29 November 2009

Tommy Pertahankan Gelar ATI


Sabuk juara kelas terbang junior (49 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) kembali melilit pinggang Tommy Seran. Petinju binaan Sasana Rokatenda, Sidoarjo, Jatim, itu dinyatakan menang angka mutlak dalam pertarungan wajib (mandatory fight) atas penantang peringkat pertama Yanus Emaury (Yapen Serui BC Sorong, Irian Jaya) di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, Sabtu malam (28/11).
Dalam pertarungan sepuluh ronde itu, tiga hakim juri memberikan kemenangan untuk Tommy. Hakim A Chris Rotinsulu memberikan nilai 97-93, sementara hakim B Edi Damri dan hakim C Oki Abi Bakri memberikan nilai sama, 96-94.
Kemenangan Tommy atas Yanus itu sekaligus menjawab keraguan hasil pertarungan keduanya pada 24 Mei 2008 di studio Trans7 Jakarta. Waktu itu, dalam pertarungan nongelar delapan ronde, keduanya dinyatakan draw. Hasil tersebut membuat kubu Yanus kecewa. Maka, dalam pertarungan tadi malam Yanus memancang target menang KO pada ronde kelima. Nyatanya, dia kalah angka mutlak.
Meski hanya menang angka mutlak, Tommy menyatakan cukup puas. Dia menuturkan bahwa persiapannya terganggu sehingga kurang maksimal untuk duel itu. Sepekan sebelum naik ring, orang tuanya, Raymondus, meninggal. ”Saya harus pulang ke NTT sehingga mengganggu persiapan,” papar Tommy.
Itulah yang membuat Tommy tak berani tampil fight sepanjang ronde. ”Saya hanya mengikuti anjuran pelatih. Tidak terlalu memaksakan untuk menang KO. Karena kondisi fisik saya kurang siap, pelatih minta, yang penting jangan sampai kalah,” tambah dia.
Manajer Sasana Rokatenda Damianus Wera membenarkan bahwa sepekan sebelum naik ring Tommy terpaksa pulang ke kampung halaman di NTT. Musibah itu membuat Damianus juga waswas akan kesiapan Tommy.
”Kalau dibilang puas, saya sebenarnya kurang puas. Tetapi, saya bisa memaklumi karena Tommy baru saja mengalami musibah. Orang tuanya di NTT meninggal,” terang Damianus.
Karena itu, meski Tommy tak mampu menang KO, Damianus bakal tetap memenuhi janji mengorbitkan Tommy ke pertarungan internasional. Rencananya, menyambut Tahun Baru 2010, Tommy bertarung di Bali.
”Lawannya masih kami cari. Yang pasti, Tommy kami carikan lawan dari luar negeri. Sudah saatnya dia bertarung di level internasional,” tegas dia.

27 November 2009

Lawan Yanus, Tommy Incar Menang KO

Tommy Seran menyatakan tak cukup mematok target wajib mempertahankan sabuk juara nasional kelas terbang Junior (49 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI). Petinju binaan Sasana Rokatenda Sidoarjo, Jatim, itu juga bertekad meraih kemenangan KO saat meladeni penantang peringkat pertama, Yanus Emaury (Yapen Serui BC Sorong, Irian Jaya Barat), di studio TVRI Pusat Senayan, Jakarta, malam nanti (28/11).
’’Saya targetkan bisa menang KO ronde 4 atau paling lama ronde 5,’’ kata Tommy setelah acara timbang badan di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, kemarin (27/11).
Target yang dicanangkan petinju kelahiran Atambua, Nusa Tenggara Timur, pada 6 April 1983 itu tidak bermaksud untuk menyombongkan diri. Tetapi, hal tersebut didasari persiapan Tommy yang matang dan terprogram dengan ditangani duet pelatih Yani Malhendo dan Arce Ursulangi.
Sebulan terakhir Tommy ditangani Arce Ursulangi dalam latihan-latihan keras di Tangerang, Banten. Sebelum berpindah latihan ke Tangerang, sekitar dua bulan, Tommy ditangani pelatih Yani Malhendo di sasana Rokatenda, Sidoarjo. ’’Persiapan saya maksimal. Saya yakin bisa menang KO,’’ ujarnya.
Janji diorbitkan ke jenjang internasional oleh manajemen Rokatenda menambah motivasi Tommy untuk meraih hasil sempurna. Yakni, memaksa lawan terjerambap ke kanvas oleh pukulan-pukulannya sehingga tak mampu menyelesaikan pertarungan.
Tommy juga semakin yakin karena sudah mengetahui kekurangan dan kelebihan Yanus Emaury. Sebab, keduanya pernah bentrok dalam pertarungan non-gelar di studio Trans 7, Jakarta, pada 24 Mei 2008. Dalam pertarungan delapan ronde itu, Tommy dinyatakan menang angka mutlak. Sementara itu, Yanus Emaury terusik dengan pernyataan Tommy. Petinju besutan pelatih Alex Rabadeta tersebut justru yakin Tommy yang akan mencium kanvas dan tidak mampu melanjutkan pertarungan. ’’Dulu saya dinyatakan kalah angka. Itu keputusan yang kontroversial. Saya tidak mau kejadian dulu terulang. Karena itu, pada pertarungan sekarang, saya harus menang KO. Saya patok target Tommy paling lama bertahan hingga ronde lima saja,’’ kata Yanus Emaury dengan nada optimistis.

