28 Juli 2008
Chris John Kapok Tanding di Indonesia
Sengketa selalu menjadi bumbu yang mengiringi hampir setiap pertarungan Yohannes Christian John alias Chris John. Polemik terakhir yang berujung pada batalnya rencana pertarungan pilihan (choice) melawan Jackson Asiku, yang seharusnya dihelat Minggu lalu (27/7) di Dufan, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, ibaratnya sudah menjadi puncak gunung yang siap mengeluarkan lahar panas.
Fakta pembatalan pertarungan Chris adalah yang kali kesekian setelah pada beberapa waktu lalu juga terjadi konflik yang muaranya adalah masalah pembayaran. Salah satu kasus masa lalu yang dialami Chris adalah sengketa dengan pelatih Sutan Rambing soal pembagian hasil pertandingan. Akibat kasus itu, Chris memutuskan pindah haluan dengan memilih Craig Christian sebagai manajer dan pelatihnya pada 2004.
Setelah itu, setiap kali Chris bakal melakukan pertarungan, bayang-bayang akan terselip masalah selalu ada. Karena merasa sudah cukup banyak persoalan yang dialami, Chris dan manajemennya, tampaknya, sudah mulai lelah sekaligus kapok berurusan dengan promotor tanah air. Ancaman boikot tampil di Indonesia juga sudah mulai terlontar.
Hal itu ditegaskan Craig dalam konferensi pers kemarin (27/7). Pria asal Australia tersebut menyatakan, sudah cukup pengalaman-pengalaman pahit soal pelaksanaan pertarungan di Indonesia yang bermasalah. ”Ke depan, kami ingin memilih bertarung di luar negeri. Salah satu negara yang bakal menjadi jujukan adalah Jepang,” tandas Craig.
Dia menambahkan, konsentrasi Chris sekarang sudah tidak lagi tercurah pada pertarungan pilihan. Juara dunia asal Banjarnegara, Jateng, itu bakal langsung fokus ke mandatory fight alias pertarungan wajib guna mempertahankan gelar kelas bulu WBA untuk kali kesepuluh. ”Chris bakal melawan petinju Jepang yang berstatus peringkat 1 WBA. Kemungkinan partai itu akan digelar pada pertengahan Oktober,” urainya.
Saat ditanya soal pembatalan pertarungannya, Chris sendiri berharap agar kasusnya menjadi pelajaran berharga. ”Kalau memang ingin melangsungkan pertarungan, tetapi masih ada masalah yang belum beres, ya dituntaskan dulu. Jangan kemudian dipaksakan, kemudian ribut-ribut seperti ini,” cetus Chris.
Meski sudah gamang tampil di negeri sendiri, masih ada promotor tanah air yang berminat untuk menarik kembali Chris. Itu dilontarkan Zainal Tayeb, salah seorang promotor Indonesia. ”Kalau punya uang, saya akan berusaha mendatangkan lagi Chris agar tampil di Indonesia,” tandasnya.
Dia tidak menampik anggapan bahwa menjadi promotor di Indonesia, dengan harapan bisa meraup untung besar, masih sangat sulit. Namun, itu tidak akan mengurungkan niatnya. ”Keberanian saya untuk tetap menjadi promotor juga ditopang kesenangan. Karena memang masih susah menjadi bisnis menjanjikan,” urainya.
Pria yang juga ketua Komisi Tinju Indonesia (KTI) Bali itu pernah menjadi promotor Chris saat melakoni pertandingan wajib melawan peringkat pertama Roinet Caballero dari Panama, pada 26 Januari 2008. Partai yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, itu dimenangi Chris dengan technical knockout (TKO) ronde ketujuh.
Fakta pembatalan pertarungan Chris adalah yang kali kesekian setelah pada beberapa waktu lalu juga terjadi konflik yang muaranya adalah masalah pembayaran. Salah satu kasus masa lalu yang dialami Chris adalah sengketa dengan pelatih Sutan Rambing soal pembagian hasil pertandingan. Akibat kasus itu, Chris memutuskan pindah haluan dengan memilih Craig Christian sebagai manajer dan pelatihnya pada 2004.
Setelah itu, setiap kali Chris bakal melakukan pertarungan, bayang-bayang akan terselip masalah selalu ada. Karena merasa sudah cukup banyak persoalan yang dialami, Chris dan manajemennya, tampaknya, sudah mulai lelah sekaligus kapok berurusan dengan promotor tanah air. Ancaman boikot tampil di Indonesia juga sudah mulai terlontar.
Hal itu ditegaskan Craig dalam konferensi pers kemarin (27/7). Pria asal Australia tersebut menyatakan, sudah cukup pengalaman-pengalaman pahit soal pelaksanaan pertarungan di Indonesia yang bermasalah. ”Ke depan, kami ingin memilih bertarung di luar negeri. Salah satu negara yang bakal menjadi jujukan adalah Jepang,” tandas Craig.
Dia menambahkan, konsentrasi Chris sekarang sudah tidak lagi tercurah pada pertarungan pilihan. Juara dunia asal Banjarnegara, Jateng, itu bakal langsung fokus ke mandatory fight alias pertarungan wajib guna mempertahankan gelar kelas bulu WBA untuk kali kesepuluh. ”Chris bakal melawan petinju Jepang yang berstatus peringkat 1 WBA. Kemungkinan partai itu akan digelar pada pertengahan Oktober,” urainya.
Saat ditanya soal pembatalan pertarungannya, Chris sendiri berharap agar kasusnya menjadi pelajaran berharga. ”Kalau memang ingin melangsungkan pertarungan, tetapi masih ada masalah yang belum beres, ya dituntaskan dulu. Jangan kemudian dipaksakan, kemudian ribut-ribut seperti ini,” cetus Chris.
Meski sudah gamang tampil di negeri sendiri, masih ada promotor tanah air yang berminat untuk menarik kembali Chris. Itu dilontarkan Zainal Tayeb, salah seorang promotor Indonesia. ”Kalau punya uang, saya akan berusaha mendatangkan lagi Chris agar tampil di Indonesia,” tandasnya.
Dia tidak menampik anggapan bahwa menjadi promotor di Indonesia, dengan harapan bisa meraup untung besar, masih sangat sulit. Namun, itu tidak akan mengurungkan niatnya. ”Keberanian saya untuk tetap menjadi promotor juga ditopang kesenangan. Karena memang masih susah menjadi bisnis menjanjikan,” urainya.
Pria yang juga ketua Komisi Tinju Indonesia (KTI) Bali itu pernah menjadi promotor Chris saat melakoni pertandingan wajib melawan peringkat pertama Roinet Caballero dari Panama, pada 26 Januari 2008. Partai yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, itu dimenangi Chris dengan technical knockout (TKO) ronde ketujuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar