29 September 2008

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H



Untuk insan tinju dan insan yang gila tinju Jawa Timur dan nasional,
saya Mohon Maaf Lahir dan Batin
bila ada salah kata dan tingkah laku yang kurang berkenan.

Ayo, Maju Terus
Tinju Pro Jawa Timur

Kholili Indro

Akurasi Petinju Rokatenda Belum Optimal


Yani Malhendo patut waswas. Pelatih tinju Sasana Rokatenda itu menilai, kemampuan anak asuhnya belum menggembirakan. Terutama akurasi dan kecepatan pukulan.
Padahal, pertandingan Rokatenda Fight di TVRI Surabaya akan bergulir Sabtu mendatang (11/10). Itu berarti Yani hanya punya waktu sekitar dua minggu untuk memoles Julio de La Bases dkk.
’’Dua hal itu yang secara umum masih perlu ditingkatkan. Anak-anak kurang bisa memukul dengan tepat. Kecepatan pukulan juga belum membuat saya puas,” ungkap Yani Malhendo setelah menjalani latihan rutin petinjunya.
Yani dan anak buahnya memang harus bekerja ekstrakeras untuk menghadapi kejuaraan tersebut. Selain mempertaruhkan harga diri para petinju, even itu menjadi pertaruhan nama baik Sasana Rokatenda.
Sasana yang dimiliki Damianus Wera itu merupakan penggagas acara. So, dengan status tuan rumah, mereka tentu tidak ingin kehilangan muka di depan publik sendiri.
’’Beban yang kami pikul memang berat. Tapi, kalau kami bisa mempersiapkan diri dengan baik, tentu semua ambisi bisa kami penuhi,” jelas mantan pelatih Sasana Pirih, Surabaya, tersebut.
Untuk fisik para petinju, Yani mengatakan sudah 75 persen. Saat ini, Julio Bases dkk sedang berada di tahap mid season. Level itu adalah masa seorang petinju diberi latihan seimbang antara fisik dan teknik.
’’Sekarang 50 persen fisik, 50 persen teknik. Kalau kemarin-kemarin memang kita terus menggenjot latihan fisik. Apalagi, ada beberapa petinju yang belum lama menjalani latihan,” ujarnya.
Iwan Key, petinju yang akan bertanding di kelas terbang mini 47,6 kg, juga mengatakan, kecepatan serta akurasi pukulannya masih belum bagus. Namun, untuk fisik, dia sudah siap tempur.
’’Sekarang persiapan jauh lebih matang. Beda dengan saat melawan Irfan Ogah beberapa waktu lalu. Saat itu, saya hanya berlatih selama sebulan,” tutur Iwan. ’’Tentu keadaan saya akan jauh lebih baik karena masih ada waktu dua minggu untuk mengembalikan kondisi,” katanya.

18 September 2008

Bases-Iwan Key Duel Usai Lebaran


Kepastian arena ring tinju profesional Rokatenda Fight digelar pada 11 Oktober 2008. Kepastian itu disampaikan manajer Rokatenda BC Damianus Wera kepada wartawan, Rabu (17/9) sore di ruang kerjanya.
Dalam susunan partai itu diagendakan 6 pertarungan, dengan dua partai pembuka pertarungan enam ronde. Diantara enam partai yang diagendakan terdapat satu partai yang direncanakan menjadi perebutan peringkat.
"Kepastiannya mengunggu pekan depan. Karena saat ini kami belum berani memutuskan apakah jadi perebutan peringkat atau pertarungan non peringkat," terang Damianus Wera selepas latihan di sasananya, Rokatenda BC.
Kepastian itu masih menunggu Pangdam V/ Brawijaya yang sedang bertugas, sehingga belum ada keputusan. Belum ada keputusan itu pula, pihak penyelenggara belum memutuskan partai yang menjadi perebutan peringkat dan
perbutan gelar sabuk Brawijaya.
Masalahnya KTI Jawa Timur berkeinginan membangkitkan kembali Sabuk Brawijaya yang pernah dirintis mendiang Setiadi Laksono. Arena ring pro itu
terhenti ketika sang perintis meninggal dunia. Sementara title sabuk Brawijaya juga terlebih dahulu izin kepada Kodam V, karena mengambil title dari instansi militer.
Pertarungan tinju Rokatenda Fight ini juga direncanakan juga berbarengan dengan pelantikan pengurus KTI Jatim periode 2008-2013. Namun tujuan utamanya bukan sekedar pelantikan pengurus KTI Jatim. ’’Sebetulnya bukan sekadar pelantikan. Namun kami menginginkan tinju pro ini bergairah kembali seperti lima tahun silam. Hanya waktunya yang bersamaan,’’ lanjut pria asal Maumere Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.
Enam partai yang disusun, tidak hanya menyuguhkan petinju asal Jatim saja. terdapat dua petinju dari luar daerah, seperti Brigade 3234 BC Jakarta dan 88 BC Banjarnegara, Jawa Tengah. ’’Keduanya kami pilih, bukan
tanpa sebab. Kami menginginkan pertandingan tinju ini nanti berkualitas dan sukses,’’ tandas Damianus. (rif-humas KTI Jatim)

