26 Mei 2009
Rachman Cuma Didampingi Istri
Keberangkatan Muhammad Rachman ke Thailand Minggu lalu (24/5) cukup mengenaskan. Tidak ada pengurus atau badan tinju di Jawa Timur yang melepas keberangkatannya ke Negeri Gajah Putih tersebut. Padahal dia akan merebut juara dunia kelas terbang mini WBC melawan juara bertahan Olyedong Sithsamerchai dari Thailand pada Jumat nanti (29/5). Ke Negeri Gajah Putih dia hanya didampingi istri tercintanya, Ninik Eko Widiarsih.
Rachman dan Ninik tampak begitu mesra ketika bertolak ke Thailand dari Bandara Juanda, Surabaya. ’’Dia (Ninik, Red) adalah motivasi terbesar bagi saya di atas ring. Saya juga meminta doa dari masyarakat Indonesia agar bisa pulang gelar juara dunia,’’ katanya kepada Jawa Pos kemarin.
Menjelang keberangkatan, lagi-lagi Rachman menegaskan peluangnya untuk kembali menjadi juara dunia, meski usianya sudah mencapai 38 tahun. Menurut dia, power, speed, serta staminanya telah berada di titik optimal. ’’Semua persiapan telah optimal. Berat badan serta kesehatan saya masih normal. Saya optimistis bisa mengibarkan bendera Merah Putih di sana,’’ ujarnya.
Dia menyatakan telah memetakan kekuatan lawan. Karena itu, dia yakin bisa memberikan perlawanan terbaik. ’’Dia (Sithsamerchai, Red) hanya mengandalkan contra boxing. Artinya, dia tidak akan memukul selama lawan tidak memukul,’’ jelasnya.
Rachman berencana menggunakan gaya contra fighter. Dia juga akan aktif melancarkan jab-jab keras. ’’Saya akan terus menyerang serta mengejar dari ronde ke ronde. Jika ada peluang, baru saya akan melancarkan pukulan mematikan,’’ ungkapnya.
Meski telah mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, dia tidak mau meremehkan lawan. Menurut dia, Sithsamerchai juga telah melakukan persiapan khusus. Makanya, dia tidak berani memberi garansi batas ronde untuk menjatuhkan lawan. Yang terpenting adalah memanfaatkan setiap peluang dan kesempatan.
Rachman dan Ninik tampak begitu mesra ketika bertolak ke Thailand dari Bandara Juanda, Surabaya. ’’Dia (Ninik, Red) adalah motivasi terbesar bagi saya di atas ring. Saya juga meminta doa dari masyarakat Indonesia agar bisa pulang gelar juara dunia,’’ katanya kepada Jawa Pos kemarin.
Menjelang keberangkatan, lagi-lagi Rachman menegaskan peluangnya untuk kembali menjadi juara dunia, meski usianya sudah mencapai 38 tahun. Menurut dia, power, speed, serta staminanya telah berada di titik optimal. ’’Semua persiapan telah optimal. Berat badan serta kesehatan saya masih normal. Saya optimistis bisa mengibarkan bendera Merah Putih di sana,’’ ujarnya.
Dia menyatakan telah memetakan kekuatan lawan. Karena itu, dia yakin bisa memberikan perlawanan terbaik. ’’Dia (Sithsamerchai, Red) hanya mengandalkan contra boxing. Artinya, dia tidak akan memukul selama lawan tidak memukul,’’ jelasnya.
Rachman berencana menggunakan gaya contra fighter. Dia juga akan aktif melancarkan jab-jab keras. ’’Saya akan terus menyerang serta mengejar dari ronde ke ronde. Jika ada peluang, baru saya akan melancarkan pukulan mematikan,’’ ungkapnya.
Meski telah mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan, dia tidak mau meremehkan lawan. Menurut dia, Sithsamerchai juga telah melakukan persiapan khusus. Makanya, dia tidak berani memberi garansi batas ronde untuk menjatuhkan lawan. Yang terpenting adalah memanfaatkan setiap peluang dan kesempatan.
