Generasi muda tinju professional (pro) tanah air sekarang mungkin mengenal Suwarno hanya sebagai hakim atau wasit dalam pertandingan tinju pro versi KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia). Ini berhubungan dengan aktivitas Suwarno sebagai wasit KTPI.
Padahal, Suwarno adalah mantan petinju pro yang sangat dikenal di masa jayanya. Jika sekarang dia menjadi wasit, maka itu adalah kecintaan dia pada dunia tinju pro. Boleh bilang ini ketotalan dia dalam tinju pro Indonesia.
Sosok Suwarno sendiri masih terlihat seperti dulu. Mukanya sangar dengan kumis dan jambang yang lebat. Gaya bicaranya meledak-ledak. Badannya juga masih terlihat kekar. Padahal, saat ini dia sudah berumur 56 tahun. Tapi, gaya bicara, perawakan, dan semangatnya seolah mengaburkan usianya.
”Saya memang sudah tua. Tapi, saya punya prinsip, semangat tetap tidak boleh kalah oleh anak muda,” kata Suwarno saat dijumpai di JTV, Surabaya, beberapa waktu lalu. Dalam pertandingan ATI (29/7) tersebut, dia menjadi wasit. Profesi wasit sudah dilakoninya selama puluhan tahun. Tapi, dia lupa kapan memulai karir sebagai pengadil di atas ring.
Saat masih berpredikat sebagai petinju, Suwarno adalah jagoan di atas ring. Beragam gelar di tingkat nasional dan internasional sudah digenggamnya. Salah satu gelar yang paling prestisius adalah ketika dia menjadi juara OPBF kelas menengah 72,5 kg pada 1986. Saat itu, pria kelahiran 26 Oktober 1953 tersebut mengalahkan Bul Yul Kim (Korea Selatan) di Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Prestasi tersebut istimewa. Salah satu alasannya, itu merupakan gelar internasional pertamanya. Alasan lainnya, dia mendapatkan sabuk juara tersebut saat sudah berusia 33 tahun. ”Banyak yang menjuluki saya dengan sebutan Singa Tua. Salah satu penyebabnya, ya saya memang moncer saat usia sudah terbilang tua,” ungkap Suwarno.
Sebelum memutuskan menjadi wasit, beragam profesi di dunia tinju sudah dilakoninya. Di antaranya, promotor liar. Dia pernah melangsungkan pertandingan di Kediri. Dia juga pernah menjadi pelatih di Sianjur Mula-Mula Boxing Camp. ”Hanya, yang mungkin diingat para pencinta tinju adalah nama Singa Tua. Saat itu, mungkin banyak yang lebih kenal saya dengan nama Singa Tua daripada nama asli,” kata Suwarno.
Padahal, Singa tua hanya satu di antara banyak ”nama seram” yang digenggamnya. Sebelumnya, nama Suwarno terdengar menakutkan saat bergabung dengan Massa 33, organisasi yang mengoordinasi para preman di Terminal Joyoboyo, Surabaya. Ketika itu, Suwarno layaknya seorang god father. Dia hanya perlu memerintah anak buah, lalu mendapatkan jatah.
”Orang zaman dulu pasti sudah sering mendengar tentang Massa 33. Cukup lama saya berkutat di dunia tersebut. Yakni, mulai 1974 sampai 1982,” ungkap pria yang memulai bertinju saat berumur 19 tahun itu.
2 komentar:
Tolong beri nama Anda.
Silakan anda berdiskusi soal tinju tanah air di sini.
Posting Komentar