Susunan Partai
1. Kelas Terbang Jr (49 kg): Marco Azzuri (Rokatenda BC, Surabaya) v Andi (Minakjinggo BC Banyuwangi), 6 ronde
2. Kelas Bulu (57 kg): Philipus (Brigade 3234 Jakarta) v Waetteker (Kossro BC Blitar), 6 ronde.
3. Kelas terbang Jr (49 kg): Iwan Key (Rokatenda BC) vs Frans (Guyub Rukun BC Tulungagung), 8 ronde.
4. Kelas terbang Jr (49 kg): Tommy Seran (Rokatenda BC) vs Eddy Monod (Jaguar BC Malang), 8 ronde.
5. Kelas Bulu (57,1 kg): Robert (Rokatenda BC) v Bogy Gonzales (Guyub Rukun BC Tulungagung), 8 ronde
6. Kelas Bulu (57,1 kg): Juluo de La Bazez (Rokatenda BC) v Effendy (88 BC Banjarnegara), 8 ronde.

11 September 2008

Kuda Liar BC, Gabungkan Tinju dan Wushu


Menggabungkan olahraga tinju dan wushu ke dalam satu sasana mungkin masih belum familiar di Indonesia. Tetapi, Sasana Kuda Liar menerapkannya sejak 2002.
------
Hari beranjak petang. Jalan di Kampung Ambeng-Ambeng, Ngingas, Waru, Sidoarjo,Jawa Timur, agak ramai. Beberapa orang tua mengawasi anak-anaknya yang berlari-lari di jalan kampung. Mungkin mereka tengah menghabiskan waktu untuk menunggu saat berbuka puasa.
Namun, di pojok kampung, seperti tak memedulikan hari yang kian senja, terdengar suara gedebak-gedebuk seseorang sedang memukuli sansak tinju. Di sebelah dia, seorang lainnya tengah bergelut dengan rekannya. Sementara itu, pria setengah baya serius mengawasi gerak-gerik mereka.
”Pukul keras. Usahakan bisa fokus mengenai sasaran,” kata Saikhu Samyudi kepada Selvian Devi sembari memberikan contoh.
Ya, itulah sekelumit keseharian di Sasana Tinju Kuda Liar, Sidoarjo. Saikhu, sang pemilik, tak segan-segan turun tangan langsung untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak muda tersebut. Kebetulan, sore itu yang berlatih adalah dua anaknya, Heldy Darwis dan Selvian.
Hanya, dia tak langsung turun tangan untuk menangani putra sulungnya, Heldy. Sebab, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut sedang berlatih wushu kelas shansou. Untuk melatih Heldy, Saikhu memercayakan kepada Lukman.
”Saya belum begitu menguasai wushu. Daripada salah, lebih baik saya pasrahkan saja kepada yang lebih menguasai,” tutur pria kelahiran 1 Mei 1967 tersebut.
Ya, Sasana Kuda Liar memang menggabungkan antara tinju dengan wushu. Sebab, sasana yang berdiri sejak 2002 itu masih memiliki ikatan dengan Sasana Wushu Lima Naga, Surabaya.
”Kalau tinju, kami memakai nama Sasana Kuda Liar. Untuk wushu, kami menggunakan nama Lima Naga. Saya yakin itulah satu-satunya sasana di Jatim yang menggabungkan tinju dengan wushu,” tambahnya.
Hingga kini, sudah ada enam petinju dan pewushu yang bergabung di sasana yang diresmikan pada 6 Juli 2008 tersebut. Namun, kebanyakan mereka tidak fokus berlatih satu cabang saja, melainkan dobel.
”Hampir semua yang berlatih di sini ndobel latihan. Ya tinju, ya wushu. Tapi, tak apa. Wushu juga menunjang pernapasan dan kelenturan serta kecepatan jika diterapkan dalam tinju,” jelas Humas Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) Surabaya itu.
Menurut dia, yang terpenting adalah menjadikan anak asuhnya sebagai juara. Karena itu, dia tidak segan-segan menggelontorkan dana jutaan rupiah setiap bulan guna membiayai sasana tersebut.
”Saya sadar, menghidupi sasana memang bukan pekerjaan gampang. Kalau harus menjual rumah, saya siap kok,” tegasnya.
Hasrat menelurkan seorang juara itulah yang membuatnya ”menutup telinga” dari pandangan miring para tetangganya.
”Terus terang, banyak yang mengangap saya orang aneh. Mungkin mereka berpikir kok mau-maunya saya menekuni olahraga tinju dan wushu. Saya sadar. Soalnya, di sekitar sini memang orang-orang gila sepak bola dan bola voli,” tuturnya.
Bukan hanya itu, dia tak segan-segan memberikan uang saku kepada anak asuhnya yang dilihat menonjol. Itu semua dilakukan demi memotivasi anak buahnya agar giat berlatih.
”Saya memang menerima orang-orang yang ingin berlatih di sini. Tapi, kalau hanya untuk berolahraga, saya akan tarik bayaran Rp 50.000 per bulan. Untuk tujuan prestasi dan saya lihat dia memang menonjol, saya malah memberinya uang saku,” tegas suami Sholikatun tersebut.
Selain itu, dia mulai merencanakan nasib sasana tersebut di kemudian hari. Saikhu akan memfokuskan sasananya untuk tinju saja. Soalnya, dia melihat wushu masih belum bisa diandalkan di Indonesia.
”Kalau tinju kan banyak promotor. Selain itu, masih ada kejuaraannya meskipun sedikit. Apalagi, saya sudah mengajukan diri untuk menjadi promotor. Sekarang tinggal menunggu lisensi promotor dari ATI,” ucap pria asli Sidoarjo itu.

07 September 2008

Enggan Potong Uang Petinju, Siap Tombok Sepanjang Tahun


Dunia tinju Jawa Timur bisa dikatakan hidup segan mati tak mau. Hanya ada beberapa sasana yang masih eksis. Salah satunya Rokatenda, milik Damianus Wera, yang bermarkas di Pondok Candra.
------------

Sore itu Sasana Rokatenda cukup ramai. Suara gedebuk pukulan dan dengus napas petinju seolah saling mengejar silih berganti. Sang empunya sasana, Damianus Wera, berdiri gagah menyaksikan para petinju sedang berlatih.
Meski tak ikut terjun melatih, Damianus tak segan memotivasi para petinju yang mulai lelah itu. ”Bases, kamu harus latihan serius. Bulan depan kamu akan bertanding. Kalau kamu tidak serius, saya pulangkan kamu,” teriak dia kepada Julio Bases, petinjunya.
Ya, bulan depan bersama sembilan petinju Rokatenda lainnya, boxer kelas terbang 50,8 kg tersebut akan naik ring di salah satu stasiun televisi di Jatim. Rencananya, pertandingan tersebut melibatkan banyak sasana tinju di Jatim. Bahkan, sangat mungkin dari luar Jawa.
Damianus tentu tak ingin anak buahnya menuai malu dalam pertandingan tersebut. Sebab, dialah aktor utama di balik layar even itu.
Keputusan menghelat even tersebut tak lepas dari rasa prihatinnya atas kondisi tinju pro di Jawa Timur. Gairah tinju di Jatim saat ini sedang lesu. Itu tak bisa dipisahkan dari meninggalnya raja tinju tanah air, Aseng Hery Sugiarto, pada Desember 2004.
”Ketika masih hidup, beliau (Aseng, Red) memberikan amanat agar saya turut memajukan tinju di Jatim. Karena itu, saya memulai dari sekarang. Saya berharap bisa menggulirkannya secara rutin,” jelasnya.
Damianus memang kenal baik dengan Aseng. Itu semua berawal pada 1980-an, saat dia masih berstatus petinju amatir. Hubungan tersebut berlanjut kian dekat ketika dia tinggal di Surabaya.
Pada 2003, saat Aseng menyelenggarakan kejuaraan tinju di Flores, dia diperintah untuk mendirikan sasana tinju. Merasa tinju sudah mengalir dalam darahnya, pada 2004 Damianus langsung mendirikan sasana tinju di Surabaya. Rokatenda dijadikan nama sasana itu. Nama tersebut dicomot dari nama sebuah gunung di Flores.
”Gunung melambangkan kekuatan. Filosofinya, kami ingin menjadi yang terbaik dan terkuat di dunia tinju,” ujar pria kelahiran 27 Januari 1960 tersebut.
Namun, setelah empat tahun berdiri, tak ada keuntungan yang dipetik oleh pria kelahiran Flores itu. Bahkan, dia selalu tombok untuk mengurusi sasana tersebut.
”Tiap bulan, tak kurang dari 2,5 juta saya keluarkan untuk biaya makan dan minum anak-anak. Tapi, sampai sekarang saya belum mendapatkan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai keuntungan. Tapi, tak apa-apa. Saya memang tidak membebani anak-anak jika mereka mendapatkan uang setelah bertanding,” terangnya.
Ya, selama ini dia memang tidak pernah menarik bagian bila anak asuhnya mendapatkan komisi setelah bertanding. Dia merasa masih belum layak untuk mengurangi jatah yang menjadi hak anak asuhnya. Pasalnya, anak asuhnya belum menyandang gelar juara.
”Saya serahkan semuanya kepada anak-anak untuk membagi dengan pelatih. Memang belum untung. Bahkan, selalu tombok. Soalnya, kalau harus bermain di luar kota, mereka pasti naik pesawat. Selain itu, mereka pasti menginap di hotel. Padahal, uang yang diterima belum tentu besar. Silakan bayangkan sendiri,” tuturnya sembari mengulum senyum.
Kendala terberat ialah minimnya intensitas pertandingan tinju di Jatim. Selama ini para petinjunya selalu menunggu undangan dari Jakarta maupun Semarang untuk berjibaku di atas ring. Itulah yang membuatnya merasa berdosa kepada mendiang Aseng.
”Karena itu, saya mulai merintis menyelenggarakan pertandingan secara rutin. Saya masih terngiang-ngiang dengan amanat Pak Aseng untuk memajukan dunia tinju. Jadi, kalau Anda tanya apakah saya ingin menjadi Aseng baru, jawabannya iya,” tegas pria yang berprofesi sebagai ahli pengobatan alternatif tersebut.

03 September 2008

Rokatenda Fight setelah Lebaran

Barangkali inilah tanda bahwa dunia tinju pro Jatim akan kembali menggeliat. Indikasinya adalah kian maraknya pertandingan olahraga adu jotos tersebut di Jatim.
Dalam sebulan terakhir, paling tidak ada dua even tinju beda kelas yang diadakan di Jatim. Pada Sabtu lalu (9/8), tersaji partai berskala internasional kala petinju dari Sasana Pirih, Surabaya, Sofyan Efendi menaklukkan Namchai Thaksisan di GOR Kaliwates. Sukses yang diraih Sofyan juga menahbiskan dia sebagai juara ad interim kelas terbang 50,8 kg PABA (Pan Asian Boxing Association).
Dua minggu berselang, tepatnya pada Jumat (22/8), Sasana Pirih kembali menggelar laga uji coba yang melibatkan petinju-petinju muda Jatim. Dalam mini turnamen tersebut, sasana yang dikomandoi Eric Pirih itu melangsungkan partai empat ronde.
Nah, kini pecinta tinju Jatim akan kembali dimanjakan dengan gelaran serupa. Menurut rencana, Sasana Rokatenda, Sidoarjo, bakal mengulirkan kejuaraan tinju di salah satu stasiun TV nasional.
’’Sampai sekarang kami belum bisa menentukan kapan tanggal pastinya. Tapi, yang jelas, even tersebut akan digelar setelah Lebaran. Lebih tepatnya, pada Oktober mendatang,’’ kata Damianus Wera, pemilik Sasana Rokatenda, di sela-sela latihan kemarin (3/9).
Damianus menambahkan, hal itu merupakan wujud dari kepeduliannya terhadap dunia olahraga yang seakan mati suri tersebut. Padahal, sebelumnya Jatim bisa dikatakan sebagai salah satu basis tinju tanah air.
’’Dalam pertandingan ini, nanti kami mengundang sasana yang ada di seluruh Jatim. Kami ingin membangkitkan lagi nama-nama sasana seperti Sawunggaling ataupun Akas. Bahkan, mungkin di luar Jatim. Itu yang masih kami godok hingga sekarang,” tambah pria asli Flores itu.
Selain itu, even tersebut dibarengkan dengan pelantikan pengurus KTI (Komisi Tinju Indonesia) yang baru. Seperti diketahui, Damianus merupakan salah seorang pengurus di organisasi tinju tersebut. Saat ini pria yang berprofesi sebagai ahli pengobatan alternatif itu duduk di bidang promosi dan usaha.
Sasana Rokatenda berencana menurunkan 10 petinju alias total dari seluruh petinju yang dimiliki. Namun, hal itu masih bersifat tentatif. Sebab, mereka akan melihat siapa saja petinju yang akan turun di kejuaraan tersebut.
’’Yang pasti kami akan menurunkan empat petinju, yaitu Tomi Seran (kelas terbang mini (47,6 kg), Robet Kopa (bulu junior 55,3 kg), Julio Basez (terbang 50,8 kg), dan Marco Sauri (terbang mini (44 kg),” jelas Damianus.

SG BC Tuban Bangkit Lagi

Selama bulan puasa ini, para petinju sasana Semen Gresik Boxing Camp Tuban bakal tetap menjalani latihan seperti biasa. Hanya waktu latihannya yang sedikit mengalami perubahan menjadi agak sore.
Baru sekitar dua pekan sasana yang ber-home base di Perdin SG Tuban itu bangkit lagi. Sebelumnya, hampir setahun SGBC vakum dari aktivitas olahraga adu jotos tersebut. Saat ini ada tiga petinju yang bergabung SGBC yakni Rufi Guncoko (peringkat III KTI di kelas terbang junior 50,2 kg), Muhaddin, dan Johan.
Ketua Harian SGBC Muji Narko yang didampingi Humas SG Tuban M. Farchan menuturkan kalau dalam waktu dekat ada petinju yang berminat untuk bergabung ke sasananya. ’’Petinju dari Kalimantan, kalau nggak salah namanya Mamba,’’ ujar Farchan.
Tapi petinju baru itu tidak langsung akan diterima. Pihaknya akan menerapkan sistem seleksi ketat untuk menerima petinju baru. Salah satunya melalui serangkaian tes untuk melihat prospek dan kesungguhannya bergabung SGBC.’’Nanti selama satu bulan akan dilihat dulu kelayakannya. Kalau oke, ya diterima. Yang jelas kami akan lebih selektif,’’ timpal Farchan.
Sementara untuk mendukung prestasi atlet, manajemen Semen Gresik BC juga dikabarkan tengah membidik pelatih baru untuk mendampingi Deni Boy. Nama pelatih yang dikait-kaitkan dengan SGBC antara lain M. Yunus, Yani Malhendo, Suwarno Perico, dan Hengky Gun.