Temuzin yang tinggal di Kampung Lasipin 339 Semarang, itu akan dimakamkan di pemakaman umum Sambi, Sompok, Semarang.
”Kita semua berduka. Semarang, Jawa Tengah, bahkan Indonesia telah kehilangan sosok muda yang begitu peduli dengan prestasi tinju amatir maupun profesional negeri ini,” tandas Kukrit Suryo W, Ketua Pengprov Pertina Jateng Kukrit Suryo W dalam sambutannya sebelum melantik Rudy Nurrahmat dkk sebagai ketua Pertina Semarang Minggu (25/7).
Temuzin seharusnya siang itu ikut dilantik menjadi pengurus Pertina Semarang, sebagai Ketua Komisi Organisasi.
Temuzin, pria yang sangat murah senyum ini, meninggal di usia yang begitu muda, 30 tahun. Putra pertama pelatih tinju kawakan Sutan Rambing ini meninggal Sabtu (24/7) pukul 18.10 di RSUP dr. Kariadi Semarang. Dalam sebulan ini, pria yang akrab disapa Muzin ini, memang keluar masuk rumah sakit.
”Diagnosa dokter pertama menyebutkan Muzin kena malaria, lalu diagnosa kedua kena tipus, pada diagnosa ketiga di RSUP dr Kariadi dia dinyatakan kena virus toxoplasma. Virus ini katanya biasanya ditularkan kucing, kami heran karena Muzin tidak memelihara kucing,” kata Muhar Sutan, paman almarhum. Muhar menambahkan, sebelum meninggal dirawat Muzin di RSUP dr Kariadi sejak 16 Juli. Sebelumnya, dosen akuntansi Universitas Dian Nuswantoro Semarang ini dirawat di RS Tlogorejo selama 12 hari.
Almarhum meninggalkan seorang istri, Ana Kadarningsih, 28, dan seorang anak Zuke Rambing yang masih berusia 2 tahun. Di dunia tinju, Temuzin dikenal sebagai promotor tinju profesional yang andal. Dia pernah mempromotori 17 petinju, terakhir adalah sempat mengorbitkan petinju Roy Muchlis sebagai juara kelas ringan junior (58,9 kg) versi PABA, WBC Oriental, dan WBO Internasional.
”Dia sebenarnya masih punya obsesi untuk mengantar Roy Muchlis sebagai juara WBC, tapi Tuhan sudah terlebih dulu memanggilnya,” kata Sutan Rambing, setelah pemakaman siang kemarin. Selamat Jalan kawan. (foto Boxing Indonesia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar