja, terdengar suara gedebak-gedebuk seseorang sedang memukuli sansak tinju. Di sebelah dia, seorang lainnya tengah bergelut dengan rekannya. Sementara itu, pria setengah baya serius mengawasi gerak-gerik mereka.
”Pukul keras. Usahakan bisa fokus mengenai sasaran,” kata Saikhu Samyudi kepada Selvian Devi sembari memberikan contoh.
Ya, itulah sekelumit keseharian di Sasana Tinju Kuda Liar, Sidoarjo. Saikhu, sang pemilik, tak segan-segan turun tangan langsung untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak muda tersebut. Kebetulan, sore itu yang berlatih adalah dua anaknya, Heldy Darwis dan Selvian.
Hanya, dia tak langsung turun tangan untuk menangani putra sulungnya, Heldy. Sebab, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut sedang berlatih wushu kelas shansou. Untuk melatih Heldy, Saikhu memercayakan kepada Lukman.
”Saya belum begitu menguasai wushu. Daripada salah, lebih baik saya pasrahkan saja kepada yang lebih menguasai,” tutur pria kelahiran 1 Mei 1967 tersebut.
Ya, Sasana Kuda Liar memang menggabungkan antara tinju dengan wushu. Sebab, sasana yang berdiri sejak 2002 itu masih memiliki ikatan dengan Sasana Wushu Lima Naga, Surabaya.
”Kalau tinju, kami memakai nama Sasana Kuda Liar. Untuk wushu, kami menggunakan nama Lima Naga. Saya yakin itulah satu-satunya sasana di Jatim yang menggabungkan tinju dengan wushu,” tambahnya.
Hingga kini, sudah ada enam petinju dan pewushu yang bergabung di sasana yang diresmikan pada 6 Juli 2008 tersebut. Namun, kebanyakan mereka tidak fokus berlatih satu cabang saja, melainkan dobel.
”Hampir semua yang berlatih di sini ndobel latihan. Ya tinju, ya wushu. Tapi, tak apa. Wushu juga menunjang pernapasan dan kelenturan serta kecepatan jika diterapkan dalam tinju,” jelas Humas Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) Surabaya itu.
Menurut dia, yang terpenting adalah menjadikan anak asuhnya sebagai juara. Karena itu, dia tidak segan-segan menggelontorkan dana jutaan rupiah setiap bulan guna membiayai sasana tersebut.
”Saya sadar, menghidupi sasana memang bukan pekerjaan gampang. Kalau harus menjual rumah, saya siap kok,” tegasnya.
Hasrat menelurkan seorang juara itulah yang membuatnya ”menutup telinga” dari pandangan miring para tetangganya.
”Terus terang, banyak yang mengangap saya orang aneh. Mungkin mereka berpikir kok mau-maunya saya menekuni olahraga tinju dan wushu. Saya sadar. Soalnya, di sekitar sini memang orang-orang gila sepak bola dan bola voli,” tuturnya.
Bukan hanya itu, dia tak segan-segan memberikan uang saku kepada anak asuhnya yang dilihat menonjol. Itu semua dilakukan demi memotivasi anak buahnya agar giat berlatih.
”Saya memang menerima orang-orang yang ingin berlatih di sini. Tapi, kalau hanya untuk berolahraga, saya akan tarik bayaran Rp 50.000 per bulan. Untuk tujuan prestasi dan saya lihat dia memang menonjol, saya malah memberinya uang saku,” tegas suami Sholikatun tersebut.
Selain itu, dia mulai merencanakan nasib sasana tersebut di kemudian hari. Saikhu akan memfokuskan sasananya untuk tinju saja. Soalnya, dia melihat wushu masih belum bisa diandalkan di Indonesia.
”Kalau tinju kan banyak promotor. Selain itu, masih ada kejuaraannya meskipun sedikit. Apalagi, saya sudah mengajukan diri untuk menjadi promotor. Sekarang tinggal menunggu lisensi promotor dari ATI,” ucap pria asli Sidoarjo itu.

07 September 2008

Enggan Potong Uang Petinju, Siap Tombok Sepanjang Tahun


Dunia tinju Jawa Timur bisa dikatakan hidup segan mati tak mau. Hanya ada beberapa sasana yang masih eksis. Salah satunya Rokatenda, milik Damianus Wera, yang bermarkas di Pondok Candra.
------------

Sore itu Sasana Rokatenda cukup ramai. Suara gedebuk pukulan dan dengus napas petinju seolah saling mengejar silih berganti. Sang empunya sasana, Damianus Wera, berdiri gagah menyaksikan para petinju sedang berlatih.
Meski tak ikut terjun melatih, Damianus tak segan memotivasi para petinju yang mulai lelah itu. ”Bases, kamu harus latihan serius. Bulan depan kamu akan bertanding. Kalau kamu tidak serius, saya pulangkan kamu,” teriak dia kepada Julio Bases, petinjunya.
Ya, bulan depan bersama sembilan petinju Rokatenda lainnya, boxer kelas terbang 50,8 kg tersebut akan naik ring di salah satu stasiun televisi di Jatim. Rencananya, pertandingan tersebut melibatkan banyak sasana tinju di Jatim. Bahkan, sangat mungkin dari luar Jawa.
Damianus tentu tak ingin anak buahnya menuai malu dalam pertandingan tersebut. Sebab, dialah aktor utama di balik layar even itu.
Keputusan menghelat even tersebut tak lepas dari rasa prihatinnya atas kondisi tinju pro di Jawa Timur. Gairah tinju di Jatim saat ini sedang lesu. Itu tak bisa dipisahkan dari meninggalnya raja tinju tanah air, Aseng Hery Sugiarto, pada Desember 2004.
”Ketika masih hidup, beliau (Aseng, Red) memberikan amanat agar saya turut memajukan tinju di Jatim. Karena itu, saya memulai dari sekarang. Saya berharap bisa menggulirkannya secara rutin,” jelasnya.
Damianus memang kenal baik dengan Aseng. Itu semua berawal pada 1980-an, saat dia masih berstatus petinju amatir. Hubungan tersebut berlanjut kian dekat ketika dia tinggal di Surabaya.
Pada 2003, saat Aseng menyelenggarakan kejuaraan tinju di Flores, dia diperintah untuk mendirikan sasana tinju. Merasa tinju sudah mengalir dalam darahnya, pada 2004 Damianus langsung mendirikan sasana tinju di Surabaya. Rokatenda dijadikan nama sasana itu. Nama tersebut dicomot dari nama sebuah gunung di Flores.
”Gunung melambangkan kekuatan. Filosofinya, kami ingin menjadi yang terbaik dan terkuat di dunia tinju,” ujar pria kelahiran 27 Januari 1960 tersebut.
Namun, setelah empat tahun berdiri, tak ada keuntungan yang dipetik oleh pria kelahiran Flores itu. Bahkan, dia selalu tombok untuk mengurusi sasana tersebut.
”Tiap bulan, tak kurang dari 2,5 juta saya keluarkan untuk biaya makan dan minum anak-anak. Tapi, sampai sekarang saya belum mendapatkan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai keuntungan. Tapi, tak apa-apa. Saya memang tidak membebani anak-anak jika mereka mendapatkan uang setelah bertanding,” terangnya.
Ya, selama ini dia memang tidak pernah menarik bagian bila anak asuhnya mendapatkan komisi setelah bertanding. Dia merasa masih belum layak untuk mengurangi jatah yang menjadi hak anak asuhnya. Pasalnya, anak asuhnya belum menyandang gelar juara.
”Saya serahkan semuanya kepada anak-anak untuk membagi dengan pelatih. Memang belum untung. Bahkan, selalu tombok. Soalnya, kalau harus bermain di luar kota, mereka pasti naik pesawat. Selain itu, mereka pasti menginap di hotel. Padahal, uang yang diterima belum tentu besar. Silakan bayangkan sendiri,” tuturnya sembari mengulum senyum.
Kendala terberat ialah minimnya intensitas pertandingan tinju di Jatim. Selama ini para petinjunya selalu menunggu undangan dari Jakarta maupun Semarang untuk berjibaku di atas ring. Itulah yang membuatnya merasa berdosa kepada mendiang Aseng.
”Karena itu, saya mulai merintis menyelenggarakan pertandingan secara rutin. Saya masih terngiang-ngiang dengan amanat Pak Aseng untuk memajukan dunia tinju. Jadi, kalau Anda tanya apakah saya ingin menjadi Aseng baru, jawabannya iya,” tegas pria yang berprofesi sebagai ahli pengobatan alternatif tersebut.

03 September 2008

Rokatenda Fight setelah Lebaran

Barangkali inilah tanda bahwa dunia tinju pro Jatim akan kembali menggeliat. Indikasinya adalah kian maraknya pertandingan olahraga adu jotos tersebut di Jatim.
Dalam sebulan terakhir, paling tidak ada dua even tinju beda kelas yang diadakan di Jatim. Pada Sabtu lalu (9/8), tersaji partai berskala internasional kala petinju dari Sasana Pirih, Surabaya, Sofyan Efendi menaklukkan Namchai Thaksisan di GOR Kaliwates. Sukses yang diraih Sofyan juga menahbiskan dia sebagai juara ad interim kelas terbang 50,8 kg PABA (Pan Asian Boxing Association).
Dua minggu berselang, tepatnya pada Jumat (22/8), Sasana Pirih kembali menggelar laga uji coba yang melibatkan petinju-petinju muda Jatim. Dalam mini turnamen tersebut, sasana yang dikomandoi Eric Pirih itu melangsungkan partai empat ronde.
Nah, kini pecinta tinju Jatim akan kembali dimanjakan dengan gelaran serupa. Menurut rencana, Sasana Rokatenda, Sidoarjo, bakal mengulirkan kejuaraan tinju di salah satu stasiun TV nasional.
’’Sampai sekarang kami belum bisa menentukan kapan tanggal pastinya. Tapi, yang jelas, even tersebut akan digelar setelah Lebaran. Lebih tepatnya, pada Oktober mendatang,’’ kata Damianus Wera, pemilik Sasana Rokatenda, di sela-sela latihan kemarin (3/9).
Damianus menambahkan, hal itu merupakan wujud dari kepeduliannya terhadap dunia olahraga yang seakan mati suri tersebut. Padahal, sebelumnya Jatim bisa dikatakan sebagai salah satu basis tinju tanah air.
’’Dalam pertandingan ini, nanti kami mengundang sasana yang ada di seluruh Jatim. Kami ingin membangkitkan lagi nama-nama sasana seperti Sawunggaling ataupun Akas. Bahkan, mungkin di luar Jatim. Itu yang masih kami godok hingga sekarang,” tambah pria asli Flores itu.
Selain itu, even tersebut dibarengkan dengan pelantikan pengurus KTI (Komisi Tinju Indonesia) yang baru. Seperti diketahui, Damianus merupakan salah seorang pengurus di organisasi tinju tersebut. Saat ini pria yang berprofesi sebagai ahli pengobatan alternatif itu duduk di bidang promosi dan usaha.
Sasana Rokatenda berencana menurunkan 10 petinju alias total dari seluruh petinju yang dimiliki. Namun, hal itu masih bersifat tentatif. Sebab, mereka akan melihat siapa saja petinju yang akan turun di kejuaraan tersebut.
’’Yang pasti kami akan menurunkan empat petinju, yaitu Tomi Seran (kelas terbang mini (47,6 kg), Robet Kopa (bulu junior 55,3 kg), Julio Basez (terbang 50,8 kg), dan Marco Sauri (terbang mini (44 kg),” jelas Damianus.

