06 Januari 2009
Bos Tinju yang kini Kelola Kolam Pancing
Pada 1970-1980-an merupakan periode emas bagi Harry Effendy. Pendiri Sasana Taman Tirta itu berhasil melahirkan petinju-petinju kaliber nasional. Bahkan di antaranya mampu bersaing dengan sasana besar seperti Sawunggaling Surabaya. Kesibukannya di arena ring pro kini sudah berganti selepas tutupnya Sasana Taman Tirta pada 1990.
Harry Effendy hampir tidak mengalami perubahan fisik sejak mengelola Taman Tirta BC hingga pensiun. Badannya masih terlihat segar karena rutin melakoni latihan setiap hari di rumahnya, Balongsari Bumi Indah. Bahkan, dia sempat memamerkan kecepatan shadow boxing. Hanya guratan di wajahnya yang tidak bisa berbohong bila usianya sudah senja.
Kisah panjang Harry masih membekas saat menuturkan manis-pahitnya menjadi pengelola sekaligus manajer Taman Tirta BC. Masih segar dalam ingatannya nama-nama petinju yang dibesarkan dari sasana yang dimiliknya. Sebut saja Jimmy Sinantan, Marthen Kasangke, Luluk Uswae, Tubile, Polo Sugar Ray, dan Jack John. Merekalah yang behasil mengangkat nama Taman Tirta ke pentas tinju nasional.
Kisah panjang itu sudah berganti. Harry tidak lagi berkecimpung di arena ring pro. Tetapi perhatiannya sebagai insan tinju tidaklah luntur. Dia masih aktif menjalani latihan ringan di rumahnya. Sesekali memberi materi latihan kepada anak bungsunya, Pancari Pandawa.
Kesibukan diluar, dia adalah Ketua Umum Ikatan Mantan Petinju Indonesia (IMPI). Organisasi ini dibentuk tahun 2002 dan bertujuan memberi support kepada mantan-mantan petinju yang hidupnya jauh dari kesejahteraan. Rata-rata petinju tidak memiliki penghasilan setelah pensiun sebagai atlet.
Ada kesibukan kecil yang memberinya hiburan di dalam rumahnya. Dia sibuk membuka kolam pancing di rumahnya. Kesibukan ini baru dirintis sekitar tiga bulan yang lalu. "Lumayan untuk memberi kesibukan dan hiburan. Orang seusia saya ini butuh hiburan setiap harinya," terang pria kelahiran Probolinggo, 12-4-1944 itu sambil menerawang hujan deras. Tidaklah terlalu luas kolam pancing yang dimilikinya. Namun sudah cukup membantunya di masa pensiun ini.
Sebelum memasuki kolam pancing, setiap pengunjung akan melihat barisan rumah kos disisi kanan jalan di depan areal parkir yang cukup luas. Demikian juga dengan barisan rumah kos yang bersanding dengan rumah induk. Usaha ini menunjukkan bila Harry tidak betah berpangku tangan. Selalu ada kesibukan yang digelutinya. Sekecil apapun usaha dan hasilnya, tetaplah menjadi kecintaannya.
Itu semua dilakukan agar dapur tetap mengepul.
"Usaha apa saja kalau dilakukan dengan tekun dan dibarengi dengan niat, pasti akan ada hasil. Dan hasil itu yang membawa kita kebahagiaan, besar atau kecil," imbuhnya.
Diluar hasil itu, Harry juga sibuk mendampingi anak bungsunya dibidang musik dan olah vocal. Dia rela bolak-balik Jakarta-Surabaya hanya untuk mendmapingi putranya. Pancari Pandawa di sekolahkan di Purwatjaraka Music School dan sudah mendapat tawaran manggung dari berbagai kota.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Grandpa
Masihkah kau mengingatku?
Posting Komentar