24 November 2009

Sofyan Efendi Gagal Rebut Gelar ATI



Sofyan Efendi (kiri) dan Herry Amol dalam duel Sabtu malam (21//11)
-----------

Sofyan Efendi gagal melakukan revans atas Herry Amol. Bertarung dalam perebutan gelar kelas terbang mini 47,6 kg versi ATI di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, Sabtu malam (21/11), Sofyan dinyatakan kalah angka mutlak.
Padahal, petinju Sasana Pirih Surabaya itu sudah bertarung maksimal dan banyak pukulannya yang mengenai wajah Herry Amol. Dalam pertarungan 10 ronde itu, tiga hakim juri memberikan nilai kemenangan bagi Amol. Hakim A dan B memberikan nilai sama, 96-95. Hakim C memberikan nilai 96-94. Dengan begitu, Amol dinyatakan menang angka mutlak. Sabuk juara nasional kelas terbang mini Asosiasi Tinju Indonesia kembali menjadi milik petinju kelahiran Kefa, Nusa Tenggara Timur, 18 September 1982, itu.
Bagi Sofyan, kalah oleh Amol tersebut merupakan yang kedua di antara tiga pertarungan. Kekalahan pertama Sofyan dari Amol terjadi dalam pertarungan gelar di Merauke, Papua, pada 5 April 2005. Sofyan dinyatakan kalah angka.
Pertarungan kedua terjadi di studio Trans 7 Jakarta pada 24 Mei 2008. Namun, dalam pertarungan nongelar 8 ronde itu, hasilnya dinyatakan draw. ’’Kekalahan Sofyan pada pertemuan ketiga dengan Amol sekarang ini sangat mengecewakan. Masalahnya, banyak pukulan Sofyan yang mengenai wajah dan perut Amol, tetapi tak ada seorang pun hakim juri yang memberikan nilai kemenangan kepada Sofyan,’’ kata Mudafar Danu, pelatih Sofyan, dengan nada sesal.
Meski tak puas terhadap penilaian tiga hakim/juri, kubu Sofyan tak akan melakukan protes. Apalagi, dalam pertarungan yang dipimpin wasit Alfonso Sihombing itu, Sofyan dikenai pengurangan nilai pada ronde ke-7 karena memukul terlalu bawah sehingga mengenai daerah terlarang.
’’Sofyan perlu berlatih keras jika dia ingin ke kejuaraan nasional lagi. Kecepatan pukulannya sudah bagus, tetapi kurang berbobot. Power-nya harus ditambah agar dia punya killing punch (pukulan mematikan, Red),’’ jelas Mudafar.
Sementara itu, Amol menyatakan senang bisa mengalahkan Sofyan dan mempertahankan sabuk juara nasional ATI. Namun, secara jujur petinju dari Sasana Gema Trisakti, Jakarta, itu mengakui kemenangan yang diperolehnya sekarang ini melalui perjuangan maksimal. ’’Sofyan banyak kemajuan. Saya sangat kesulitan untuk mengalahkan dia,’’ kata Amol. Pernyataan Amol itu dibenarkan pelatihnya, Feras Taborat. ’’Kecepatan pukulan Sofyan sangat bagus. Untung bobot pukulannya nggak terlalu membahayakan sehingga Amol bisa bertahan,’’ ujar Feras.