SG BC Tuban Bangkit Lagi

Selama bulan puasa ini, para petinju sasana Semen Gresik Boxing Camp Tuban bakal tetap menjalani latihan seperti biasa. Hanya waktu latihannya yang sedikit mengalami perubahan menjadi agak sore.
Baru sekitar dua pekan sasana yang ber-home base di Perdin SG Tuban itu bangkit lagi. Sebelumnya, hampir setahun SGBC vakum dari aktivitas olahraga adu jotos tersebut. Saat ini ada tiga petinju yang bergabung SGBC yakni Rufi Guncoko (peringkat III KTI di kelas terbang junior 50,2 kg), Muhaddin, dan Johan.
Ketua Harian SGBC Muji Narko yang didampingi Humas SG Tuban M. Farchan menuturkan kalau dalam waktu dekat ada petinju yang berminat untuk bergabung ke sasananya. ’’Petinju dari Kalimantan, kalau nggak salah namanya Mamba,’’ ujar Farchan.
Tapi petinju baru itu tidak langsung akan diterima. Pihaknya akan menerapkan sistem seleksi ketat untuk menerima petinju baru. Salah satunya melalui serangkaian tes untuk melihat prospek dan kesungguhannya bergabung SGBC.’’Nanti selama satu bulan akan dilihat dulu kelayakannya. Kalau oke, ya diterima. Yang jelas kami akan lebih selektif,’’ timpal Farchan.
Sementara untuk mendukung prestasi atlet, manajemen Semen Gresik BC juga dikabarkan tengah membidik pelatih baru untuk mendampingi Deni Boy. Nama pelatih yang dikait-kaitkan dengan SGBC antara lain M. Yunus, Yani Malhendo, Suwarno Perico, dan Hengky Gun.

23 Agustus 2008

Back To Gym Tinju Jawa Timur


Tinju profesional Jatim yang sempat mati suri dipastikan bakal kembali bergairah. Ini setelah promotor Eric Pirih bersama dua penyandang dana Joko Susanto dan Charles Sanjaya mengadakan pertandingan Pembibitan 4 ronde Back to Gym 2008. Pada even pertama di Sasana Pirih Surabaya kemarin (22/8), dipertandingkan tiga partai.
Pertandingan pertama mempertemukan Hasan Glen dari Sasana Minakjinggo BC Banyuwangi dengan Michael Horta dari Bina Putra BC Wlingi Blitar. Pada partai kelas ringan junior tersebut, Michael berhasil memenangkan laga setelah dinyatakan menang angka. Hakim M Rois dan Budi Agus Sarwono kompak memberikan nilai 39-37 untuk Michael, sedangkan St Mariono memberikan nilai 39-38.
Partai berikutnya kembali mempertemukan petinju Minakjinggo Banyuwangi dengan Bina Putra Blitar. Yakni Iqbal Glen dan Yonta yang bertanding di kelas Bulu Junior. Dalam laga ini Iqbal menunjukkan kelasnya dengan menang TKO pada ronde pertama, detik ke 64.
’’Wasit memutuskan untuk menghentikan pertandingan karena Yonta dianggap tidak layak meneruskan laga,” jelas Eric.
Partai ketiga merupakan laga paling seru. Pertandingan kelas terbang itu mempertemukan petinju tuan rumah, Monang, dengan Kohako dari Tripon BC Tulungagung. Pertandingan berjalan sengit dan seimbang. Dari segi teknik dan power, keduanya menunjukkan kualitas yang sama bagusnya. Dan karena sama-sama masih muda, tingkat agresivitasnya pun setara.
Benar saja, di akhir pertarungan, keduanya mengumpulkan nilai yang sama. Pertandingan pun dinyatakan berakhir draw.