18 Mei 2009
Irfan Ogah Kalah Lagi di Thailand
Lawatan Irfan Ogah ke Thailand kembali berujung kekalahan. Kali ini, petinju Sasana Pirih Surabaya tersebut dipaksa mengakui ketangguhan Thanthong Kiataweesuk dalam laga non-gelar kelas bantam 53,5 kg di Bangkok, Thailand Jumat lalu (15/5).
Ogah dinyatakan kalah TKO pada ronde ketiga. Keputusan tersebut mendapat reaksi keras dari pelatih Sasana Pirih Maudafar Danu. Menurut Mudafar, keputusan menghentikan laga pada ronde ketiga salah besar.
’’Sebetulnya tidak perlu dihentikan. Sebab, Ogah tidak mengalami apa-apa,” terang Mudafar (16/5).
Lagi-lagi, kubu Sasana Pirih mengkambing hitamkan wasit sebagai biang keladi kekalahan Ogah. Menurut Mudafar, wasit yang memimpin laga tersebut tidak mampu bertugas dengan netral.’’Wasit berat sebelah. Dia terlihat sekali kalau membantu petinju tuan rumah,” kecam Mudafar.
Kekalahan tersebut menjadi kekecewaan kedua bagi Ogah. Sebab, sebelumnya, dia harus mengubur impian untuk berlaga di kejuaraan perebutan gelar juara IBF PAN Pacific kelas bantam. Penyebabnya, petinju asal Jember tersebut mengalami kelebihan berat badan sebanyak 1 kg.
’’Ya, Ogah memang overweight 1 kg. Jadi, dia tidak akan bermain di kejuaraan. Pertandingannya hanya partai biasa,” ungkap Mudafar sebelum pertandingan.
Dengan kegagalan tersebut, daftar kekalahan Ogah selama bermain di Negeri Gajah Putih semakin panjang. Dalam tiga kali lawatannya, petinju 23 tahun tersebut belum juga memetik kemenangan. Terakhir, Ogah dipermalukan Saensaknoi Ormuangklang Februari lalu. Padahal, sebelumnya, Mudafar optimistis anak asuhnya mampu memetik kemenangan. Persiapan yang panjang serta kesiapan teknik Ogah membuat optimisme Mudafar melambung.
Ogah dinyatakan kalah TKO pada ronde ketiga. Keputusan tersebut mendapat reaksi keras dari pelatih Sasana Pirih Maudafar Danu. Menurut Mudafar, keputusan menghentikan laga pada ronde ketiga salah besar.
’’Sebetulnya tidak perlu dihentikan. Sebab, Ogah tidak mengalami apa-apa,” terang Mudafar (16/5).
Lagi-lagi, kubu Sasana Pirih mengkambing hitamkan wasit sebagai biang keladi kekalahan Ogah. Menurut Mudafar, wasit yang memimpin laga tersebut tidak mampu bertugas dengan netral.’’Wasit berat sebelah. Dia terlihat sekali kalau membantu petinju tuan rumah,” kecam Mudafar.
Kekalahan tersebut menjadi kekecewaan kedua bagi Ogah. Sebab, sebelumnya, dia harus mengubur impian untuk berlaga di kejuaraan perebutan gelar juara IBF PAN Pacific kelas bantam. Penyebabnya, petinju asal Jember tersebut mengalami kelebihan berat badan sebanyak 1 kg.
’’Ya, Ogah memang overweight 1 kg. Jadi, dia tidak akan bermain di kejuaraan. Pertandingannya hanya partai biasa,” ungkap Mudafar sebelum pertandingan.
Dengan kegagalan tersebut, daftar kekalahan Ogah selama bermain di Negeri Gajah Putih semakin panjang. Dalam tiga kali lawatannya, petinju 23 tahun tersebut belum juga memetik kemenangan. Terakhir, Ogah dipermalukan Saensaknoi Ormuangklang Februari lalu. Padahal, sebelumnya, Mudafar optimistis anak asuhnya mampu memetik kemenangan. Persiapan yang panjang serta kesiapan teknik Ogah membuat optimisme Mudafar melambung.
Langganan:
Postingan (Atom)