21 November 2009

Lawan Amol, Ajang Pembuktian Sofyan

Sofyan Efendy tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang lama ditunggu-tunggu. Petinju binaan Pirih BC Surabaya, Jatim itu bertekad ingin menjadikan pertarungan gelar kelas terbang mini (47,6 kg) versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) di studio TVRI Pusat, Senayan, Jakarta, Sabtu malam (21/11) sebagai ajang pembalasan atas juara bertahan Herry Amol (Gema Trisakti BC Bogor).
Tiga bulan berlatih keras dengan menu latih tanding (sparring partner) sekitar 60 ronde, Sofyan yakin jerih payahnya itu akan membuahkan hasil sesuai harapannya. ’’Persiapan saya sekarang ini jauh lebih baik dibanding dua pertemuan sebelumnya melawan Herry. Dengan kondisi seperti ini, Insya Allah saya bisa membalas kekalahan saya dari Herry di Merauke, tiga tahun lalu,’’ kata Sofyan.
Pernyataan penantang peringkat pertama kelas terbang mini versi ATI itu diungkapkan kepada Jawa Pos usai acara timbang di ruang rapat gedung TVRI Pusat Senayan, Jakarta, kemarin. Duel perebutan gelar kelas terbang mini versi ATI itu akan menjadi partai utama pada pagelaran Ring Tinju TVRI, Sabtu malam.
Namun pemilik rekor 32 bertanding, 29 menang (17 KO/TKO), 2 draw dan hanya sekali kalah angka itu mengaku tak mau mentargetkan menang KO atau TKO pada ronde tertentu. Tetapi Sofyan yakin bisa mengalahkan Harry Amol.
’’Saya tidak mau menyombongkan diri dengan mematok kemenangan KO atau TKO. Bagi saya, terpenting bermain baik dan meraih kemenangan,’’ tuturnya.
Sofyan teringat pada pertemuan pertamanya, di Merauke, Papua, pada 5 April 2005. Dalam pertarungan gelar versi ATI ketika itu, Sofyan dinyatakan kalah angka. Dua tahun lalu, tepatnya 24 Mei 2008 di studio Trans-7 Jakarta, keduanya bertemu lagi dalam pertarungan non-gelar 8 ronde, yang hasilnya dinyatakan draw.
‘’Ini kesempatan terbaik membalas kekalahan saya dari Herry Amol, di Merauke, pada 5 Aporil 2005. Saya harus bisa mengalahkan Herry,’’ tegas Sofyan.
Dalam acara timbang badan kemarin, kedua petinju memiliki bobot under di kelas terbang mini. Herry bahkan berat badannya lebih ringan dari Sofyan. Hasil timbang badan kemarin, Herry berbobot 47, 2 kg. Sedangkan Sofyan satu ons lebih berat dari Herry, yakni 47, 3 kg. Selain partai utama Herry Amol lawan Sofyan Efendi, pertarungan di Ring Tinju TVRI nanti malam juga akan diisi dua partai tambahan. Dua partai itu masing-masing di kelas bantam (53,5 kg) 8 ronde antara penantang peringkat 3 nasional, dan melawan Irvan Ogah (Pirih Surabaya) melawan Singo Kinaro (KPJ BC Bulungan).

Dua Petinju Malang Berebut Peringkat KTI

Dua petinju d’Kross BC Malang, Heroes Tito dan Edi Monod, akan bertarung merebutkan peringkat KTI (Komisi Tinju Indonesia) di Sasana Silver, Tabanan, Bali Selasa (24/11).
Heroes Tito yang saat ini menduduki peringkat empat KTI akan menghadapi Rifo Rengkung dari Sasana Silver yang menempati peringkat tiga KTI di kelas bulu 57,1 kilogram. Sedangkan di kelas terbang junior 49 kg, Edi Monod –peringkat delapan– menghadapi Yanto Saga dari Sasana Silver yang bertengger di peringkat enam.
”Saya sangat berharap Edi dan Heroes mampu memenangkan pertarungan ini. Jika menang, peringkatnya menggeser peringkat yang kalah,” kata Ade Herawanto, pemilik Sasana d’Kross BC Malang.
Untuk mempersiapkan pertarungan kenaikan peringkat ini, kedua petinju sudah menjalani latihan intensif kurang lebih dua minggu di bawah asuhan pelatih Monod dan Nurhuda.

09 November 2009

Terkecoh Gaya, Robert Hanya Menang Angka


Robert Kopa di Rokatenda BC. (ft: kholili indro)

------------
Robert Keo Palue (Kopa), petinju Rokatenda BC Sidoarjo, memenuhi janji. Penantang peringkat pertama nasional versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) itu dinyatakan menang angka mutlak atas Juniston Simbolon (Ellysta BC Jakarta), penantang peringkat kedua versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI).
Pada pertarungan nongelar delapan ronde kelas bulu (57,1 kg) di Ring Tinju TVRI Sabtu malam lalu (7/11), tiga hakim memberikan nilai kemenangan untuk Robert. Hakim A memberikan nilai 78-75. Hakim B dan C sama-sama memberikan nilai 77-75.
Kemenangan Robert tersebut sekaligus membungkam sesumbar Juniston yang sebelumnya memancang target menang KO ronde keenam. ”Saya senang bisa meraih kemenangan. Tetapi, terus terang saya tak puas dengan penampilan saya sendiri. Saya merasa tak bisa tampil maksimal. Banyak kekurangan yang harus saya benahi,” kata Robert setelah pertandingan.
Robert mengakui agak terkecoh oleh penampilan Juniston. Selama ini, dia beranggapan bahwa petinju besutan pelatih Nana Suhana itu bergaya ortodoks, seperti dirinya. Nyatanya, anggapan tersebut bertolak belakang. Juniston ternyata petinju kidal.
”Di ronde-ronde awal saya sempat bingung menghadapi petinju kidal. Beruntung, lawan juga tak istimewa sehingga saya punya kesempatan untuk mempelajari gaya bertarungnya,” ujar dia.
Pengakuan Robert itu dibenarkan pelatihnya, Yani Malahendo. Menurut Yani, selama persiapan menghadapi Juniston, dalam latih tanding (sparring partner), Robert memang lebih sering dihadapkan dengan petinju ortodoks. Sebab, Yani juga menduga bahwa lawan yang akan dihadapinya itu merupakan petinju ortodoks. ”Saya cukup kaget ketika melihat Juniston petinju kidal. Padahal, Robert kami persiapkan untuk menghadapi petinju ortodoks dengan gaya counter boxer dan fighter,” papar Yani.
Untung, Robert bertarung tenang dan tidak terpancing emosi. Maka, memasuki ronde ketiga, strategi Robert diubah. ”Robert bisa menjalankan strategi yang kami inginkan. Tetapi, masih banyak kelemahan Robert yang harus segera diperbaiki,” tuturnya.
Sementara itu, dalam pertarungan gelar kelas bantam (53,5 kg) versi KTPI, juara bertahan Rivo Rengkung (Rajawali Demokrat BC Jawa Tengah) harus kehilangan gelar. Dalam pertarungan wajib (mandatory fight) 12 ronde tersebut, Rivo dinyatakan kalah angka tipis oleh penantang peringkat pertama Londe Olin (Sasando BC Tangerang).
Hanya hakim B yang memberikan nilai kemenangan untuk Rivo dengan skor 116-113. Sedangkan hakim A dan C memberikan nilai kemenangan untuk Londe dengan skor 116-113 dan 115-113.Hasil tersebut membuat kubu Rivo kecewa berat. Mereka meminta pertarungan ulang. ”Saya tidak keberatan jika kubu Rivo Rengkung protes dan minta tarung ulang. Tetapi, harus diajukan secara tertulis sehingga bisa dibahas dalam rapat pengurus KTPI,” tandas promotor Lado Syarifudin.