11 Agustus 2008

Sofyan Rebut PABA Ad Interim


Petinju asal Kencong, Jember, Sofyan Efendi sukses menjadi juara ad interim PABA (Pan Asian Boxing Association) di kelas terbang mini (47,7 kg). Petinju binaan Sasana Pirih Surabaya itu menganvaskan Namchai Thaksinsan (Thailand) pada ronde pertama dalam duel di GOR Kaliwates, Jember, Sabtu malam (9/8).
Sofyan, peringkat ke-4 PABA, mendapatkan dukungan penuh dari ribuan penonton tuan rumah. Dia langsung menggebrak lawannya yang menduduki peringkat ke-5 PABA tersebut. ”Target saya maksimal KO di ronde enam. Tapi, di ronde pertama, ternyata duel sudah selesai,” kata pemilik rekor 37-5-1 (KO 20) tersebut. Dengan kemenangan itu, target Sofyan selanjutnya adalah menantang juara kelas terbang mini PABA Kwangthai Pattalung (Thailand).
Gelar tinju profesional Jember Fight 2008 benar-benar menjadi partai KO (knockout). Sebab, empat di antara enam partai berakhir dengan KO di ronde-ronde awal.
Tom Aremba (Sasana Ainun Aula Jember) yang turun di kelas terbang junior menang KO pada ronde pertama atas Nur Bello (Minak Jinggo Banyuwangi). Kemudian, Yudha Sambung yang turun di kelas terbang junior kalah KO melawan Eddy Monod (Jaguar BC Malang). Yudha Sambung kena lucky blow di ronde kedua. Itu membuat dia tidak mampu melanjutkan pertarungan lagi. Iko Sambung (kakak Yudha Sambung) mampu membalas kekalahan adiknya lewat kemenangan TKO di ronde kedua atas Firdaus (Bromo BC Probolinggo).
Di antara enam partai, duel yang paling menarik adalah pertarungan perebutan gelar juara PABA Junior antara Irfan Bone (Sasana JK Jakarta) melawan Kongsurin Sithsoei (Thailand). Laga di kelas bulu (57,1 kg) tersebut akhirnya dimenangkan oleh Irfan lewat kemenangan angka mutlak.
Irfan Bone yang bertekad menganvaskan Kongsurin di luar dugaan mendapatkan perlawanan sengit dari lawannya. Bahkan, Irfan berkali-kali harus menerima pukulan keras Kongsurin.
”Irfan belum mempunyai killing punch yang ampuh. Apalagi, lawannya memiliki daya tahan cukup bagus,” kata Wagino, ketua umum KTI Jember.
Irfan Ogah (Sasana Pirih Surabaya) yang turun di partai tambahan delapan ronde gagal menjatuhkan Iwan Key. Ogah hanya menang angka. Di luar dugaan, Iwan yang juga mantan juara nasional itu masih memiliki naluri bertarung yang bagus. Padahal, sejak gelarnya lepas beberapa tahun lalu, Iwan jarang berlatih setelah diterima bekerja di PT Freeport.
Iwan Key yang juga adik kandung Hasan Ambon (mantan petinju Dhory Gym Malang) mampu meladeni pukulan lawan Irfan.

Hasil Lengkap Jember Fight 2008:
1.Partai Pembinaan Kelas Terbang Junior:
Tom Aremba (Ainun Aulia BC Jember) m-KO v Nur Bello (Minak Jinggo BC Banyuwangi)
2.Perebutan Peringkat Kelas Terbang Junior:
Eddy Monod (Jaguar BC Malang) m-TKO v Yudha Sambung (Mandiri BC Jember)
3.Perebutan Peringkat Kelas Terbang:
Iko Sambung MTKO v Firdaus (Bromo BC Probolinggo)
4.Partai Tambahan Kelas Terbang:
Irfan Ogah (Pirrih BC Surabaya) maa v Iwan Key (Rokatenda Surabaya)
5.Kejuaraan PABA Junior Kelas Bulu:
Irfan Bone (Sasana JK Jakarta) maa v Kongsurin Sithsoei (Thailand)
6.Kejuaraan PABA Ad Interim Kelas Terbang Mini:
Sofyan Effendi (Pirrih BC Surabaya) m-KO v Namchai Thaksinsan (Thailand)

09 Agustus 2008

Sofyan Effendi yakin Bekuk Namchai



Rasa percaya diri selangit membuncah di dada Sofyan Effendi. Petinju asal sasana Pirih Surabaya itu yakin mampu menundukkan petinju Thailand Namchai Thaksinsan pada duel memperebutkan sabuk juara PABA Ad Interim kelas terbang mini (47,6 kg) di GOR Kaliwates, Jember, malam ini (9/8).
Kesiapan Sofyan di pentas internasional itu tergambar saat sesi timbang badan, kemarin (8/8). Di acara yang dihadiri oleh Presiden PABA Yang Sup Shim asal Korsel, bobot Sofyan under seberat enam ons. Idealnya, di kelas terbang mini itu, dia harus tampil dengan bobot 47,6 kg.
Saya benar-benar siap. Apalagi, saya bakal tampil di kampung sendiri,” lanjut petinju asli Kencong itu kala sesi timbang badan di pendapa bupati Jember, kemarin.
Sebaliknya, Namchai overweight (kelebihan) empat ons. Itu sudah lumayan. Sebab, ketika menginjakkan kaki di Jember dua hari sebelumnya, bobot petinju peringkat pertama tersebut sempat kelebihan bobot dua kilogram.
Track record Namchai pun tak terlalu menakutkan. Dia hanya berhasil memenangkan separo di antara 36 kali naik ring. Namun, Namchai lebih banyak tarung di luar Thailand daripada di negara sendiri.
Sementara itu, rekor Sofyan jauh lebih mengilap daripada lawannya. Dia menang KO 19 kali selama 32 kali naik ring. Sofyan hanya lima kali kalah. Kekalahan itu pun lebih banyak diderita ketika tampil di luar negeri. Bahkan ketika tampil di perebutan sabuk juara PABA lawan Kwangthai Pattalung di Thailand, Sofyan sempat menjatuhkan lawannya di ronde kelima. Tapi, Sofyan tetap saja kalah angka.
Meski demikian, Sofyan tak boleh merasa di atas angin. ”Di Thailand, overweight beberapa kilogram sudah biasa. Tak butuh waktu lama untuk menurunkan lagi,” jelas Eric Pirih, manajer asal Surabaya.
Selain duel Sofyan versus Namchai, juga dipertandingkan lima partai tambahan. Salah satunya adalah bentrok Iwan Key asal sasana Rokatenda (Sidoarjo) melawan Irfan Ogah (Sasana Pirih) dalam laga nongelar kelas terbang (50,8 kg) delapan ronde.
Penampilan malam ini merupakan duel comeback Iwan setelah tiga bulan absen lantaran harus bekerja di Freeport (Papua). Namun, menurut dia, hal tersebut tidak akan menjadi halangan untuk mengandaskan Ogah.
”Tidak ada kata kalah bagi saya. Yang saya tahu dan inginkan hanyalah menang atas Ogah. Itu saja. Kalau masalah saya baru berlatih selama tiga bulan, bagi saya, itu tidak masalah,” terang Iwan. (hdi/ru/roq)


Susunan Partai Jember Fight 2008

1. Kejuaraan PABA (Ad Interim) Kelas Terbang Mini

Sofyan Effendy (Pirih Surabaya) v Namchai Thaksinsan

(Peringkat Ke-4 PABA) (Peringkat Pertama Thailand)

2. Kejuaraan PABA Junior Kelas Bulu

Irfan Bone (Jakarta) v Khongsurin Sit (Thailand)

3. Perebutan Peringkat Nasional Kelas Terbang Junior

Samtriko (Mandiri BC Jember) v Firdaus (Bromo BC Probolinggo)

4.Partai Perebutan Peringkat Nasional

Yudha Sambung v Edy Monod (Jaguar BC Malang)

5.Partai Pembinaan Kelas Terbang Junior

Tom Aremba (Jember Centre) v Abdullah (Minakjinggo Banyuwangi)

6. Kelas Terbang Junior

Irvan Ogah (Pirih BC Surabaya) v Iwan Key (Rokatenda Surabaya)

31 Juli 2008

Gelar Chris John Aman



Gelar juara dunia kelas bulu (57,1 kg) versi WBA Chris John sementara selamat. Kepastian itu didapatkan setelah Badan Pengawas dan Pengendalian Olahraga Profesional Indonesia (BP2OPI) mendapatkan surat dari WBA terkait pembatalan pertarungan Chris melawan Jackson Asiku pada 27 Juli lalu di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.
”Saya sudah membaca regulasi WBA, termasuk soal pencabutan gelar juara. Gelar itu tidak bisa dicabut hanya berdasarkan statemen seseorang,’’ kata Kabid Hukum BP2OPI Haryo Yuniarto dalam konferensi pers di kantor Menpora kemarin.
Penjelasan Haryo tersebut menyusul masih terjadinya silang pendapat soal konsekuensi yang dihadapi Chris John karena batal bertarung dengan Asiku. Chris John Management (CM) meyakini gelar tersebut aman. Sebaliknya, co-promotor Toerino Tidar menyatakan bahwa Chris John bakal dicabut dan dinyatakan lowong.
Dengan kondisi itu, BP2OPI langsung bergerak cepat mengirimkan surat elektronik ke WBA untuk mengkonfirmasi hal itu tersebut. Dan, kemarin, sudah mendapat jawaban resmi dari markas badan tinju tertua di dunia tersebut.
”Berdasarkan surat dari Presiden WBA Gilberto Mendoza kepada Alan Kim tertanggal 29 Juli 2008, sampai saat ini WBA belum membuat keputusan. WBA masih mengumpulkan keterangan dari Indonesia sebelum membuat keputusan. Jawaban tersebut membuktikan bahwa gelar Chris John masih aman,’’ kata Haryo.
Menpora Adhyaksa Dault juga menyatakan keheranannya terhadap statemen yang menyebutkan gelar Chris John dicabut WBA. Apalagi, promotor kemudian sibuk mencari solusi guna menyelamatkan gelar Chris John.
”Itu kan aneh, karena WBA memang belum mencabut gelar Chris John. Pemerintah sudah mengecek langsung ke sana,’’ tandas Adhyaksa.
CM sendiri kemarin cukup tenang. ”Konsentrasi kita sekarang ini mempersiapkan Chris John menuju pertarungan wajib (mandatory fight) pada 4 Oktober 2008 di Jepang melawan petinju tuan rumah, Heroyuki Enoki,’’ jelas Tony Priatna, asisten manajer CM.
Sementara itu, Daudy ”Bali Boy’’ Bahari membukukan kemenangan dalam pertarungan kelas Welter (66,5 kg). Pemegang sabuk gelar juara kelas Welter Junior (63,5 kg) versi WBO Aspac itu menang KO pada ronde kedelapan melawan Syamsul Hidayat dalam pertarungan di Jakarta Jumat (28/7) malam.
”Ini hanya pertarungan pemanasan untuk Daudy sebelum kembali menantang juara WBO Oriental,’’ kata pelatih dan manajer Daudy, Pino Bahari kepada Jawa Pos usai pertandingan.
Pada 26 April lalu di Jerman, Daudy harus pulang dengan muka tertunduk karena usaha merebut sabuk juara kelas Welter Junior versi WBO Oriental dari juara bertahan petinju tuan rumah, Willy Blain, gagal membuahkan hasil. Dalam pertarungan penuh 12 ronde, Daudy dinyatakan kalah angka tipis. Pertarungan ini sekaligus untuk memperebutkan peringkat pertama dunia versi WBO.

29 Juli 2008

Kubu Chris John Salahkan Promotor

Kubu Chris John tidak mau dipojokkan terkait batalnya pertarungan pilihan (choice) antara juara dunia kelas Bulu (57,1 kg) versi WBA melawan Jackson Asiku dari Australia. Sebagai bentuk pembelaan, manajemen petinju berjuluk The Dragon itu langsung melakukan konferensi pers di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, kemarin (27/7).
Craig Christian, manajer sekaligus pelatih Chris John menjelaskan, banyak fakta lain yang tidak disampaikan promotor. Karena itu, dia mengundang wartawan untuk memberikan pembanding. Craig pun lantas menjelaskan mengenai latar belakang pembatalan pertarungan petinju binaannya itu.
”Kami tidak bersalah soal terjadinya hal itu. Batalnya pertandingan adalah karena promotor. Beberapa hal itu adalah soal pembayaran yang tidak sesuai dengan isi perjanjian. Kami harus mendapat 65 ribu USD tujuh hari sebelum pertandingan. Sedangkan pada 21 Juli lalu, itu tidak terjadi,” katanya.
Dengan kondisi seperti itu, lanjutnya, kemungkinan untuk membatalkan pertarungan pun mengemuka. Chris John juga sudah diberitahu dan mulai makan, sehingga berat badannya tidak masuk. ”Dengan kondisi itu membuat petinju naik turun dan tidak konsentrasi untuk pertandingan,” terang Craig.
”Hal demikian juga dialami pihak Asiku. Mereka juga merasa ada yang tidak beres. Intinya, promotor sudah melanggar isi kontrak. Karena itu kami mengirim surat pembatalan pertandingan ke presiden WBA Gilberto Mendoza,” sambung pria asal Australia itu.
Bukan hanya itu. Menurut Craig, pihaknya juga tidak datang dalam konferensi pers kedua pada Rabu (23/7) karena tidak tahu. Saat itu, Craig sudah merasa pertandingan batal. Meskipun, tidak demikian dengan pihak promotor. ”Promotor masih berpikir (pertandingan, Red) berjalan. Tourino (Tidar, co promotor) juga terus meyakinkan kami agar tetap bertanding,” urainya.
Padahal, sambung Craig, kondisi kedua petinju sudah tidak siap. Seperti tidak kehilangan akal, menurut Craig, Tourino pun menawarkan partai nongelar sehingga ketika berat badan tidak masuk tidak masalah. ”Tawaran itu diiming-imingi dengan tambahan bayaran. Bahkan pihak Asiku ditawari sebesar USD 10 ribu,” tuturnya.
Disinggung mengapa tetap mengambil uang dari promotor padahal sudah tidak ada pertarungan? Craig menjelaskan, kalau pertarungan tidak jadi, sudah menjadi hak Chris untuk tetap dapat bayaran. ”Hanya pembicaraan kami itu tidak ada perjanjian kontrak. Hanya omongan lisan,” urainya.
”Kemudian soal kenapa kami akhirnya pulang itu sebenarnya yang menyuruh adalah Tourino. Kemudian kalau bertitel nongelar, kenapa ada orang WBA. Semestinya hanya wasit Indonesia sudah cukup,” sembungnya.
Terpisah, Promotor Soeryo Goeritno yang dihubungi semalam mengaku kaget dengan pernyataan Craig. Soeryo menjelaskan, partai itu yang mengatur adalah Craig semua. ”Soal pembayaran Asiku itu kan diberikan ke Craig, tetapi kemudian oleh dia tidak dikasihkan agar bisa beralasan seperti itu,” ucapnya.
Soal pernyataan Craig bahwa pertandingan itu sebenarnya adalah nongelar, Soeryo juga menyangkal. Dia langsung menunjuk kedatangan Alan Kim dari WBA adalah bukti yang cukup. ”Kalau mereka mengatakan ada masalah, tetapi Alan Kim mengatakan terus, bagaimana?” ucapnya.
”Lagipula kalau itu berstatus nongelar, harga keduanya tidak akan sebesar itu. Paling mahal untuk Chris sebesar USD 10 ribu dan penantangnya mendapat USD 2 ribu,” sambungnya.
Seperti diberitakan, pertarungan perebutan gelar tinju kelas bulu (57,1 kg) versi WBA antara juara dunia Chris John melawan Jackson Asiku yang mestinya digelar tadi malam di Dufan, Taman Impian Jaya Ancol dibatalkan. Padahal, seluruh perangkat pertandingan sudah siap.

Polemik di Sekitar Chris John

27 Juli 2008
Pertarungan pilihan (choice) Chris John melawan Jackson Asiku di Dufan, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta batal terlaksana. Chris John dan Asiku tak nongol pada sesi timbang badan.


3 Maret 2007
Chris John sempat mengancam mogok tanding lawan Jose "Cheo" Rojas (Veneuzela) gara-gara promotor pertandingan Albert Reihard Papilaya tidak memenuhi kewajibannya. Dalam pertarungan itu, Chris John dijanjikan menerima bayaran USD 200 ribu (sekitar Rp 1,8 miliar), sedangkan lawannya dibayar USD 45 ribu (sekitar Rp. 400 juta).

9 September 2006
Duel choice (pilihan) Chris John melawan Renan Acosta asal Panama akhirnya jadi digelar GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan. Sebelumnya, duel tersebut sempat terancam batal. Bahkan, sempat bergulir ide dialihkan ke Bandung karena miskomunikasi dengan Pemda DKI Jakarta.


3 Januari 2005
Chris John ceraikan Sutan Rambing, keluar dari Sasana Bank Buana Semarang karena tidak puas dengan pembagian bayaran yang diterimanya. Dia hanya mendapat Rp 400 juta bersih dari bayarannya yang sebesar Rp 1,2 miliar. Polemik itu terjadi setelah Chris John mempertahankan gelar melawan Jose’Cheo’Rojas (Venuzela) di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim.

28 Juli 2008

Chris John Kapok Tanding di Indonesia

Sengketa selalu menjadi bumbu yang mengiringi hampir setiap pertarungan Yohannes Christian John alias Chris John. Polemik terakhir yang berujung pada batalnya rencana pertarungan pilihan (choice) melawan Jackson Asiku, yang seharusnya dihelat Minggu lalu (27/7) di Dufan, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, ibaratnya sudah menjadi puncak gunung yang siap mengeluarkan lahar panas.
Fakta pembatalan pertarungan Chris adalah yang kali kesekian setelah pada beberapa waktu lalu juga terjadi konflik yang muaranya adalah masalah pembayaran. Salah satu kasus masa lalu yang dialami Chris adalah sengketa dengan pelatih Sutan Rambing soal pembagian hasil pertandingan. Akibat kasus itu, Chris memutuskan pindah haluan dengan memilih Craig Christian sebagai manajer dan pelatihnya pada 2004.
Setelah itu, setiap kali Chris bakal melakukan pertarungan, bayang-bayang akan terselip masalah selalu ada. Karena merasa sudah cukup banyak persoalan yang dialami, Chris dan manajemennya, tampaknya, sudah mulai lelah sekaligus kapok berurusan dengan promotor tanah air. Ancaman boikot tampil di Indonesia juga sudah mulai terlontar.
Hal itu ditegaskan Craig dalam konferensi pers kemarin (27/7). Pria asal Australia tersebut menyatakan, sudah cukup pengalaman-pengalaman pahit soal pelaksanaan pertarungan di Indonesia yang bermasalah. ”Ke depan, kami ingin memilih bertarung di luar negeri. Salah satu negara yang bakal menjadi jujukan adalah Jepang,” tandas Craig.
Dia menambahkan, konsentrasi Chris sekarang sudah tidak lagi tercurah pada pertarungan pilihan. Juara dunia asal Banjarnegara, Jateng, itu bakal langsung fokus ke mandatory fight alias pertarungan wajib guna mempertahankan gelar kelas bulu WBA untuk kali kesepuluh. ”Chris bakal melawan petinju Jepang yang berstatus peringkat 1 WBA. Kemungkinan partai itu akan digelar pada pertengahan Oktober,” urainya.
Saat ditanya soal pembatalan pertarungannya, Chris sendiri berharap agar kasusnya menjadi pelajaran berharga. ”Kalau memang ingin melangsungkan pertarungan, tetapi masih ada masalah yang belum beres, ya dituntaskan dulu. Jangan kemudian dipaksakan, kemudian ribut-ribut seperti ini,” cetus Chris.
Meski sudah gamang tampil di negeri sendiri, masih ada promotor tanah air yang berminat untuk menarik kembali Chris. Itu dilontarkan Zainal Tayeb, salah seorang promotor Indonesia. ”Kalau punya uang, saya akan berusaha mendatangkan lagi Chris agar tampil di Indonesia,” tandasnya.
Dia tidak menampik anggapan bahwa menjadi promotor di Indonesia, dengan harapan bisa meraup untung besar, masih sangat sulit. Namun, itu tidak akan mengurungkan niatnya. ”Keberanian saya untuk tetap menjadi promotor juga ditopang kesenangan. Karena memang masih susah menjadi bisnis menjanjikan,” urainya.
Pria yang juga ketua Komisi Tinju Indonesia (KTI) Bali itu pernah menjadi promotor Chris saat melakoni pertandingan wajib melawan peringkat pertama Roinet Caballero dari Panama, pada 26 Januari 2008. Partai yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, itu dimenangi Chris dengan technical knockout (TKO) ronde ketujuh.

27 Juli 2008

Pengurus KTI Jatim Periode 2008-2012

Dewan Kehormatan:
Moh Binsjech, AY
Eddy Pirih, MBA
Eddy Rumpoko
Pimpinan Aseng Promotion

Ketua Umum:
Drs. H. Abdul Hamid, MM

Ketua Harian:
P.W. Afandy

Wakil Ketua:
Drs. M. Yusuf Husni, Apt
Drs. Jani Joseph, MM
Hermanto

Sekretaris Umum:
H. Joko Tetuko, Msi

Sekretaris I:
Drs. M. Rois

Bendahara:
Mayor Tan

Bendahara I:
H. Beni Siswanto, S.Sos

Bidang-Bidang

Bidang Teknik
Pertandingan:
Feryy Is Mirza
Herry Soediono

Bidang Peringkat:
Andy Yusuf, SH
Tara Singh

Bidang Pembibitan:
Eric Pirih
H. Nurhuda

Bidang Wasit/Hakim:
H. Bambang Subagio
M. Dawam Ali

Bidang Kesehatan:
dr Eddy Herman S
Dr Bagus Prayogi

Bidang Hukum
& Advokasi:
Drs. Makin Rahmat, SH, MH
Agus Hariadi, SH

Bidang Litbang:
Kholili Indro S.Sos
Drs. Samuel Ru’ung
Bidang Teknik
& Kepelatihan:
M. Yunus
H. Abu Dhory

Bidang Humas:
Rochman Arief S.Sos
Drs. A. Basri
Hasyim Rosidi

Bidang Promosi
& Usaha:
B.S Marbun
Damianus Wera

Duel Batal , Gelar Chris John Terancam

JAKARTA - Dunia tinju profesional Indonesia tercoreng. Itu terjadi setelah rencana pertarungan pilihan (choice) juara dunia kelas Bulu (57,1 kg) versi WBA, Chris John melawan Jackson Asiku, yang seharusnya digelar nanti malam (27/7) di Dufan, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta batal terlaksana. Padahal, seluruh perangkat pertandingan, utamanya ofisial yang ditunjuk WBA, seperti supervisor, wasit, hakim, sudah siap melaksanakan tugasnya.
Pembatalan itupun dilakukan secara mendadak. Supervisor pertarungan gelar tersebut, Alan Kim dari Korea Selatan, memutuskan pertarungan gelar dibatalkan. Alasannya, supervisor yang ditunjuk WBA tersebut sudah memberikan perpanjangan waktu hingga dua jam dari jadwal yang telah ditentukan pukul 16.00 WIB untuk melakukan acara timbang badan. Perangkat timbang badan juga sudah ada di tempat.
Tetapi hingga pukul 18.00 WIB, kedua petinju tidak ada yang mencul di acara tersebut. Perpanjangan waktu dua dua jam tersebut, sesuai ketentuan peraturan pertandingan di WBA, untuk memberikan kesempatan kepada petinju yang belum masuk ke bobot ideal di kelas Bulu. Tidak jelas, apakah kedua petinju memang belum masuk ke bobot ideal, sehingga mereka tidak melakukan timbang badan.
Yang jelas, dengan tidak hadirnya kedua petinju di acara timbang badan hingga batas waktu yang telah ditentukan, supervisor WBA pun langsung memutuskan pertarungan Chris John melawan Jackson Asiku tidak bisa dilaksanakan. Namun sebelum pembatalan tersebut, ada kesepakatan untuk menunda pertarungan tersebut hingga Nopember mendatang.
Tentang penundaan inipun, Alan Kim tidak bisa memutuskan. Begitu pula apakah pembatalan pertarungan tersebut otomatis akan berakibat dicabutnya gelar Chris John. Sebab, keputusan finalnya ada di pihak WBA. ’’Semua kejadian terkait dengan pembatalan pertarungan ini akan saya laporkan ke WBA,’’ jelasnya.
Sebelum pembatalan pertarungan tersebut, Alam Kim menjelaskan bahwa gelar Chris John akan dicabut, jika satu-satunya petinju juara dunia milik Indonesia itu tidak hadir dalam acara timbang badan. Atau gelarnya juga akan dicabut jika berat badan Chris John melebihi bobot ideal. Hal itu bisa dilakukan, jika lawannya, Asiku, hadir di acara timbang badan dan berat badannya masuk dalam bobot ideal.
Yang terjadi kemarin, kedua petinju tidak ada yang hadir dalam acara tersebut. Padahal, sebelum jadwal timbang badan berakhir Chris John dan Craig Cristian, manajer yang juga pelatih Chris John, sudah hadir di gedung Belagio, di Mega Kuningan, Jakarta. Chris John mengenakan training park berwarna merah putih dan topi juga berwarna yang sama.
Craig sudah berada di lokasi timbang badan. Tetapi Chris John justru tidak bersamanya. Diduga Chris John juga punya kelebihan berat badan, sehingga tidak hadir di lokasi. Tetapi Zaenal Tayeb, pemilik sasana Mirah Silver Bali yang selama ini sering membantu Chris John, tak setuju jika ketidak hadiran Chris di acara timbang badan karena masalah over weight. ’’Saya sangat kenal Chris John. Dan, tadi saya juga sudah bertemu dia. Kondisi fisiknya tidak beda dengan dulu, pipinya sampai kelihatan kurus. Nggak mungkin dia kelebihan berat badan. Dia tidak mau timbang badan karena faktor lain,’’ tegas Zaenal.
Promotor Soeryo Goeritno mengaku sangat kecewa dengan pembatalan tersebut. Apalagi pembatalan itu dimungkinkan hilangnya sabuk juara dunia yang sudah sembilan kali dipertahankan Chris John. Sesuai ketentuan peraturan pertandingan WBA, pembatalan pertarungan bisa berakibat dicabutnya gelar juara bagi petinju bersangkutan.